Home / Romansa / My Husband Your Husband / Mas Bagas Menghilang

Share

Mas Bagas Menghilang

Author: Ayu Kristin
last update Last Updated: 2021-06-13 03:23:52

"Maafkan aku Mas!" Aku masih mengigit bibir bawahku. Kuusap lembut layar ponsel Mas Bagas. Berharap bisa menemukan jawaban dari teka teki yang terus menyelimuti hatiku.

 

"Masukan kata sandi!"

 

Tulis layar itu, membuat kumengulum saliva. Kemudian mendengus kesal.

 

"Dek, di mana?" teriak Mas Bagas membuatku terkejut. Segera kuletakan benda pipih itu kembali pada tempatnya.

 

"Di kamar, Mas!" sahutku masih dengan jantung yang berdebar.

 

 

 

 

Tak! Tak! Tak!

 

 

 

 

Suara hentakan kaki Mas Bagas yang berjalan ke arahku terdengar semakin dekat. Dengan cepat kuayunkan kembali gagang sapuku agar pria bertubuh tegap itu tidak curiga.

 

"Huf," Mas Bagas meniup kecil diambang pintu yang terbuka dengan tersenyum manis ke arahku.

 

 

"Loh, kok pulang lagi Mas?" tanyaku polos. Meskipun kini jantungku hampir saja copot dari tempatnya.

 

 

 

 

Pria itu kemudian mendekatkan dirinya padaku. Melingkarkan tangannya di perutku, kemudian menyesap dalam rambutku yang sudah hampir mengering  dengan aroma shampoo yang mesih melekat di setiap helainya.

 

"Aku kira kamu sudah berangkat ngajar," bisiknya lembut di telingaku.

 

"Belum Mas, ini kan masih pagi!" sahutku memutar tubuhku menghadap pria dengan topi khas patroli hutan.

 

"Kenapa Mas, pulang?"

 

"Mas, kangen sama kamu!" ucapnya menatapku mesra. Aku tersenyum lebar mendengar ucapan pria yang menghujaniku dengan ciuman itu. Aku bagaikan perempuan yang paling beruntung memiliki pria yang sesayang ini padaku. Walaupun kini ada sedikit yang mengganjal di dalam hatiku.

 

"Ih, Mas! adek mau siap-siap berangkat nih," kelakarku mendorong pelan dada bidang yang sedang membungkuk ke arahku.

 

"Ih, gemes deh!" Pria itu mencubit hidung kecilku kemudian melepaskan pelukannya dari tubuhku.

 

Pria itu beranjak ke meja kerjaku yang berada di samping ranjang.

 

"Cari apa Mas?" tanyaku, pasti Mas Bagas sedang mencari ponselnya yang tertinggal.

 

"Nah, ketemu kamu!" wajahnya terlihat lega ketika melihat benda pipih itu masih berada di bawah tumpukan buku-bukuku.

 

"Oh, ponsel!" tatapku tidak suka.

 

Melihat wajahku yang cemberut Mas Bagas kembali menghampiriku. Pria itu menyisir rambutku dan menyelipkannya di kedua telingaku. Bibirku masih saja mengerucut mengingat riwayat panggilan tanpa nama sebanyak itu di ponsel suamiku.

 

"Kenapa Dek?" tanyanya menjatuhkan tatapan sendu itu.

 

"Ngak!" sahutku asal.

 

"Kok mecucu?" ledeknya, pria itu selalu tau cara mencairkan suasana hatiku.

 

"Itu, siapa yang telpon Mas sebanyak itu?" Aku menaikan kedua alisku menunjuk pada ponsel yang telah berada di kantong celana Mas Bagas. Rasanya aku tidak bisa jika harus menyembunyikan rasa penasaran ini sendirian.

 

"Telepon?" Wajah pria itu masih biasa saja. Tidak ada rasa gugup ataupun takut. Mungkin perasaan ini hanyalah rasa kekhawatiranku saja.

 

Pria itu segera meraih ponsel itu di saku celananya. Kemudian mengusap lembut pada layar benda pipih itu dan menekankan tombol sandinya.

 

 

Aku memperhatikannya dengan seksama. Wajah Mas Bagas terlihat biasa saja. Tidak ada yang begitu mencurigakan sama sekali. Hatiku merasa lega, mungkin aku saja yang terlalu mencintaimu, Mas.

 

"Oh, ini sepertinya telepon dari Dinas," sahutnya kembali memasukkan ponsel ke dalam saku celananya. Kemudian Mas Bagas menjatuhkan lagi tatapannya padaku.

