Share

Yasmine

Author: Ayu Kristin
last update Last Updated: 2021-06-13 19:05:30

Part sebelumnya.

 

Kenyataan apa lagi ini Mas!

 

Aku masih menguatkan tubuhku berdiri di hadapan teman Mas Bagas. Setelah pria itu menyerahkan kantong kresek yang berisi tas rangsel milik Mas Bagas dan kemudian pergi. Tubuhku seketika terhuyun duduk di kursi teras rumah. Netraku terasa dipenuhi oleh cairan yang membuat sesak seluruh dadaku. Baru kali ini Mas Bagas membohongiku atau baru kali ini kebohongan Mas Bagas yang aku ketahui

 

Aku manangis tergugu di teras rumah, benakku samakin berkeliaran pada hal hal yang tak masuk di akalku. Apakah mungkin Mas Bagas seperti Sarifudin, suami Bu Iska?

 

 

 

Next PART 3

 

 

 

 

Hari-hari kulakui dengan sepi bahkan rasa sakit ini pun tak kujung juga mereda. Tak kuperduli kan Mas Bagas yang berkali kali menghubungiku bahkan ribuan pesan yang ia kirimkan hanya kubaca tanpa satupun yang kubalas.

 

[Dek, sudah bangun! Kenapa telepon Mas ngak di angkat!] dikirim 5:30 WIB.

 

[Dek, kamu sudah makan, Mas di sini rindu sekali dengan, Adek] Dikrimin 12:00 WIB.

 

[Dek! kenapa telepon Mas nggak pernah kamu angkat,  apa Adek sedang sibuk?] Dikirim pukul 21:00 WIB.

 

Itu beberapa pesan yang Mas Bagas kirimkan kepadaku. Tidak ada sedikitpun nada marah atau kesal dari sekian banyak pesan yang masuk dalam gawayku. Sungguh pria itu benar-benar penyabar sama seperti yang aku kenal selama ini.

 

Hari ini adalah hari Sabtu, seminggu kurang sehari Mas Bagas meninggalkanku. Sebenarnya aku pun rindu pada pria yang tak  pernah sedikitpun marah padaku itu. Bahkan dia selalu memperlakukanku dengan sangat baik, sekalipun aku berwatak keras kepala dan cenderung arogan. Entahlah, apa yang membuat pria itu sangat mencintaiku.

 

 

 

 

Aku sudah mengeluarkan motor maticku dari dalam rumah. Maklum saja rumah ini adalah hadiah maskawin dari Mas Bagas jadi belum tersedia garasi. Rencananya sambil berjalannya waktu, rumah pemberian Mas Bagas ini akan di renovasi lebih bagus lagi. Karena terhalang kendala biaya pernikahan kami yang cukup menguras tabungan Mas Bagas, jadi rencana itu untuk sementara harus kami tunda.

 

Greng! Greng! Greng!

 

Pria yang mendarai motor trail itu berhenti di halaman rumah. Entah kenapa melihat sosok yang sedang menuruni motor itu membuat tubuhku seolah lemas tak berdaya. Ingin sekali rasanya aku berlari dan memeluk tubuh tegap pria yang kini sedeng tersenyum padaku itu. Namun, hatiku kembali remuk mengingat pria itu telah menipuku mentah-mentah dengan permainannya.

 

 

"Sayang, kok diem aja!" Pria itu menjatuhkan pelukannya pada tubuh mungilku. Kemudian menghujani wajahku dengan ciuman yang biasa ia lakukan.

 

Mas Bagas menarik tubuhnya kemudian memerhatikan wajahku yang cemberut.

 

Pria itu kemudian menuntunku duduk di kursi teras rumah.

 

"Kenapa kok cemberut gitu?" tanyanya yang kini duduk bersimpuh di hadapan kakiku.

 

Aku tak bergeming, aku masih begitu kesal dengannya. Karena hal yang paling aku benci di dalam hidup ini adalah ketika aku dibohongi.

 

"Kamu ngak rindu sama, Mas?" ucapnya kini menatap lekat pada wajahku yang masih engan melihatnya.

