Beranda / Romansa / My Husband Your Husband / Dihantui Perselingkuhan

Share

Dihantui Perselingkuhan

Penulis: Ayu Kristin
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-16 07:22:04

Pagi masih begitu berkabut, dingin pun masih terus menghujam hingga meremukkan tulang-tulangku. Netraku harus kubuka paksa ketika tidak aku dapati Mas Bagas tidur di sampingku. Barang kali dia masih marah dengan ucapanku semalam.

 

Aku menuruni ranjang dan bergegas mencari keberadaan Mas Bagas. Baru kali ini sepanjang kami bersama, laki-laki itu merajuk. Mungkin karena ia harus diliburkan beberapa hari dari pekerjaannya karena ulahku di hotel atau karena ia gagal naik pangkat gara-gara kejadian itu. Entahlah aku tidak perduli. Toh, tanpa dia naik pangkat gajiku pun sudah cukup untuk membiayai kehidupan kami.

 

"Mas! Mas Bagas!" panggilku menelusuri seluruh ruangan di rumahku. Namun, tidak aku temukan keberadaan pria itu.

 

Kulihat waktu pada jam yang mengantung pada dinding ruang tamu telah menunjukan pukul lima pagi. Apa mungkin Mas Bagas pergi bekerja? Bukankah dia sedang diliburkan.

 

Aku bergegas kembali ke kamar meraih ponsel yang berada di atas nakas. Kulihat ponsel Mas Bagas dan tas rangselnya pun sudah tidak ada di tempat biasanya ia meletakan dua benda penting itu.

 

Ku usap lembut pada layar gawaiku. Hanya ada beberapa notifikasi dari grup tempat kuliahku dulu dan beberapa chat dari teman-teman guruku. Tidak ada satupun chat atau panggilan dari Mas Bagas untuk sekedar meninggalkan pesan. Lalu kemana pria itu pergi?

 

Tut! Tut! Tut!

 

"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif cobalah beberapa saat lagi."

 

Suara mesin robot itu samakin membuatku kesal. Ku lempar sembarang ponsel itu ke atas ranjang. Dadaku semakin bergemuruh, menahan kesal kepada Mas Bagas yang pergi tanpa pamit kepadaku.

 

Mentari kian merangkak naik, cahayanya kian terang benderang menghangatkan seluruh penghuni di bumi. Namun, tidak denganku. Aku semakin kacau dengan pikiranku sendiri. Menerka keberadaan Mas Bagas yang sama sekali tidak memberiku kabar dan menghilang begitu saja.

 

Aku sudah menghubungi seluruh teman-teman Mas Bagas bahkan hingga atasan Mas Bagas pun aku tanyai. Namun, pria sombong itu juga tidak tau keberadaan suamiku. Dasar, baru jadi atasan saja sudah belagu, kesalku.

 

Sepertinya aku harus meredam sedikit emosiku, bisa-bisa aku darah tinggi hanya karena mencari keberadaan Mas Bagas.

 

"Bu Reza, Bu Reza!" panggil Bu tari dari ambang pintu ruang staf.

 

Wajahnya kali ini terlihat berbeda tak seperti biasanya. Wanita yang sudah hampir menginjak kepala empat itu begitu panik dengan nafas yang terus naik turun.

 

"Ada apa Bu Tari?" tanyaku heran.

 

"Buruan ikut!"

 

Bu Tari menarik paksa lenganku menuju ruang tata usaha. Di situ sudah ada beberapa guru yang sedang memasang wajah tegang menatap pada layar televisi yang tengah menyala.

 

"Lihat Bu, lihat?" Titah Bu tari menunjuk pada layar televisi yang menayangkan berita pembunuhan yang sedang berlangsung.

 

"Ada apa sih Bu Tari?" tanyaku masih belum faham dengan maksud dari Bu Tari.

 

Kujatuhkan pandanganku pada layar televisi yang berjarak tidak terlalu jauh dariku. "Bu Iska?" aku membuka netraku lebar memastikan wanita dalam layar televisi itu adalah Bu Iska, dan ternyata benar, wanita itu adalah Bu Iska.

 

"Demikian berita hari ini."

 

Ucap wanita pembawa acara berita di televisi mengakhiri beritanya.

 

Aku masih bingung dengan apa yang disampaikan dalam berita itu. Karena aku hanya melihat wajah Ibu Isak yang tergugu di layar televisi kemudian acara itu berakhir.