 

"Udah ngak mecucu lagi kan? Sayang, Mas kan kerja buat impian kita, Mas sudah nuruti semua kemauan Adek. Jadi jangan ada curiga lagi diantar kita ya!" Lagi lagi Mas Bagas membuatku luluh. Kupeluk erat tubuh tegap pria dengan kulit legam itu. Kurasakan detak jantungnya yang berdegup teratur. Setiap  perlakuannya selalu membuatku semakin mencintainya.

 

*****----******

 

Aku masih duduk di ruang guru, di jam istirahat seperti ini para guru sering menghabiskan waktunya untuk bersantai atau pun bersenda gurau dengan guru-guru yang lainnya.

 

"Cie, pengantin baru makin berseri aja nih wajahnya," celetuk Bu Tari yang baru memasuki ruangan staf guru. Pasti ledekan itu ia jatuhkan padaku. Aku hanya tersipu mendengar ucapan wanita dengan dua anak yang kini duduk di sampingku.

 

"Piye Piye rasane malam pertama? Enak to?" ledeknya sambil mencubit kecil pinggangku membuatku menggeliat kegelian.

 

"Yo, penak to sekian lama menunggu kok, ya ngak Bu Reza?" sahut wanita dengan hijab ungu yang terus menyunggingkan senyumnya padaku.

 

"Opo to iki, bahasane wong jowo keluar semua!" sahut Pak Irfan yang lewat di depan kami. Membuat kami tertawa terkekeh dengan celetukannya.

 

Aku yang saat ini menjadi obyek gibah teman-temanku hanya tersipu malu. Biarlah meraka puas puaskan mengulitiku, toh memang begitu adanya.

 

Netraku masih berkeliling ke seluruh sudut ruangan khusus staf guru ini. Beberapa hari tidak masuk kelas terasa ada yang berbeda di ruangan ini. Biasanya disaat jam istirahat seperti ini semua guru berkumpul di ruang ini. Tapi sepertinya ada yang kurang dari mereka hari ini.

 

"Bu Tari, meja Bu Iska kok kosong ya?" tanyaku kepada wanita yang sibuk mengecek kertas ulangan para siswa di sampingku. Sejenak Wanita itu mengalihkan pandangannya ke bangku kosong yang berada di sudut bagian depan deratan bangku guru. Kemudian kembali menjatuhkan padangannya pada kertas ulangan para siswa.

 

"Katanya sih Bu Iska pindah sekolah," jelas Bu Tari dengan suara yang terdengar berat.

 

"Loh, bukannya sebetar lagi beliau akan di angkat menjadi wakil kepala sekolah, kan sayang sekali," ujarku yang sedikit menyayangkan keputusan Bu Iska.

 

"Yah, mau bagaimana lagi Bu Reza. Untung tak dapat di raih malang tak dapat di tolak." Kali ini Bu Tari menatapku serius. Wajah periangnya kini berubah menjadi mendung.

 

"Maksudnya," tanyaku kepo.

 

"Bu Iska kembali ke kampung halamannya dan memutuskan untuk mengajar di sekolah sekitar rumahnya saja."

 

"Lalu kedua anaknya?" tanyaku semakin penasaran dengan cerita Bu Tari yang hanya sepenggal sepenggal.

 

"Kedua anaknya, Hafiz dan Hafizah ikut serta pindah bersama Bu iska," cerita Bu Tari, netra wanita itu terus memandang lurus keluar pintu ruangan dengan wajah yang terlihat sedih. Seolah dirinya sedang merasakan apa yang Bu Iska sedang rasakan.

 

"Sebenarnya saya kasian dengan Bu Iska, bisa bisanya Pak Sarifudin yang seorang polisi itu memiliki wanita simpanan, kurang apa coba keluarga mereka?"

 

Deg!

 

 

 

Ucapan Bu Tari  yang terdengar menyeramkan itu masuk ke dalam telingaku. Pantas saja wajah periang Bu Tari berubah mendung, tenyata seperti ini cerita yang akan ia sampaikan padaku.

 

"Masa iya, sih Bu!" Aku membulatkan mataku tak percaya. Setahuku, selama ini rumah tangga Bu Iska dan Pak Sarifudin tergolong harmonis. Pekerjaan mereka yang mapan serta kedua anak kembar mereka yang lucu pasti menambah kebahagiaan dalam rumah tangganya. Tetapi, ternyata itu juga tidak menjamin semuanya akan baik baik saja.