 

"Mas dari mana?" ucapku ketus, kutatap iris hitam yang bertengger di kedua bola mata Mas Bagas dengan tajam.

 

"Kan Mas kemarin sudah bilang, kalau Mas lagi dinas di Blora, sayang!" Pria itu membalas tatapanku dengan hangat. Tidak sedikitpun kebohongan yang aku temukan di dalam tatapannya. Padahal jelas jelas pria itu sedang mengkamuflase ucapannya.

 

"Mas bohong!" Aku menaikan nada suaraku satu oktaf. Membuat pria itu berdiri dari tempatnya.

 

 

"Jangan teriak gitu dong, Dek, malu di dengerin orang. Kita ngobrol di dalam yuk!" ajak Mas Bagas menarik lengan satuku yang masih memegang helm.

 

"Ngak mau, sekarang Mas jawab jujur, Mas dari mana?" Aku mengurangi sedikit volume suaraku hingga terdengar begitu dingin. Tak sedetikpun kutatap pria yang berdiri di hadapanku yang sedang memegang pergelanganku.

 

"Oke, baiklah Mas akan jawab. Tapi kita bicara di dalam ya!" Pria itu masih terus membujukku dan menarik lembut lenganku masuk ke dalam rumah.

 

Kuhempasan kasar pegangan tangan Mas Bagas hingga terlepas. Segera aku bangkit dengan amarah yang masih kutahan masuk ke dalam rumah. Kemudian kuhempaskan bokongku dengan kasar duduk di kursi sofa ruang tamu.

 

Terlihat pria itu mengusap lembut keningnya yang basah oleh keringat kemudian menarik nafas dalam-dalam dengan menghembuskannya pelan. Setelah itu ia kembali duduk bersimpuh di hadapanku.

 

"Sayang, maafkan Mas jika harus berbohong kepadamu. Mas memang tidak ke Blora, karena tugas itu baru akan di mulai bulan depan. Kemarin Mas pergi ke Purwodadi, ibu katanya lagi sakit, jadi Mas buru-buru ke sana," tutur Mas Bagas.

 

 

 

Sejenak kujatuhkan pandanganku pada pria yang terus memperlihatkan wajah memelas itu. Aku perhatikan gerak gerik bola matanya, tidak ada perubahan sedikitpun pada netra hitam yang masih terus menatapku sendu.

 

"Benarkah?" sahutku datar. Aku masih tidak sepenuhnya percaya dengan ucapan Mas Bagas.

 

"Iya, dek! Jadi Mas harus temani ibu dirawat dulu baru Mas bisa pulang. Maafkan Mas ya, yang ngak ngasih tau Adek karena Mas ngak mau merepotkanmu dek!" tukas Mas Bagas yang raut wajahnya terlihat begitu sedih.

 

"Memang ibu sakit apa lagi, Mas?" tanyaku mulai melunak, tetapi entah mengapa hatiku masih engan menerima penjelasan itu.

 

"Jantung ibu kumat lagi, Dek!" Pria itu menatapku pilu, kuusap rambut ikal berwarna hitam yang kini terbenam di pangkuanku.

 

Delapan tahun aku mengenal Mas Bagas, dia adalah anak dari seorang janda miskin di Purwodadi. Ayahnya telah meninggal dunia sejak Mas Bagas masih berusia 4 tahun. Peliknya kehidupan yang menyiksa membuat pria itu dengan gigih memperjuangkan cita-citanya untuk membuat ibunya bahagia. Itulah sepenggal kisah hidup Mas Bagas yang aku ketahui.

 

 

 

"Dek, Mas ingin melamar adek!" ucapnya kala itu saat aku masih menjadi guru honorer di sebuah sekolah menengah atas swasta di daerah Bojonegoro.

 

"Apa Mas?" Aku begitu terkejut dengan ucapannya kala itu.

 

"Ibuku sedang sakit keras Dek, dia ingin kita segera menikah." Wajah pria berkulit coklat itu terlihat pilu.