 

"Wah, ngak nyangka ya kalau Bu Iska bakalan setega itu," celetuk pak Danang menggelengkan kepalanya.

 

Pria yang berlalu melintasi tubuhku itu terlihat tidak percaya dengan tayangan tentang sahabat kami pada layar televisi.

 

"Yuk!" ajak Bu Tari menarik tanganku menuju ruang staf guru.

 

Nafasku masih tersengal mengikuti Bu Tari yang berlari kesana kemari.

 

"Bu, sebenarnya ada pas sih?? Aku bingung loh Bu?"tanyaku pada Bu Tari yang seketika menjatuhkan tatapnya kepadaku.

 

"Jadi Bu Reza sedari tadi ngak ngerti?" ucapnya dengan netra sedikit membelalak menatapku heran.

 

Aku menggeleng dengan polosnya, karena aku memang tidak menangkap sesuatu yang Bu Tari maksud. Yang aku tahu hanya Bu Iska yang muncul diberita televisi.

 

"Itu Bu Reza, Bu Iska diduga menjadi tersangka atas pembunuhan seorang mayat wanita dalam gorong-gorong."

 

"Apa pembunuhan?" ucapku setengah tidak percaya.

 

Aku menarik kursiku mendekati Bu Tari. Ku tatap mimik wajahnya penuh haru.

 

"Bagaimana bisa Bu Iska membunuh?" tanyaku yang tidak habis fikir dengan wanita yang menurutku sama sekali tak pernah menampakkan kemarahannya itu.

 

"Sepertinya wanita itu adalah selingkuhan suaminya, kabarnya sih wanita itu sedang mengandung anak dari suami Bu Iska."

 

Deg!

 

'Selingkuh lagi, Kalimat itu lama kelamaan membuatku merasa gila. Pantas saja Bu Iska benar-benar gila karena ulah suaminya yang berselingkuh.'

 

"Masak sih Bu?" Aku memundurkan sedikit tubuhku kebelakang, mengusap lembut keringat yang membasahi pelipisku. Nyeri sekali mendengar nasib Bu Isak. Harus kehilangan keluarganya dan sekarang harus mendekam di jeruji besi.

 

"Benerlah, buktinya masuk tv tuh. Mungkin Bu Iska pindah ke kampung halamannya untuk menghindar dari kejaran polisi." Bu Tari menganggukkan kepalanya dengan menatap lekat kepadaku.

 

"Ehm, begitulah laki-laki makhluk paling serakah di dunia," imbuh Bu Tari wanita yang engan untuk menikah lagi itu.

 

Aku diam tak bergeming, aku tidak mau berita macam selingkuh itu kembali merusak otakku dan membuatku tersugesti. Hingga aku selalu menaruh curiga kepada Mas Bagas.

 

Daripada aku terhanyut dalam cerita Bu Tari. Lebih baik aku mencoba menghubungi Mas Bagas kembali. Siapa tau kali ini nomor Mas Bagas dapat kuhubungi.

 

Ku raih benda pipih itu dari saku celanaku. Kemudian ku usap lembut pada layar yang menampakkan gambar pernikahanku dengan Mas Bagas.

 

Senyum bahagia tergambar jelas diwajah hitam manis mas Bagas. Begitu juga dengan diriku yang mengenakan kebaya berwarna putih hingga menampakkan wajahku yang bagitu ayu.

 

'Ah, aku benar-benar menyesali kebodohanku telah mempermalukan mas Bagas didepan banyak orang.'

 

Segera aku menekan tombol hijau di kontak yang kuberi nama my husband. Semoga kali ini mas Bagas mau mengakat panggilanku, doaku dalam hati.

 

Tut! Tut! Tut!

 

"Halo,"

 

Aku tersenyum lebar mendengar pria itu menjawab panggilanku. "Halo mas!" sahutku dengan nada bahagia.

 

"Ada apa dek?" suara lembut itu kembali menghanyutkanku. Seolah aku sedang jatuh cinta untuk kesekian kalinya dengan mas Bagas.

 

"Mas dimana? Kok pergi ngak bilang-bilang?" ucapku dengan nada manja.

 

"Maaf tadi pagi mas ngak pamit, habis adek tidurnya pulas banget. Mas lagi di Purwodadi di tempat ibu." Ucapnya dengan nada yang begitu lembut.