 

"Tenang, saya yakin kok Mas Bagas tidak seperti Pak Sarifudin yang tega mengkhianati istri dan anaknya. Buktinya Mas Bagas setia menunggu Bu Reza hingga 8 tahun." Bu tari menepuk lembut bahuku membuatku tersadar.

 

"Iya Bu, Alhamdulillah!" sahutku meringis, aku masih tidak percaya dengan apa yang terjadi pada rumah tangga Bu Iska.

 

"Yah, ibarat anak mah delapan tahun itu sudah kelas satu SD," timpal Bu Tari membuatku tertawa. Benar saja delapan tahun Mas Bagas dengan setia telah menungguku dan itu sepantaran dengan umur anak yang sudah kelas satu SD.

 

"Bu tari, Bu tari," ucapku sambil terkekeh kepada wanita yang terus saja meledeku itu.

 

*****____*****

 

Aku masih duduk di ruang televisi rumah kami. Menunggu Mas Bagas yang tak kunjung kembali. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Namun deru motor treil itu belum juga masuk ke dalam telingaku.

 

Dreg! Dreg! Dreg!

 

Benda pipih yang sengaja aku letakan di samping tempat dudukku terus bergetar dengan layar yang  berkedip.

 

 

 

Aku alihkan pandanganku pada ponsel yang masih bergetar itu. Kulihat tertulis pada layar ponsel itu panggilan dari nomor yang kuberi nama my husband. Segara kuraih dan kutekan tombol hijau pada ponsel itu kemudian menempelkannya dekat dengan telinga.

 

"Dek, assalamualaikum," suara di ujung telepon yang hampir bertabrakan dengan suara salamku yang akhirnya aku urungkan.

 

"Wa'alaikum salam!" sahutku pada suara pria yang terdengar bergetar masuk dalam telingaku.

 

Aku masih bersikap santai, semoga tidak terjadi apapun dengan suamiku. Meskipun kini pikiran buruk itu datang kembali.

 

"Adek belum bobo?" tanyanya, suara itu terdengar seolah habis menangis.

 

"Belum Mas, Adek masih nungguin Mas pulang," sahutku, rasa penasaranku makin menggelitik mendengar suara Mas Bagas yang berbeda dari biasanya.

 

"Mas, habis menangis?" tanyaku penasaran pada pria yang sejenak tak menjawab pertanyaanku itu.

 

"Mas! Mas dengar suara Adek?" Ku ulangi ucapaku pada suara ponsel yang tiba-tiba hening.

 

"Eh, iy-iya dek! Mas dengar kok. Ehem!" Suara Mas Bagas kini sedikit berubah tak seperti tadi.

 

"Apa Mas menangis?" Aku ulangi pertanyaan yang belum sempat dijawab oleh Mas Bagas.

 

"Menangis? Iya dek, Mas menangis menahan rindu sama Adek," ledeknya, aku rasa Mas Bagas kali ini sedang tersenyum manis. Biasanya pria itu akan tersenyum saat meledekku.

 

"Serius Mas!" Gerutuku sambil mengerucutkan bibirku meskipun Mas Bagas tidak mungkin melihatnya.

 

"Iya, sayang. Maaf ya, sepertinya untuk beberapa hari kedepan Mas belum bisa pulang ke rumah. Mas ada dinas di daerah Blora. Karena hutan disana rawan pencurian," jelasnya membuatku sedih.

 

"Huf!" Aku meniup lemah dari bibirku. Rasanya sangat menyebalkan jika harus berpisah dengan Mas Bagas di saat masih hangat-hangatnya seperti ini.

 

"Apakah tidak bisa digantikan dengan mandor yang lainnya, Mas!" protesku kesal.

 

"Tidak bisa sayang! Ini sudah perintah atasan, mana mungkin Mas bisa menolaknya!" jelas Mas Bagas menyakinkan.

 

"Dasar atasanmu itu, apa ngak tau kalau kita ini pengantin baru?" ucapku semakin kesal.

 

"Hehe ... Sabar ya sayang, nanti kalau Mas sudah selesai pasti Mas kabarin, adek!"

 

"Hem," sahutku asal.

 

"Ya sudah Adek bobok dulu gih, Mas mau tugas dulu ya!"

 

"Iya, Mas!" sahutku dengan suara lemas.

 

"Sun nya mana?" pinta Mas Bagas membuatku tersipu.

 

"Ngak mau!" jawabku dengan nada kesal padahal aslinya aku sedang tersipu oleh rayuannya.

 

"Ya sudah kalau begitu Mas pulang saja lah, rencana kita beli mobil ditunda dulu saja kalau begitu."