 

"Mas, aku kan sudah bilang, aku belum mau menikah jika aku belum diangkat menjadi PNS!" cetusku menolak ajakan menikah' Mas Bagas.

 

"Dek, Mas yakin penghasilan Mas masih cukup untuk membiayai hidup kita nanti. Jadi kamu tidak perlu mengejar karirmu!" desak Mas Bagas yang kala itu belum menjadi seorang mandor perhutani.

 

"Maksud Mas?" Aku membulatkan netraku tidak terima. Bagaimana mungkin aku menikah dengan pria yang penghasilannya belum tentu mencukupi kebutuhanku itu.

 

"Ayahku seorang kepala sekolah, ibuku seorang dokter dan Mas memintaku hanya untuk menjadi seorang ibu rumah tangga, seperti itu?" debatku tak terima.

 

"Bukan Dek, bukan begitu. Maksud Mas kita menikah dulu setelah itu kamu masih bisa melanjutkan karirmu lagi. Mas tidak ada niatan membatasimu, Dek!" suara Mas Bagas terdengar lirih.

 

"Ibu cuma pengen kita menikah, ibu takut jika  umurnya tidak panjang lagi, Dek!" Genangan embun telah membasahi netra Mas Bagas. Namun saat itu aku masih dengan egoku, berdiri pada keputusanku. Tidak ada sedikitpun rasa iba pada pria yang sedang tertunduk disampingku dan memohon agar aku menjadi pendamping hidupnya.

 

"Ya kalau mau menikah denganku, tunggu sampai aku sudah di angkat menjadi PNS, setelah itu bangunkan rumah untukku karena aku tidak mau tinggal bersama ibumu, kedua orang tuaku ataupun ngontrak," sahutku ketus.

 

Kutinggalkan pria yang terus menundukan wajahnya itu. Tak perduli saat itu dia sedang menangis atau terluka dengan ucapanku. 

 

***__***

 

Kujalani hidupku dengan Normal seperti semula. Alasan Mas Bagas memang cukup masuk akal. Setelah penolakan lamarannya kala itu membuat ibu mertuaku pasti sangat kecewa. Sikapnya yang dulu begitu baik dan penyanyang padaku berubah dratis semenjak kejadian itu. Wanita yang sudah sangat tua itu lebih banyak diam dan tak terlalu banyak bicara padaku, terkadang justru menampakkan wajah yang tidak suka di depanku.  Hingga pada saat hari pernikahan kami yang digelar sangat mewah tak ada satupun sanak saudara Mas Bagas yang datang. Begitupun juga mertuaku.

 

Aku sering mengomel pada Mas Bagas tentang sikap ibunya yang berubah padaku, namun pria itu hanya diam tak bergeming. Yang terpenting baginya adalah selalu patuh kepadaku. Mungkin karena hubungan kami yang tidak terlalu baik membuat Mas Bagas engan menyampaikan tentang masalah ibunya padaku.

 

Hari ini adalah hari Minggu, jadwalku menjadi babu di istana kecil rumahku. Mas Bagas sudah meninggalkan rumah sedari pagi, pria itu harus menyisir seluruh hutan wilayah Bojonegoro daerah tempat tinggal kami. Mengecek pohon pohon jati yang hampir habis oleh para penebang liar.

 

Aku masih memilah baju baju yang akan aku masukan ke dalam mesih cuci. Seminggu tidak mencuci membuat tumpukan baju kotor itu mengunung sangat tinggi di atas mesin cuci.

 

"Itu seragam Mas Bagas!" ucapku meraih seragam perhutani berwarna hijau yang kukira hilang, justru berada diantara tumpukan baju bajuku di bagian paling bawah.

 

Kuperiksa satu persatu setiap kantong baju itu untuk memastikan jika tidak ada sesuatu barang yang penting yang tertinggal. Tanganku terhenti ketika masuk di saku baju berwarna hijau milik Mas Bagas. Sebuah kertas terselip di dalamnya dan segara aku meraihnya.

 

Kubuang kertas itu sembarang, namun netraku terhenti ketika sebuah nama terlihat jelas pada tulisan kertas yang nampak seperti nota itu.