 

'Purwodadi lagi, ah mas Bagas ini lagi lagi ketempat ibu. Apakah dia benar-benar tidak merindukanku. Padahal aku ingin sekali bersamanya.'

 

"Terus mas kapan pulang?" tanyaku dengan mengerucutkan bibirku, meskipun ia tidak tau.

 

"Belum tau ya dek, katanya ibu masih kangen sama mas!"

 

"Oh," sejenak aku terdiam, apakah mas Bagas lebih menyayangi ibunya daripada aku, gerutuku.

 

"Udah dulu ya dek, mas mau nyuapin ibu?"

 

"Mas adek nyusul ya?" ucapku memotong ucapan mas Bagas.

 

"Ngak usah dek, jauh kasihan kamunya kalau kecapean." Tolak mas Bagas dengan nada lembut. Kemudian pria itu mengakhiri panggilannya.

 

Aku mendengus kasar. Aku tau jika ibu mas Bagas kurang menyukaiku. Entah apa yang membuat wanita paruh baya itu tidak menyukaiku, yang aku tau sejak penolakanku atas pinangan mas Bagas dulu wanita itu seketika berubah. Bahkan di acara pernikahan kami pun beliau tidak datang.

 

___***____

 

Ku usap lembut kasur tempat mas Bagas biasa berbaring. Di sanalah pria itu melepas lelapnya disampingku dengan setia memeluk erat tubuhku. Katanya jika ia tidak memelukku maka netranya engan sekali terpejam.

 

Malam semakin merangkak naik, menuju keheningan yang kian membuat nelangsa jiwa yang kesepian. Apakah kini mas Bagas sudah tertidur? Andaikan ia tau akulah kini yang merindukan pelukannya. Netra ini kian terjaga merindukan pelukan yang membuatku semakin candu.

 

'Lebih baik besok aku menyusul mas Bagas ke Purwodadi, lagipula sudah lama aku tidak bertemu dengan ibu mertuaku. Aku ingin memperbaiki hubungan kami yang sempat kurang baik.'

 

Pikirku kian berkelana, ingin aku perbaiki kesalahanku di masalalu. Agar mas Bagas tidak perlu memilih antara aku dan ibunya.

 

BERSAMBUNG ...

Bab terkait

  • My Husband Your Husband   Rumah Mas Bagas

    Subuh buta aku telah menyiapkan kebutuhan yang akan aku perlukan di perjalanan. Tas ranselku pun telah aku isi dengan aneka macam oleh-oleh untuk ibu mertuaku. Jika sempat, nanti aku juga akan menambahkan buah tanganku yang lebih banyak lagi untuk ibu mertuaku dan Mas Bagas.Sengaja aku tidak memberi tau Mas Bagas tentang kedatanganku karena aku ingin memberinya kejutan untuknya. Tidak dapat kubayangkan jika Mas Bagas tiba-tiba melihatku di sana, pasti pria itu akan semakin menyayangiku karena etikatku untuk berbaikan dengan ibunya. Ah, entahlah sejak kapan aku menjadi pengemis cinta Mas Bagas seperti ini. Seingatku dulu Mas Bagas lah yang terus memohon kepadaku agar aku mau menikah dengannya. Namun, kini semuanya justru berbalik padaku.Sudah ku isi penuh tangki motor meticku. Sepertinya sudah cukup untuk perjalanan dua jam menuju rumah Mas Bagas. Kalau kecepatan sedang biasanya sampai tiga jam baru sampai ke rumah Mas Bag

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-16
  • My Husband Your Husband   Menuntut Nafkah Batin

    Aku masuki halaman rumah berlantai dua yang cukup luas. Netraku beredar dari rumah tinggi itu hingga bagian taman kecilnya yang didominasi dengan bunga mawar dan angrek. Cukup indah dan terawat. Apakah ibu mertuaku sendiri yang merawat semua tanaman ini. Mungkin saja! ternyata orangnya telaten juga."Dek!" panggil Mas Bagas membuatku terhenyak."Eh, iya Mas!" sahutku geragapan. Aku terlalu terkesima dengan rumah ini. Rumah yang sama persis dengan rumah impianku."Ayo masuk!" Pria itu menarik pergelangan tanganku menaiki anak tangga menuju pintu utama rumah yang berada di lantai dua.Perlahan pintu yang tingginya sekitar dua meter lebih itu terbuka ke dalam. Netraku tidak hentinya berdacak kagum dengan perabotan di rumah itu. Semua begitu unik yang didominasi hasil ukir ukiran dari kayu jati.Namun, kenapa tidak ada