 

"Eh, jangan-jangan!" Secepat kilat aku mengentikan ucapan Mas Bagas takut saja jika pria itu benar benar membatalkan tugasnya bisa-bisa cita citaku tahun ini punya mobil baru akan gagal.

 

"Pokok Adek pengen punya mobil baru tahun ini!" ujarku penuh penekanan.

 

"Iya sayang," ucap Mas Bagas lembut. Pria itu memang paling hafal dengan jiwaku yang materialistis.

 

"Emuach! Cepet pulang ya Mas, adek pasti kangen sekali dengan Mas!" sahutku sambil mengerucutkan bibirku seolah sedang mencium Mas Bagas. Setelah itu aku menutup ponselku dan segera menuju pembaringan.

 

***__***

 

Sudah tiga hari Mas Bagas belum kunjung juga kembali. Meskipun setiap hari kami aktif saling bertukar kabar. Namun, rasa rinduku sudah sangat menyiksa malam malamku. Maklumlah, harusnya hari hari ini adalah hari manis untuk kami memadu kasih sebagai pasangan pengantin baru.

 

Aku baru saja mengeluarkan motor maticku dari dalam rumah. Kulihat seorang pria dengan seragam perhutani sedang berjalan memasuki halaman rumahku.

 

"Mbak Reza!" ucap pria itu dengan senyum simpul.

 

"Iya, cari Mas Bagas ya, Mas?" celetukku memotong ucapan pria yang sedang membawa kantong kresek besar di tangannya itu.

 

"Bukan, ambak! Cuma mau ngasih barang Pak Bagas yang tertinggal di kantor kemarin. Saya kira besoknya bakalan di ambil pas dia masuk kerja. Eh malah sampai hampir tiga hari beliau izin cuti untuk seminggu ke depan," jelas pria itu membuat seluruh persediaanku terasa linu.

 

"Cuti?" tanyaku membulatkan netra menatap pria yang masih tersenyum ramah padaku itu.

 

"I-iya Mbak, Pak Bagas ambil cuti selama seminggu kedepan. Apa mbak ngak tau?" ucapan pria itu terdengar hati-hati.

 

"Eh, tau Mas. Iya dia lagi nengokin ibunya di Purwodadi. Saya kira ikutan dinas di Blora," celutuku memutupi. Jantungku semakin berpacu mendengar cerita yang pria itu sampaikan padaku. Tubuhku rasanya ingin mengeleyar terjatuh. Memikirkan di mana sebenarnya keberadaan suamiku saat ini.

 

"Masih bulan depan Mbak Reza di Blora itu, saya juga ikutan kalau itu."

 

 

 

Deg!

 

 

 

 

Kenyataan apa lagi ini Mas!

 

Aku masih menguatkan tubuhku berdiri di hadapan teman Mas Bagas. Setelah pria itu menyerahkan kantong kresek yang berisi tas rangsel Mas Bagas dan kemudian pergi. Tubuhku seketika terhuyun duduk di kursi teras rumah. Netraku terasa dipenuhi cairan yang membuat sesak seluruh dadaku. Baru kali ini Mas Bagas membohongiku, atau baru kali ini kebohongan Mas Bagas yang aku ketahui.

 

Aku manangis tergugu di teras rumah, benakku samakin berkeliaran pada hal hal yang tak masuk diakalku. Apakah mungkin Mas Bagas seperti Sarifudin, suami Bu Iska?

 

Bersambung ....

Related chapters

  • My Husband Your Husband   Yasmine

    Part sebelumnya.Kenyataan apa lagi ini Mas!Aku masih menguatkan tubuhku berdiri di hadapan teman Mas Bagas. Setelah pria itu menyerahkan kantong kresek yang berisi tas rangsel milik Mas Bagas dan kemudian pergi. Tubuhku seketika terhuyun duduk di kursi teras rumah. Netraku terasa dipenuhi oleh cairan yang membuat sesak seluruh dadaku. Baru kali ini Mas Bagas membohongiku atau baru kali ini kebohongan Mas Bagas yang aku ketahuiAku manangis tergugu di teras rumah, benakku samakin berkeliaran pada hal hal yang tak masuk di akalku. Apakah mungkin Mas Bagas seperti Sarifudin, suami Bu Iska?Next PART 3Hari-hari kulakui dengan sepi bahkan rasa sakit ini pun tak kujung juga mereda. Tak kuperduli kan Mas Bagas yang berkali kali menghubungiku bahkan ribua