 

[RUMAH SAKIT HUSADA]

 

LAPORAN PEMBAYARAN

 

[YASMIN]

 

BERSAMBUNG ....

 

Terimakasih buat kalian yang sudah menyempatkan membaca ceritaku, semoga kalian terhibur dan bisa memetik pesan yang aku selipkan di dalamnya.

 

Jangan lupa ikuti terus kelanjutan ceritanya ya!

 

tinggalkan like dan bintang kalian agar aku semangat untuk melanjutkan ceritanya.

 

salam bahagia...

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Pontjo Tutik
bagus ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • My Husband Your Husband   Mas Bagas Berubah

    Segara kuraih selembar nota pembayaran rumah sakit yang terjatuh sembarang. Kubuka lipatan secarik kertas yang jelas tertulis nama Yasmin yang terletak di ujung nota lengkap dengan tanda tangannya.Di dalam nota itu hanya tertulis rincian biaya perawatan, tanpa nama pasien atau pun penyakit yang diderita. Hanya pada akhir nota tertulis nama Yasmin sebagai pelunas biaya tersebut.'Kenapa bukan nama Mas Bagas?' Apakah nota ini bukan milik Mas Bagas? Jika bukan kenapa nota ini ada di dalam saku baju Mas Bagas?'Benakku terus berfikir, namun aku mencoba berfikir sepositif mungkin. Aku tidak mau terjadi kesalahpahaman seperti halnya hari kemarin.Aku percaya Mas Bagas tidak akan pernah membohongiku. Karena yang aku tau pria itu sangat mencintaiku.Segara kulanjutkan kembali aktifitasku menc

    Last Updated : 2021-06-13
  • My Husband Your Husband   Penyelidikan

    Part sebelumnya.Stttt,Pak Aris meletakan jari telunjuknya ke dekat bibirnya. Kemudian mendekatkan wajahnya sedikit ke arah lku yang duduk di sampingnya."Bu Reza, tapi jangan marah ya. Tadi aku melihat suami ibu masuk ke hotel bersama seorang wanita," bisik pria itu sesaat membuat pandanganku terasa kabur dengan jantung berdebar.Next part 5Deg!Benar, jantungku rasanya sedang berhenti mengalirkan darah keseluruh tubuhku. Pria itu menatapku dengan serius, sepertinya Pak Aris benar-benar dengan ucapannya. Segera kunormalkan pikiranku yang hampir limbung oleh cerita yang Pak Aris sampaikan. Namun tubuhku masih saja terasa bergetar."Apa Pak Aris yakin kalau itu adalah Mas Bagas?" tanyaku memastikan apa yang Pa

    Last Updated : 2021-06-13
  • My Husband Your Husband   Wanita Di Dalam Hotel

    Part Sebelumnya"Mbak, mbak! Dih malah melamun," panggil mamang ojol membutku tergeragap."Eh iya Pak maaf! bapak tunggu di sini sebentar ya pak, saya mau ngecek ke hotel sebentar," ucapku dengan suara bergetar dengan tubuh yang terasa menggigil menahan rasa sakit yang meremas hati.Next PART 6Aku berjalan memasuki halaman hotel yang dipenuhi tanaman hijau. Sepanjang jalan setapak berjajar lampu hias dengan bola lampu yang besar berbentuk bulat. Tubuhku semakin bergetar saat aku semakin mendekat ke lobby Hotel. Jantungku seolah berpacu lebih cepat, berkali-kali aku menyeka keringat yang membasahi keningku dengan satu tanganku.'Yah, benar itu motor Mas Bagas.' Kulihat motor itu berada di parkiran hotel.Kini aku sudah memasuki loby hotel. Disambut oleh seorang resepsionis cantik yang tersenyum ramah kepadaku.