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-17
  • My Husband Your Husband   Lelaki Di Kamar Yasmin

    Tanganku terus meraba keberadaan Mas Bagas di sampingku. Tubuhku terasa dingin tanpa pelukannya disaat tidur. Namun sosok itu telah tidak ada di sampingku.Kuusap lembut netraku yang masih berkabut. Kulirik waktu pada jam yang dinding yang telah menunjukan pukul dua dini hari.Aku menuruni rajang mencari Mas Bagas di kamar mandi. Tapi kamar mandi itu kosong.Kuturuni anak tangga, siapa tau Mas Bagas lapar dan sedang makan di dapur. karena di lantai atas ini hanya ada kamar Mas Bagas dan satu kamar yang terletak di ujung ruangan."Ah, terus Mas!"Suara desahan dari kamar yang terletak di sudut lantai bawah itu terdengar jelas masuk ke dalam telingaku. Membuat langkah kakiku terhenti.Rintihan demi rintihan saling bersahutan. Bahkan desahan menjijikan itu membuat kakiku seolah begitu lemas dan tak bertulang.

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-17
  • My Husband Your Husband   Kekasih Yasmin

    Hari ini Mas Bagas sedang pergi bersama teman sekolahnya dulu. Seharian mengurung diri di dalam kamar ini terasa begitu membosankan.Kuputuskan untuk berjalan-jalan melihat lihat rumah yang ibu Mas Bagas tempati ini. Menurutku rumah ini cukup mewah dan terawat. Sepertinya Yasmin benar-benar merangkap jadi pembantu di sini. Selain menjaga ibu, wanita berkulit sawo matang itu juga rajin membersihkan rumah. Mungkin sebagian tanda balas budi sebagai biaya ganti tinggal gratis di rumah ini.Namun, rumah ini sering sekali sepi. Hanya ada ibu dan Aska. Kata Mas Bagas setiap pagi hingga petang Yasmin baru akan kembali ke rumah setelah berjualan baju.Ah, ternyata dia hanya jualan baju saja toh. Mana mungkin Mas Bagas akan tergoda. Aku kan tau betul selera Mas Bagas. Wanita yang sepadan dengannya tentunya. Berpendidikan dan memiliki title. Dia itu tidak akan berminat dengan wanita yang ecek ecek apalagi

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-17
  • My Husband Your Husband   Ketahuan

    "Dek, sarapanmu udah aku taruh di situ ya!"Suara Mas Bagas terdengar masuk ke dalam telingaku. Netraku yang masih lengket perlahan kubuka paksa. Manangkap sosok pria yang tengah sibuk mengenakan sepatunya di tepi ranjang."Mau kemana sih Mas pagi-pagi begini?" tanyaku malas dengan mengusap lembut kedua netraku yang masih berkabut."Aska badannya panas Dek dari semalam. Jadi Mas harus segera bawa ke rumah sakit," sahutnya terburu-buru."Aska!" sahutku bangkit duduk di atas ranjang dengan pandangan yang semakin jelas melihat Mas Bagas."Tapi kan Mas ...." ucapku terhenti ketika teriakan ibu dari lantai bawah mengema memanggil nama Mas Bagas."Nanti saja ya Dek, Mas buru-buru!" sahut Mas Bagas berlalu secepat kilat meninggalkanku sendirian di kamar."Ah!"Aku mendengus kasar melihat kepergian Mas Bagas keluar dari kamar. Kubanting kasa

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-17
  • My Husband Your Husband   Masa Lalu

    Netraku membeliak memanas, air mataku runtuh berjatuhan tanpa mampu kutahan saat melihat sebuah bingkai foto yang berada di dalam kamar Yasmin.Sebuah foto pernikahan terpasang jelas pada dinding kamar Yasmin. Iya, foto Mas Bagas dengan perempuan berkulit sawo matang itu dengan balutan baju pengantin adat daerah Purwodadi.Lututku seketika lamas, jantungku telah melompat dari tempurungnya. Kepalaku teras nyut-nyutan sesaat tatapanku pun menjadi kabur dan tubuhku terhuyun jatuh di atas lantai.'Mas Bagas Setega ini kamu denganku, tenyata benar firasatku selama ini. Kamu telah mengkhianati cinta kita, Mas! 'Aku tergugu dalam tangisan tak bersuara. Hatiku sakit, bahkan sangat sakit sekali.Sepersekian detik aku hanyut dalam lukaku. Seperti orang yang kehilangan akal, aku tidak tahu lagi apa yang harus kuperbuat. Aku tidak ingin melepaskan M