    Last Updated : 2021-06-13
  • My Husband Your Husband   Mas Bagas Berubah

    Segara kuraih selembar nota pembayaran rumah sakit yang terjatuh sembarang. Kubuka lipatan secarik kertas yang jelas tertulis nama Yasmin yang terletak di ujung nota lengkap dengan tanda tangannya.Di dalam nota itu hanya tertulis rincian biaya perawatan, tanpa nama pasien atau pun penyakit yang diderita. Hanya pada akhir nota tertulis nama Yasmin sebagai pelunas biaya tersebut.'Kenapa bukan nama Mas Bagas?' Apakah nota ini bukan milik Mas Bagas? Jika bukan kenapa nota ini ada di dalam saku baju Mas Bagas?'Benakku terus berfikir, namun aku mencoba berfikir sepositif mungkin. Aku tidak mau terjadi kesalahpahaman seperti halnya hari kemarin.Aku percaya Mas Bagas tidak akan pernah membohongiku. Karena yang aku tau pria itu sangat mencintaiku.Segara kulanjutkan kembali aktifitasku menc

    Last Updated : 2021-06-13
  • My Husband Your Husband   Penyelidikan

    Part sebelumnya.Stttt,Pak Aris meletakan jari telunjuknya ke dekat bibirnya. Kemudian mendekatkan wajahnya sedikit ke arah lku yang duduk di sampingnya."Bu Reza, tapi jangan marah ya. Tadi aku melihat suami ibu masuk ke hotel bersama seorang wanita," bisik pria itu sesaat membuat pandanganku terasa kabur dengan jantung berdebar.Next part 5Deg!Benar, jantungku rasanya sedang berhenti mengalirkan darah keseluruh tubuhku. Pria itu menatapku dengan serius, sepertinya Pak Aris benar-benar dengan ucapannya. Segera kunormalkan pikiranku yang hampir limbung oleh cerita yang Pak Aris sampaikan. Namun tubuhku masih saja terasa bergetar."Apa Pak Aris yakin kalau itu adalah Mas Bagas?" tanyaku memastikan apa yang Pa

    Last Updated : 2021-06-13
  • My Husband Your Husband   Wanita Di Dalam Hotel

    Part Sebelumnya"Mbak, mbak! Dih malah melamun," panggil mamang ojol membutku tergeragap."Eh iya Pak maaf! bapak tunggu di sini sebentar ya pak, saya mau ngecek ke hotel sebentar," ucapku dengan suara bergetar dengan tubuh yang terasa menggigil menahan rasa sakit yang meremas hati.Next PART 6Aku berjalan memasuki halaman hotel yang dipenuhi tanaman hijau. Sepanjang jalan setapak berjajar lampu hias dengan bola lampu yang besar berbentuk bulat. Tubuhku semakin bergetar saat aku semakin mendekat ke lobby Hotel. Jantungku seolah berpacu lebih cepat, berkali-kali aku menyeka keringat yang membasahi keningku dengan satu tanganku.'Yah, benar itu motor Mas Bagas.' Kulihat motor itu berada di parkiran hotel.Kini aku sudah memasuki loby hotel. Disambut oleh seorang resepsionis cantik yang tersenyum ramah kepadaku.

    Last Updated : 2021-06-14
  • My Husband Your Husband   Dihantui Perselingkuhan

    Pagi masih begitu berkabut, dingin pun masih terus menghujam hingga meremukkan tulang-tulangku. Netraku harus kubuka paksa ketika tidak aku dapati Mas Bagas tidur di sampingku. Barang kali dia masih marah dengan ucapanku semalam.Aku menuruni ranjang dan bergegas mencari keberadaan Mas Bagas. Baru kali ini sepanjang kami bersama, laki-laki itu merajuk. Mungkin karena ia harus diliburkan beberapa hari dari pekerjaannya karena ulahku di hotel atau karena ia gagal naik pangkat gara-gara kejadian itu. Entahlah aku tidak perduli. Toh, tanpa dia naik pangkat gajiku pun sudah cukup untuk membiayai kehidupan kami."Mas! Mas Bagas!" panggilku menelusuri seluruh ruangan di rumahku. Namun, tidak aku temukan keberadaan pria itu.Kulihat waktu pada jam yang mengantung pada dinding ruang tamu telah menunjukan pukul lima pagi. Apa mungkin Mas Bagas pergi bekerja? Bukankah dia sedang diliburkan.&nbs