    Last Updated : 2021-06-14
  • My Husband Your Husband   Dihantui Perselingkuhan

    Pagi masih begitu berkabut, dingin pun masih terus menghujam hingga meremukkan tulang-tulangku. Netraku harus kubuka paksa ketika tidak aku dapati Mas Bagas tidur di sampingku. Barang kali dia masih marah dengan ucapanku semalam.Aku menuruni ranjang dan bergegas mencari keberadaan Mas Bagas. Baru kali ini sepanjang kami bersama, laki-laki itu merajuk. Mungkin karena ia harus diliburkan beberapa hari dari pekerjaannya karena ulahku di hotel atau karena ia gagal naik pangkat gara-gara kejadian itu. Entahlah aku tidak perduli. Toh, tanpa dia naik pangkat gajiku pun sudah cukup untuk membiayai kehidupan kami."Mas! Mas Bagas!" panggilku menelusuri seluruh ruangan di rumahku. Namun, tidak aku temukan keberadaan pria itu.Kulihat waktu pada jam yang mengantung pada dinding ruang tamu telah menunjukan pukul lima pagi. Apa mungkin Mas Bagas pergi bekerja? Bukankah dia sedang diliburkan.&nbs

    Last Updated : 2021-06-16
  • My Husband Your Husband   Rumah Mas Bagas

    Subuh buta aku telah menyiapkan kebutuhan yang akan aku perlukan di perjalanan. Tas ranselku pun telah aku isi dengan aneka macam oleh-oleh untuk ibu mertuaku. Jika sempat, nanti aku juga akan menambahkan buah tanganku yang lebih banyak lagi untuk ibu mertuaku dan Mas Bagas.Sengaja aku tidak memberi tau Mas Bagas tentang kedatanganku karena aku ingin memberinya kejutan untuknya. Tidak dapat kubayangkan jika Mas Bagas tiba-tiba melihatku di sana, pasti pria itu akan semakin menyayangiku karena etikatku untuk berbaikan dengan ibunya. Ah, entahlah sejak kapan aku menjadi pengemis cinta Mas Bagas seperti ini. Seingatku dulu Mas Bagas lah yang terus memohon kepadaku agar aku mau menikah dengannya. Namun, kini semuanya justru berbalik padaku.Sudah ku isi penuh tangki motor meticku. Sepertinya sudah cukup untuk perjalanan dua jam menuju rumah Mas Bagas. Kalau kecepatan sedang biasanya sampai tiga jam baru sampai ke rumah Mas Bag

    Last Updated : 2021-06-16
  • My Husband Your Husband   Menuntut Nafkah Batin

    Aku masuki halaman rumah berlantai dua yang cukup luas. Netraku beredar dari rumah tinggi itu hingga bagian taman kecilnya yang didominasi dengan bunga mawar dan angrek. Cukup indah dan terawat. Apakah ibu mertuaku sendiri yang merawat semua tanaman ini. Mungkin saja! ternyata orangnya telaten juga."Dek!" panggil Mas Bagas membuatku terhenyak."Eh, iya Mas!" sahutku geragapan. Aku terlalu terkesima dengan rumah ini. Rumah yang sama persis dengan rumah impianku."Ayo masuk!" Pria itu menarik pergelangan tanganku menaiki anak tangga menuju pintu utama rumah yang berada di lantai dua.Perlahan pintu yang tingginya sekitar dua meter lebih itu terbuka ke dalam. Netraku tidak hentinya berdacak kagum dengan perabotan di rumah itu. Semua begitu unik yang didominasi hasil ukir ukiran dari kayu jati.Namun, kenapa tidak ada

    Last Updated : 2021-06-17
  • My Husband Your Husband   Lelaki Di Kamar Yasmin

    Tanganku terus meraba keberadaan Mas Bagas di sampingku. Tubuhku terasa dingin tanpa pelukannya disaat tidur. Namun sosok itu telah tidak ada di sampingku.Kuusap lembut netraku yang masih berkabut. Kulirik waktu pada jam yang dinding yang telah menunjukan pukul dua dini hari.Aku menuruni rajang mencari Mas Bagas di kamar mandi. Tapi kamar mandi itu kosong.Kuturuni anak tangga, siapa tau Mas Bagas lapar dan sedang makan di dapur. karena di lantai atas ini hanya ada kamar Mas Bagas dan satu kamar yang terletak di ujung ruangan."Ah, terus Mas!"Suara desahan dari kamar yang terletak di sudut lantai bawah itu terdengar jelas masuk ke dalam telingaku. Membuat langkah kakiku terhenti.Rintihan demi rintihan saling bersahutan. Bahkan desahan menjijikan itu membuat kakiku seolah begitu lemas dan tak bertulang.