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-18
  • My Husband Your Husband   Melamar Reza

    "Nak, ibu ingin sekali kamu segera meminang Reza. Ibu rasa kamu sudah saatnya memiliki seorang pendamping," ucap Ibu dengan wajah penuh binar.Tidak bisa aku pungkiri, menginjak usaiku yang ke 28 tahun pasti ibu merasa dilema. Mungkin juga malu karena diriku yang tak kunjung menikah. Karena sudah banyak diantara teman-temanku justru sudah ada yang memiliki anak, bahkan ada yang memiliki anak lebih dari satu."Iya Bu, nanti aku coba bicara sama Reza ya!" hiburku pada Ibu.Ibu menolehkan wajahnya menatapku. "Loh, memangnya selama ini hubungan kalian itu bukan pacaran toh?" tanya ibu dengan netra menyelidik."Ya, kami pacaran Bu. Tapi, sudahlah Bu nanti saja aku ceritanya," ucapku lesu berajak meninggalkan Ibu di meja makan.Kubenamkan tubuhku di atas rajang, menatap langit-langit kamar yang telah dipenuhi rumah laba-laba. Pasti wanita itu t

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-05
  • My Husband Your Husband   Penolakan

    Mobil bak terbuka yang aku tumpangi telah tiba di depan halaman rumah minimalis berlantai dua. Rumah yang asri dengan aneka tanaman yang tumbuh di bagian halaman depan rumah."Wah, rumahnya besar sekali Bagas," decak kagum Pak lek Narto melihat rumah Reza. "Beruntungnya kamu dapat istri orang kaya!" imbuhnya menepuk lembut bahuku dengan tatapan bangga."Iya Pak lek!" sahutku dengan tersenyum kecil."Alhamdulillah ya Nak, akhirnya impianmu terkabul." Kini giliran ibu yang menepuk bahuku penuh haru.Aku segera mengajak Ibu dan Pak lek Narto menuju pintu utama rumah Reza. Aku yakin pasti kedua orang tua Reza telah menunggu kedatangan kami sedari tadi. Karena mobil butut Pak lek Narto tadi sempat beberapa kali mogok, hingga membuat kedatangan kami sedikit terlambat.Tok! Tok! Tok!"Assalamualaikum," sapaku dari lu

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-05

Bab terbaru

  • My Husband Your Husband   Sebuah Pelajaran

    POV author.15 tahun kemudianLangit masih saja sama. Mendung datang bergulung-gulung. Lelaki bertubuh tinggi besar itu mempercepat langkah kakinya menuju sebuah rumah sederhana. Kedua tangannya menutup bagian kepalanya agar rintik hujan tidak membahasi tubuhnya. Menurut mitos hujan pertama kali itu bikin sakit.Cekret!Suara derit pintu yang terbuka menandakan bahwa pintu itu sudah lama tidak diberi pelumas. Seseorang yang duduk pada bangku kursi goyang melihat ke arah kedatangan lelaki tampan berkulit sawo matang yang menenteng sebuah kantong plastik di tangannya."Aska!" suara serak itu menandakan bahwa kini usia lelaki yang duduk di kursi goyang itu sudah tidak lagi muda. Sebuah senyuman tersungging dari bibir lelaki tua itu saat melihat kedatangan Aska."Papa, maaf jika aku terlambat datang ke sini. Tadi hujan turun cukup deras, jadi aku memutuskan untuk tinggal di ka

  • My Husband Your Husband   Karma

    POV Reza"Apa? Bagaimana bisa?" Aku terhenyak saat salah satu karyawan tempatku karaoke melaporkan bahwa ada satu dari karyawanku yang membawa uang kantor."Bodoh!" hardikku kesal pada seorang karyawan yang mengadu kepadaku."Berapa juta uang yang dibawa oleh kariawan itu?" cetusku bersungut-sungut. Dadaku bergemuruh menahan amarah yang membuncah.Gadis muda yang tertunduk lesu di hadapanku itu tak bergeming. Sesekali ia melirik ke arahku dengan wajah' takut. "Sekitar seratus juta, Bu!" lirihnya seraya mengigit bibir bawahnya."Apa?" Seketika kedua bola mataku membulat penuh dan hampir lepas dari cangkangnya. "Seratus juta!" Kepalaku terasa berdenyut. Hampir saja tubuhku jatuh pingsan mendengar kerugian tempat karaoke yang baru saja aku rintis. Bagaimana bisa semua seperti ini."Bu Reza, Bu Reza!" Seseorang membantuku duduk pada bangku sofa saat aku hampir terjatuh. Dadaku