    Last Updated : 2021-06-16
  • My Husband Your Husband   Rumah Mas Bagas

    Subuh buta aku telah menyiapkan kebutuhan yang akan aku perlukan di perjalanan. Tas ranselku pun telah aku isi dengan aneka macam oleh-oleh untuk ibu mertuaku. Jika sempat, nanti aku juga akan menambahkan buah tanganku yang lebih banyak lagi untuk ibu mertuaku dan Mas Bagas.Sengaja aku tidak memberi tau Mas Bagas tentang kedatanganku karena aku ingin memberinya kejutan untuknya. Tidak dapat kubayangkan jika Mas Bagas tiba-tiba melihatku di sana, pasti pria itu akan semakin menyayangiku karena etikatku untuk berbaikan dengan ibunya. Ah, entahlah sejak kapan aku menjadi pengemis cinta Mas Bagas seperti ini. Seingatku dulu Mas Bagas lah yang terus memohon kepadaku agar aku mau menikah dengannya. Namun, kini semuanya justru berbalik padaku.Sudah ku isi penuh tangki motor meticku. Sepertinya sudah cukup untuk perjalanan dua jam menuju rumah Mas Bagas. Kalau kecepatan sedang biasanya sampai tiga jam baru sampai ke rumah Mas Bag

    Last Updated : 2021-06-16
  • My Husband Your Husband   Menuntut Nafkah Batin

    Aku masuki halaman rumah berlantai dua yang cukup luas. Netraku beredar dari rumah tinggi itu hingga bagian taman kecilnya yang didominasi dengan bunga mawar dan angrek. Cukup indah dan terawat. Apakah ibu mertuaku sendiri yang merawat semua tanaman ini. Mungkin saja! ternyata orangnya telaten juga."Dek!" panggil Mas Bagas membuatku terhenyak."Eh, iya Mas!" sahutku geragapan. Aku terlalu terkesima dengan rumah ini. Rumah yang sama persis dengan rumah impianku."Ayo masuk!" Pria itu menarik pergelangan tanganku menaiki anak tangga menuju pintu utama rumah yang berada di lantai dua.Perlahan pintu yang tingginya sekitar dua meter lebih itu terbuka ke dalam. Netraku tidak hentinya berdacak kagum dengan perabotan di rumah itu. Semua begitu unik yang didominasi hasil ukir ukiran dari kayu jati.Namun, kenapa tidak ada

    Last Updated : 2021-06-17
  • My Husband Your Husband   Lelaki Di Kamar Yasmin

    Tanganku terus meraba keberadaan Mas Bagas di sampingku. Tubuhku terasa dingin tanpa pelukannya disaat tidur. Namun sosok itu telah tidak ada di sampingku.Kuusap lembut netraku yang masih berkabut. Kulirik waktu pada jam yang dinding yang telah menunjukan pukul dua dini hari.Aku menuruni rajang mencari Mas Bagas di kamar mandi. Tapi kamar mandi itu kosong.Kuturuni anak tangga, siapa tau Mas Bagas lapar dan sedang makan di dapur. karena di lantai atas ini hanya ada kamar Mas Bagas dan satu kamar yang terletak di ujung ruangan."Ah, terus Mas!"Suara desahan dari kamar yang terletak di sudut lantai bawah itu terdengar jelas masuk ke dalam telingaku. Membuat langkah kakiku terhenti.Rintihan demi rintihan saling bersahutan. Bahkan desahan menjijikan itu membuat kakiku seolah begitu lemas dan tak bertulang.

    Last Updated : 2021-06-17

Latest chapter

  • My Husband Your Husband   Sebuah Pelajaran

    POV author.15 tahun kemudianLangit masih saja sama. Mendung datang bergulung-gulung. Lelaki bertubuh tinggi besar itu mempercepat langkah kakinya menuju sebuah rumah sederhana. Kedua tangannya menutup bagian kepalanya agar rintik hujan tidak membahasi tubuhnya. Menurut mitos hujan pertama kali itu bikin sakit.Cekret!Suara derit pintu yang terbuka menandakan bahwa pintu itu sudah lama tidak diberi pelumas. Seseorang yang duduk pada bangku kursi goyang melihat ke arah kedatangan lelaki tampan berkulit sawo matang yang menenteng sebuah kantong plastik di tangannya."Aska!" suara serak itu menandakan bahwa kini usia lelaki yang duduk di kursi goyang itu sudah tidak lagi muda. Sebuah senyuman tersungging dari bibir lelaki tua itu saat melihat kedatangan Aska."Papa, maaf jika aku terlambat datang ke sini. Tadi hujan turun cukup deras, jadi aku memutuskan untuk tinggal di ka