    Last Updated : 2021-06-17
  • My Husband Your Husband   Kekasih Yasmin

    Hari ini Mas Bagas sedang pergi bersama teman sekolahnya dulu. Seharian mengurung diri di dalam kamar ini terasa begitu membosankan.Kuputuskan untuk berjalan-jalan melihat lihat rumah yang ibu Mas Bagas tempati ini. Menurutku rumah ini cukup mewah dan terawat. Sepertinya Yasmin benar-benar merangkap jadi pembantu di sini. Selain menjaga ibu, wanita berkulit sawo matang itu juga rajin membersihkan rumah. Mungkin sebagian tanda balas budi sebagai biaya ganti tinggal gratis di rumah ini.Namun, rumah ini sering sekali sepi. Hanya ada ibu dan Aska. Kata Mas Bagas setiap pagi hingga petang Yasmin baru akan kembali ke rumah setelah berjualan baju.Ah, ternyata dia hanya jualan baju saja toh. Mana mungkin Mas Bagas akan tergoda. Aku kan tau betul selera Mas Bagas. Wanita yang sepadan dengannya tentunya. Berpendidikan dan memiliki title. Dia itu tidak akan berminat dengan wanita yang ecek ecek apalagi

    Last Updated : 2021-06-17

Latest chapter

  • My Husband Your Husband   Sebuah Pelajaran

    POV author.15 tahun kemudianLangit masih saja sama. Mendung datang bergulung-gulung. Lelaki bertubuh tinggi besar itu mempercepat langkah kakinya menuju sebuah rumah sederhana. Kedua tangannya menutup bagian kepalanya agar rintik hujan tidak membahasi tubuhnya. Menurut mitos hujan pertama kali itu bikin sakit.Cekret!Suara derit pintu yang terbuka menandakan bahwa pintu itu sudah lama tidak diberi pelumas. Seseorang yang duduk pada bangku kursi goyang melihat ke arah kedatangan lelaki tampan berkulit sawo matang yang menenteng sebuah kantong plastik di tangannya."Aska!" suara serak itu menandakan bahwa kini usia lelaki yang duduk di kursi goyang itu sudah tidak lagi muda. Sebuah senyuman tersungging dari bibir lelaki tua itu saat melihat kedatangan Aska."Papa, maaf jika aku terlambat datang ke sini. Tadi hujan turun cukup deras, jadi aku memutuskan untuk tinggal di ka

  • My Husband Your Husband   Karma

    POV Reza"Apa? Bagaimana bisa?" Aku terhenyak saat salah satu karyawan tempatku karaoke melaporkan bahwa ada satu dari karyawanku yang membawa uang kantor."Bodoh!" hardikku kesal pada seorang karyawan yang mengadu kepadaku."Berapa juta uang yang dibawa oleh kariawan itu?" cetusku bersungut-sungut. Dadaku bergemuruh menahan amarah yang membuncah.Gadis muda yang tertunduk lesu di hadapanku itu tak bergeming. Sesekali ia melirik ke arahku dengan wajah' takut. "Sekitar seratus juta, Bu!" lirihnya seraya mengigit bibir bawahnya."Apa?" Seketika kedua bola mataku membulat penuh dan hampir lepas dari cangkangnya. "Seratus juta!" Kepalaku terasa berdenyut. Hampir saja tubuhku jatuh pingsan mendengar kerugian tempat karaoke yang baru saja aku rintis. Bagaimana bisa semua seperti ini."Bu Reza, Bu Reza!" Seseorang membantuku duduk pada bangku sofa saat aku hampir terjatuh. Dadaku