  • My Husband Your Husband   Janji Bagas

    POV Bagas"Apakah kamu yakin Yasmin akan menerima kamu kembali, Bagas?" suara renta itu terdengar meragukanku.Bayangan pantulan wanita yang berada di kursi roda itu dari cermin itu terus mengawasiku. Aku tak bergeming, melihat pantulan diriku pada cermin yang berada di depanku."Aku yakin Bu, Yasmin pasti akan kembali padaku!" sahutku sekilas menoleh ke balik punggung.Aku segera menyelesaikan persiapanku. Meskipun aku bisa melihat dengan jelas keraguan dari wajah Ibu."Bagas!" lirih Ibu saat aku menyambar kunci mobil yang berada di atas nakas.Wajah sendu itu mengawasiku yang berjalan menghampirinya. "Ada apa ibu?" tanyaku menjatuhkan tubuhku di depan kedua pangkuan ibu."Jangan terlalu mengharapkan Yasmin. Kini Yasmin sudah memiliki kehidupan sendiri. Berhentilah mencintainya, Bagas!"Sorot mata nanar itu menatap lekat padaku. Aku tersenyum k

  • My Husband Your Husband   Kembali Ke Rumah Rasyid

    POV Yasmin."Meskipun aku masih mencintai Mas Bagas. Tapi aku tidak mungkin meninggalkan Bang Rasyid. Karena bagaimanapun juga aku sudah berjanji pada diriku sendiri, apapun yang terjadi aku akan mempertahankan pernikahan ini sampai kapanpun," batinku."Tidak Bang! Aku sudah mengubur semua kenanganku bersama Mas Bagas," jawabku.Lelaki yang duduk di hadapanku tersenyum bahagia melihat padaku. Sorot matanya nanar namun penuh haru. Perlahan lelaki itu pun bangkit mendekatiku lalu menjatuhkan pelukannya pada tubuhku."Terimakasih, Yas! Terimakasih!" ucap Bang Rasyid menghujani wajahku dengan kecupan. Begitu juga dengan Aska yang berada di pangkuanku. Kami saling berpelukan penuh kasih sayang.Beberapa saat Bang Rasyid tenggelam dalam kesedihan dan rasa haru. Sementara aku, bayangan Mas Bagas sedikitpun tidak beranjak dari benakku meskipun kini Bang Rasyid berada di sampingku.

  • My Husband Your Husband   Uang Rasyid Hilang

    POV Rasyid.Semua sudah terjadi dan tidak mungkin kembali. Dari rekaman CCTV rumah aku bisa tau siapakah yang sudah mencuri hartaku. Dalam rekaman itu terlihat jelas sese"Lihat, sekarang kamu bisa melihat siapakah Reza sebenarnya kan?" cetusku pada Ratih yang duduk di sampingku.Gadis muda itu hanya terdiam, tidak mampu berucap apapun. Wajahnya pun seketika berubah pucat. Tergambar jelas penyesalan dari wajah gadis itu."Maaf Abang!" lirih Ratih. Sesaat kemudian terdengar isakan yang disertai dengan bahu yang bergerak naik turun. Meskipun wajahnya tertunduk, aku bisa melihat jika gadis itu kini sedang menangis."Coba saja kamu mau mendengar nasehat Abang dan Mbak Yasmin, pasti semua tidak akan terjadi seperti ini Ratih!" cetusku benar-benar sangat kecewa pada Ratih. Aku terduduk lesu, menatap iba pada Ratih.Gadis muda itu hanya terisak. Tidak seperti biasanya berani mela