  • My Husband Your Husband   Karma

    POV Reza"Apa? Bagaimana bisa?" Aku terhenyak saat salah satu karyawan tempatku karaoke melaporkan bahwa ada satu dari karyawanku yang membawa uang kantor."Bodoh!" hardikku kesal pada seorang karyawan yang mengadu kepadaku."Berapa juta uang yang dibawa oleh kariawan itu?" cetusku bersungut-sungut. Dadaku bergemuruh menahan amarah yang membuncah.Gadis muda yang tertunduk lesu di hadapanku itu tak bergeming. Sesekali ia melirik ke arahku dengan wajah' takut. "Sekitar seratus juta, Bu!" lirihnya seraya mengigit bibir bawahnya."Apa?" Seketika kedua bola mataku membulat penuh dan hampir lepas dari cangkangnya. "Seratus juta!" Kepalaku terasa berdenyut. Hampir saja tubuhku jatuh pingsan mendengar kerugian tempat karaoke yang baru saja aku rintis. Bagaimana bisa semua seperti ini."Bu Reza, Bu Reza!" Seseorang membantuku duduk pada bangku sofa saat aku hampir terjatuh. Dadaku

  • My Husband Your Husband   Janji Bagas

    POV Bagas"Apakah kamu yakin Yasmin akan menerima kamu kembali, Bagas?" suara renta itu terdengar meragukanku.Bayangan pantulan wanita yang berada di kursi roda itu dari cermin itu terus mengawasiku. Aku tak bergeming, melihat pantulan diriku pada cermin yang berada di depanku."Aku yakin Bu, Yasmin pasti akan kembali padaku!" sahutku sekilas menoleh ke balik punggung.Aku segera menyelesaikan persiapanku. Meskipun aku bisa melihat dengan jelas keraguan dari wajah Ibu."Bagas!" lirih Ibu saat aku menyambar kunci mobil yang berada di atas nakas.Wajah sendu itu mengawasiku yang berjalan menghampirinya. "Ada apa ibu?" tanyaku menjatuhkan tubuhku di depan kedua pangkuan ibu."Jangan terlalu mengharapkan Yasmin. Kini Yasmin sudah memiliki kehidupan sendiri. Berhentilah mencintainya, Bagas!"Sorot mata nanar itu menatap lekat padaku. Aku tersenyum k

  • My Husband Your Husband   Kembali Ke Rumah Rasyid

    POV Yasmin."Meskipun aku masih mencintai Mas Bagas. Tapi aku tidak mungkin meninggalkan Bang Rasyid. Karena bagaimanapun juga aku sudah berjanji pada diriku sendiri, apapun yang terjadi aku akan mempertahankan pernikahan ini sampai kapanpun," batinku."Tidak Bang! Aku sudah mengubur semua kenanganku bersama Mas Bagas," jawabku.Lelaki yang duduk di hadapanku tersenyum bahagia melihat padaku. Sorot matanya nanar namun penuh haru. Perlahan lelaki itu pun bangkit mendekatiku lalu menjatuhkan pelukannya pada tubuhku."Terimakasih, Yas! Terimakasih!" ucap Bang Rasyid menghujani wajahku dengan kecupan. Begitu juga dengan Aska yang berada di pangkuanku. Kami saling berpelukan penuh kasih sayang.Beberapa saat Bang Rasyid tenggelam dalam kesedihan dan rasa haru. Sementara aku, bayangan Mas Bagas sedikitpun tidak beranjak dari benakku meskipun kini Bang Rasyid berada di sampingku.

  • My Husband Your Husband   Uang Rasyid Hilang

    POV Rasyid.Semua sudah terjadi dan tidak mungkin kembali. Dari rekaman CCTV rumah aku bisa tau siapakah yang sudah mencuri hartaku. Dalam rekaman itu terlihat jelas sese"Lihat, sekarang kamu bisa melihat siapakah Reza sebenarnya kan?" cetusku pada Ratih yang duduk di sampingku.Gadis muda itu hanya terdiam, tidak mampu berucap apapun. Wajahnya pun seketika berubah pucat. Tergambar jelas penyesalan dari wajah gadis itu."Maaf Abang!" lirih Ratih. Sesaat kemudian terdengar isakan yang disertai dengan bahu yang bergerak naik turun. Meskipun wajahnya tertunduk, aku bisa melihat jika gadis itu kini sedang menangis."Coba saja kamu mau mendengar nasehat Abang dan Mbak Yasmin, pasti semua tidak akan terjadi seperti ini Ratih!" cetusku benar-benar sangat kecewa pada Ratih. Aku terduduk lesu, menatap iba pada Ratih.Gadis muda itu hanya terisak. Tidak seperti biasanya berani mela