  • My Husband Your Husband   Janji Bagas

    POV Bagas"Apakah kamu yakin Yasmin akan menerima kamu kembali, Bagas?" suara renta itu terdengar meragukanku.Bayangan pantulan wanita yang berada di kursi roda itu dari cermin itu terus mengawasiku. Aku tak bergeming, melihat pantulan diriku pada cermin yang berada di depanku."Aku yakin Bu, Yasmin pasti akan kembali padaku!" sahutku sekilas menoleh ke balik punggung.Aku segera menyelesaikan persiapanku. Meskipun aku bisa melihat dengan jelas keraguan dari wajah Ibu."Bagas!" lirih Ibu saat aku menyambar kunci mobil yang berada di atas nakas.Wajah sendu itu mengawasiku yang berjalan menghampirinya. "Ada apa ibu?" tanyaku menjatuhkan tubuhku di depan kedua pangkuan ibu."Jangan terlalu mengharapkan Yasmin. Kini Yasmin sudah memiliki kehidupan sendiri. Berhentilah mencintainya, Bagas!"Sorot mata nanar itu menatap lekat padaku. Aku tersenyum k

  • My Husband Your Husband   Kembali Ke Rumah Rasyid

    POV Yasmin."Meskipun aku masih mencintai Mas Bagas. Tapi aku tidak mungkin meninggalkan Bang Rasyid. Karena bagaimanapun juga aku sudah berjanji pada diriku sendiri, apapun yang terjadi aku akan mempertahankan pernikahan ini sampai kapanpun," batinku."Tidak Bang! Aku sudah mengubur semua kenanganku bersama Mas Bagas," jawabku.Lelaki yang duduk di hadapanku tersenyum bahagia melihat padaku. Sorot matanya nanar namun penuh haru. Perlahan lelaki itu pun bangkit mendekatiku lalu menjatuhkan pelukannya pada tubuhku."Terimakasih, Yas! Terimakasih!" ucap Bang Rasyid menghujani wajahku dengan kecupan. Begitu juga dengan Aska yang berada di pangkuanku. Kami saling berpelukan penuh kasih sayang.Beberapa saat Bang Rasyid tenggelam dalam kesedihan dan rasa haru. Sementara aku, bayangan Mas Bagas sedikitpun tidak beranjak dari benakku meskipun kini Bang Rasyid berada di sampingku.

  • My Husband Your Husband   Uang Rasyid Hilang

    POV Rasyid.Semua sudah terjadi dan tidak mungkin kembali. Dari rekaman CCTV rumah aku bisa tau siapakah yang sudah mencuri hartaku. Dalam rekaman itu terlihat jelas sese"Lihat, sekarang kamu bisa melihat siapakah Reza sebenarnya kan?" cetusku pada Ratih yang duduk di sampingku.Gadis muda itu hanya terdiam, tidak mampu berucap apapun. Wajahnya pun seketika berubah pucat. Tergambar jelas penyesalan dari wajah gadis itu."Maaf Abang!" lirih Ratih. Sesaat kemudian terdengar isakan yang disertai dengan bahu yang bergerak naik turun. Meskipun wajahnya tertunduk, aku bisa melihat jika gadis itu kini sedang menangis."Coba saja kamu mau mendengar nasehat Abang dan Mbak Yasmin, pasti semua tidak akan terjadi seperti ini Ratih!" cetusku benar-benar sangat kecewa pada Ratih. Aku terduduk lesu, menatap iba pada Ratih.Gadis muda itu hanya terisak. Tidak seperti biasanya berani mela

  • My Husband Your Husband   Kemenangan Reza

    POV Reza."Baiklah! Jika kamu memang menolakku Mas. Tidak apa-apa, tapi setidaknya aku harus mengeruk habis semua harta-harta kamu hingga kamu jatuh miskin.""Kak Reza!"Ratih tiba-tiba muncul dari balik pintu kamarku. Gadis itu menjatuhkan tubuhnya memelukku dengan terisak membuatku tersadar dari lamunan."Ada apa Ratih?" tanyaku bersikap hangat kepada gadis bodoh yang mudah sekali untukku peralat.Beberapa saat Ratih terus menangis sesegukan. Ia menumpahkan semua beban yang berada di dalam dadanya. Tanpa aku tau apa yang sudah membuatnya menangis.Perlahan kulepaskan pelukan Ratih dari tubuhku. "Ada apa Ratih, katakanlah!" bujukku agar gadis itu berhenti menangis.Butiran bening dari dua bola mata itu justru semakin mengalir deras. Satu tangan Ratih menyodorkan sesuatu kepadaku."Astaga! Ratih!" sergahku terkejut saat meraih tespek berga