  • My Husband Your Husband   Kemenangan Reza

    POV Reza."Baiklah! Jika kamu memang menolakku Mas. Tidak apa-apa, tapi setidaknya aku harus mengeruk habis semua harta-harta kamu hingga kamu jatuh miskin.""Kak Reza!"Ratih tiba-tiba muncul dari balik pintu kamarku. Gadis itu menjatuhkan tubuhnya memelukku dengan terisak membuatku tersadar dari lamunan."Ada apa Ratih?" tanyaku bersikap hangat kepada gadis bodoh yang mudah sekali untukku peralat.Beberapa saat Ratih terus menangis sesegukan. Ia menumpahkan semua beban yang berada di dalam dadanya. Tanpa aku tau apa yang sudah membuatnya menangis.Perlahan kulepaskan pelukan Ratih dari tubuhku. "Ada apa Ratih, katakanlah!" bujukku agar gadis itu berhenti menangis.Butiran bening dari dua bola mata itu justru semakin mengalir deras. Satu tangan Ratih menyodorkan sesuatu kepadaku."Astaga! Ratih!" sergahku terkejut saat meraih tespek berga

  • My Husband Your Husband   Pencuri

    POV Rasyid"Karena pasien yang bernama Ratih Wijayanti tidak menggunakan BPJS maka untuk bagian administrasinya sebesar dua ratus juta. Ini perinciannya ya, Pak!" Wanita yang berada di loket administrasi itu memberikan rincian biaya pengobatan Ratih kepadaku."Baik Mbak, hari ini juga akan saya lunasi," ucapku pada wanita itu."Oh, ya Mbak bagaimana dengan tagihan pasien' atas nama Yasmin, apakah sudah dibayar?" imbuhku penasaran.Rasa malu bertemu dengan Yasmin membuatku mengurungkan diri untuk menjenguknya. Terlalu banyak kesalahan yang sudah Ratih lakukan kepada wanita itu begitu juga dengan diriku. Namun, justru Yasminlah yang sudah datang untuk menolong Ratih."Sebentar ya, Pak?" Wanita itu terlihat mengetikkan sesuatu pada keyboard, sesekali sorot matanya melihat pada layar monitor yang menyala."Untuk biaya pengobatan pasien yang bernama Yasmin sudah dilunasi

  • My Husband Your Husband   Pengakuan Bagas

    POV Yasmine"Terima kasih Mas sudah datang di saat yang tepat. Maaf aku sudah membohongi Mas Bagas!"Lelaki itu menyungingkan ulasan senyuman kecil padaku. "Iya Yas, sama-sama!" sahut Mas Bagas terdengar begitu lembut."Lalu bagaimana dengan pemuda itu, Mas!" tanyaku penasaran dengan nasib pacar Ratih yang tega ingin menggugurkan darah dagingnya sendiri."Polisi sudah meringkusnya bersama Dokter abal-abal itu. Semoga saja mereka mendapatkan balasan yang setimpal atas perbuatan yang sudah mereka lakukan," sahut Mas Bagas."Lalu ..!""Ratih!" seru Mas Bagas memotong ucapanku. Seolah lelaki itu sudah tahu pertanyaan apalagi yang akan aku lontarkan kepadanya.Aku mengangguk lembut. "Ratih sudah melewati masa kritisnya. Meskipun terjadi luka pada rahimnya dan memungkinkan dia tidak akan bisa memiliki anak lagi.""Astaghfirullahaladzim!" Aku tid

  • My Husband Your Husband   Rasyid Cemburu

    POV RasyidTiba-tiba Reza menghilang bagaikan ditelan bumi. Wanita itu seolah tahu bahwa sebentar lagi keluarga dan suaminya akan datang ke sini untuk mencarinya. Ratih hanya mengatakan bahwa ia sempat mengantarkan Reza menuju terminal sebelum akhirnya nomor ponsel Reza pun tidak dapat dihubungi. Apakah kini aku sedang tertipu? Tidak aku rasa tidak, tapi mengapa Reza melarikan diri dari semua orang.Kuhempaskan tubuhku pada tepi ranjang berukuran king size yang berada di kamar Reza. Semua barang-barang wanita itu sudah raib tak tersisa. Sejenak aku berpikir, sepertinya Reza sudah merencanakan kepergiannya.Aku meraih ponsel yang berada di dalam saku celana. Beberapa kali benda pipi itu bergetar. Sesaat aku menjatuhkan pandanganku pada layar ponsel yang masih berkedip. Sebuah nomor tanpa nama sedang melakukan panggilan padaku."Halo!" sapaku setelah menekan tombol hijau pada layar"Ha

DMCA.com Protection Status