  • My Husband Your Husband   Kemenangan Reza

    POV Reza."Baiklah! Jika kamu memang menolakku Mas. Tidak apa-apa, tapi setidaknya aku harus mengeruk habis semua harta-harta kamu hingga kamu jatuh miskin.""Kak Reza!"Ratih tiba-tiba muncul dari balik pintu kamarku. Gadis itu menjatuhkan tubuhnya memelukku dengan terisak membuatku tersadar dari lamunan."Ada apa Ratih?" tanyaku bersikap hangat kepada gadis bodoh yang mudah sekali untukku peralat.Beberapa saat Ratih terus menangis sesegukan. Ia menumpahkan semua beban yang berada di dalam dadanya. Tanpa aku tau apa yang sudah membuatnya menangis.Perlahan kulepaskan pelukan Ratih dari tubuhku. "Ada apa Ratih, katakanlah!" bujukku agar gadis itu berhenti menangis.Butiran bening dari dua bola mata itu justru semakin mengalir deras. Satu tangan Ratih menyodorkan sesuatu kepadaku."Astaga! Ratih!" sergahku terkejut saat meraih tespek berga

  • My Husband Your Husband   Pencuri

    POV Rasyid"Karena pasien yang bernama Ratih Wijayanti tidak menggunakan BPJS maka untuk bagian administrasinya sebesar dua ratus juta. Ini perinciannya ya, Pak!" Wanita yang berada di loket administrasi itu memberikan rincian biaya pengobatan Ratih kepadaku."Baik Mbak, hari ini juga akan saya lunasi," ucapku pada wanita itu."Oh, ya Mbak bagaimana dengan tagihan pasien' atas nama Yasmin, apakah sudah dibayar?" imbuhku penasaran.Rasa malu bertemu dengan Yasmin membuatku mengurungkan diri untuk menjenguknya. Terlalu banyak kesalahan yang sudah Ratih lakukan kepada wanita itu begitu juga dengan diriku. Namun, justru Yasminlah yang sudah datang untuk menolong Ratih."Sebentar ya, Pak?" Wanita itu terlihat mengetikkan sesuatu pada keyboard, sesekali sorot matanya melihat pada layar monitor yang menyala."Untuk biaya pengobatan pasien yang bernama Yasmin sudah dilunasi

  • My Husband Your Husband   Pengakuan Bagas

    POV Yasmine"Terima kasih Mas sudah datang di saat yang tepat. Maaf aku sudah membohongi Mas Bagas!"Lelaki itu menyungingkan ulasan senyuman kecil padaku. "Iya Yas, sama-sama!" sahut Mas Bagas terdengar begitu lembut."Lalu bagaimana dengan pemuda itu, Mas!" tanyaku penasaran dengan nasib pacar Ratih yang tega ingin menggugurkan darah dagingnya sendiri."Polisi sudah meringkusnya bersama Dokter abal-abal itu. Semoga saja mereka mendapatkan balasan yang setimpal atas perbuatan yang sudah mereka lakukan," sahut Mas Bagas."Lalu ..!""Ratih!" seru Mas Bagas memotong ucapanku. Seolah lelaki itu sudah tahu pertanyaan apalagi yang akan aku lontarkan kepadanya.Aku mengangguk lembut. "Ratih sudah melewati masa kritisnya. Meskipun terjadi luka pada rahimnya dan memungkinkan dia tidak akan bisa memiliki anak lagi.""Astaghfirullahaladzim!" Aku tid

  • My Husband Your Husband   Rasyid Cemburu

    POV RasyidTiba-tiba Reza menghilang bagaikan ditelan bumi. Wanita itu seolah tahu bahwa sebentar lagi keluarga dan suaminya akan datang ke sini untuk mencarinya. Ratih hanya mengatakan bahwa ia sempat mengantarkan Reza menuju terminal sebelum akhirnya nomor ponsel Reza pun tidak dapat dihubungi. Apakah kini aku sedang tertipu? Tidak aku rasa tidak, tapi mengapa Reza melarikan diri dari semua orang.Kuhempaskan tubuhku pada tepi ranjang berukuran king size yang berada di kamar Reza. Semua barang-barang wanita itu sudah raib tak tersisa. Sejenak aku berpikir, sepertinya Reza sudah merencanakan kepergiannya.Aku meraih ponsel yang berada di dalam saku celana. Beberapa kali benda pipi itu bergetar. Sesaat aku menjatuhkan pandanganku pada layar ponsel yang masih berkedip. Sebuah nomor tanpa nama sedang melakukan panggilan padaku."Halo!" sapaku setelah menekan tombol hijau pada layar"Ha

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status