  • My Husband Your Husband   Pencuri

    POV Rasyid"Karena pasien yang bernama Ratih Wijayanti tidak menggunakan BPJS maka untuk bagian administrasinya sebesar dua ratus juta. Ini perinciannya ya, Pak!" Wanita yang berada di loket administrasi itu memberikan rincian biaya pengobatan Ratih kepadaku."Baik Mbak, hari ini juga akan saya lunasi," ucapku pada wanita itu."Oh, ya Mbak bagaimana dengan tagihan pasien' atas nama Yasmin, apakah sudah dibayar?" imbuhku penasaran.Rasa malu bertemu dengan Yasmin membuatku mengurungkan diri untuk menjenguknya. Terlalu banyak kesalahan yang sudah Ratih lakukan kepada wanita itu begitu juga dengan diriku. Namun, justru Yasminlah yang sudah datang untuk menolong Ratih."Sebentar ya, Pak?" Wanita itu terlihat mengetikkan sesuatu pada keyboard, sesekali sorot matanya melihat pada layar monitor yang menyala."Untuk biaya pengobatan pasien yang bernama Yasmin sudah dilunasi

  • My Husband Your Husband   Pengakuan Bagas

    POV Yasmine"Terima kasih Mas sudah datang di saat yang tepat. Maaf aku sudah membohongi Mas Bagas!"Lelaki itu menyungingkan ulasan senyuman kecil padaku. "Iya Yas, sama-sama!" sahut Mas Bagas terdengar begitu lembut."Lalu bagaimana dengan pemuda itu, Mas!" tanyaku penasaran dengan nasib pacar Ratih yang tega ingin menggugurkan darah dagingnya sendiri."Polisi sudah meringkusnya bersama Dokter abal-abal itu. Semoga saja mereka mendapatkan balasan yang setimpal atas perbuatan yang sudah mereka lakukan," sahut Mas Bagas."Lalu ..!""Ratih!" seru Mas Bagas memotong ucapanku. Seolah lelaki itu sudah tahu pertanyaan apalagi yang akan aku lontarkan kepadanya.Aku mengangguk lembut. "Ratih sudah melewati masa kritisnya. Meskipun terjadi luka pada rahimnya dan memungkinkan dia tidak akan bisa memiliki anak lagi.""Astaghfirullahaladzim!" Aku tid

  • My Husband Your Husband   Rasyid Cemburu

    POV RasyidTiba-tiba Reza menghilang bagaikan ditelan bumi. Wanita itu seolah tahu bahwa sebentar lagi keluarga dan suaminya akan datang ke sini untuk mencarinya. Ratih hanya mengatakan bahwa ia sempat mengantarkan Reza menuju terminal sebelum akhirnya nomor ponsel Reza pun tidak dapat dihubungi. Apakah kini aku sedang tertipu? Tidak aku rasa tidak, tapi mengapa Reza melarikan diri dari semua orang.Kuhempaskan tubuhku pada tepi ranjang berukuran king size yang berada di kamar Reza. Semua barang-barang wanita itu sudah raib tak tersisa. Sejenak aku berpikir, sepertinya Reza sudah merencanakan kepergiannya.Aku meraih ponsel yang berada di dalam saku celana. Beberapa kali benda pipi itu bergetar. Sesaat aku menjatuhkan pandanganku pada layar ponsel yang masih berkedip. Sebuah nomor tanpa nama sedang melakukan panggilan padaku."Halo!" sapaku setelah menekan tombol hijau pada layar"Ha

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status