Share

My Husband Your Husband
My Husband Your Husband
Author: Ayu Kristin

Keberuntunganku

Author: Ayu Kristin
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

 

 

Aku masih memandangi pria dengan hidung mancung yang kini sedang terlelap di sampingku. Pria yang baru kemarin mengucapkan janji suci di depan ayah dan ibuku. Memintaku untuk menjadi teman hidupnya berbagi dalam suka dan duka, teman saling menjaga, dan saling mengasihi. Teman yang akan setia membimbingku hingga akhir hayatku dan teman yang akan bersama-sama menuju janahnya. Iya, dia adalah Mas Bagas. Pria yang aku pacari hampir delapan tahun lamanya. Bukan waktu yang singkat untuk kita saling mengenal, yang pasti waktu selama itu sudah cukup untuk kami saling mempelajari karakter masing-masing hingga kami memutuskan untuk melanjutkan ke pelaminan. Maklum, untuk wanita seperti aku yang telah menginjak usia 30 tahun bukan saatnya lagi untuk bermain-main dalam menjalani cinta. Aku butuh pria yg serius untuk menjadi imamku dan ayah dari anak-anakku. Apalagi tentang finansial, jelas Mas Bagas sudah lebih bagiku. Dia adalah seorang mandor perhutani, weskipun wajahnya tak seputih artis korea, tapi lelaki berbadan tegap itu mempunyai kepribadian yang sangat lembut. Tak pernah sekalipun selama berpacaran dia memarahiku atau sejenisnya. Dia begitu Sabar menghadapi sifatku yang kekanak-kanakan dan begitu manja. Sebagai anak tunggal, ayah dan ibu memang sangat memanjakanku. Hingga akhirnya sifat itu terbawa sampai aku dewasa.

 

Aku memang tidak mau terburu-buru dalam hal menikah seperti yang teman-temanku lakukan. Mereka memilih menikah di usia muda tanpa kematangan, pada akhirnya rumah tangga mereka harus kandas di tengah jalan. Itu lah hal yg sama sekali tidak aku inginkan. Karena menjalani rumah tangga tidak hanya modal cinta. Semua aspek harus saling mendukung, mulai dari finansial, kasih sayang dan saling mengerti. Jika salah satunya tidak melengkapi, maka rumah tangga itu bagaikan manusia yang berjalan dengan kaki pincang dan harus siap untuk tumbang.

 

 

"Mas!" ucapku lembut, aku terus menyisir rahang kekar pria yang sedang mendengkur halus di sampingku, berharap pria itu segera bangun dari mimpinya.

 

"Hem!" Mas Bagas hanya mengeliat, tangan yang sedari tadi melingkar di pinggangku kini bertambah semakin erat.

 

"Ayo bangun Mas! Sholat subuh," ucapku. Sepertinya pria ini begitu kelelahan dengan permainan kami semalam. Malam panjang yang kami lalui begitu indah. Malam yg kami nantikan selama delapan tahun. Pecah sudah darah merah yang masih membekas di seprei motif bunga lavender yang membungkus pada kasur ranjangku.

 

"Jam berapa sih, dek?" tanyanya dengan suara malas, matanya masih terus terpejam seolah terasa berat untuk di buka.

 

"Jam 4 Mas!" sahutku, kini aku lebih suka memainkan bulu halus di dada pria tanpa busana itu. Naik turun, naik turun, agar Mas Bagas merasa kegelian dan segera beranjak bangun, pikirku.

 

"Hem!" Lengan kekar itu menarik tanganku yang terus membelai dadanya, matanya membulat menatapku penuh gairah. Terulas senyum manis dari bibir yang semalam habis mencumbuiku itu.

 

"Bangun Mas!" seru dengan nada tinggi, aku sengaja memasang muka sedikit kesal agar wajah tersipuku tak terlihat olehnya. Rasanya begitu malu, bagaikan anak SMA yang baru saja pacaran, otakku seolah kehilangan kesadaran, mudah ngeleyar ketika pria tegap dengan kulit hitam manis itu menggodaku atau menujukan perhatianya kepadaku.

 

"Hem, aku kira mau ngajak nambah!" ucapnya sembari membenamkan kembali wajahnya pada bantal.

 

"Ih, ayo bangun Mas!" Aku mencubit kecil pinggang Mas Bagas dengan memasang wajah manjaku, membuat pria itu berlonjak mengaduh. Sementara aku terus tertawa melihat tingkah Mas Bagas yang sedang kesakitan. Tidak menunggu waktu lama, pria itu menangkap tubuh mungilku dan menghujaniku dengan ciuman di seluruh wajahku. Aku terus tertawa, rasa bahagia itu tidak mampu kusembunyikan. Keberuntungan seorang wanita adalah ketika dia menemukan suami yang mampu menyanyanginya sepenuh hati dan keberuntunganku adalah Mas Bagas.

 

 

 

 

Selesai kami sholat Subuh bersama, Mas Bagas segera mengenakan seragam kerjanya. Seragam berwarna hijau, dengan sepatu boot lengkap dengan topinya. Sementara aku masih sibuk mengoleskan selai roti rasa nanas pada roti-roti yang berada di atas meja. Lelaki itu kini telah duduk di hadapanku, menatapku yang sedang meracikan kopi untuknya dengan tatapan sendu. Wajahnya bertumpu pada kedua telapak tangan yang ia sandarkan pada meja.

 

"Mas!" ucapku geregetan.

 

"Apa sih sayang!" sahutnya, kini tatapan sendu itu di tambah dengan ulasan senyum dari bibirnya. Membuatnya terlihat manis bagaikan gulalai. Duhh ...!

 

"Jangan lihatin aku kaya gitu dong!" ujar ku sembari menutup wajahku dengan kedua telapak tangan karena malu.

 

"Ih, memang kenapa gitu?" Kini pria itu menurunkan tangannya kemudian melipat tangan itu di atas meja.

 

"Aku malu Mas!" Benar saja wajahku pasti terlihat memerah bagaikan udang rebus sekarang.

 

Pria itu beranjak menuruni bangku, melangkahkan kakinya menghampiriku yang sedang sibuk mengaduk kopi untuknya.

 

"Kenapa harus malu coba? Kita kan sudah halal, sayang!" Pria itu memeluk tubuhku dari belakang, dan melingkarkan lengan kekarnya di pinggang rampingku. Wajah sendu itu kini berada di atas pundakku, menyesap aroma wangi dari rambutku yang masih basah.

 

"Ya malu lah Mas! Kaya anak ABG ajaas ini!" ujarku sambil mengaduk-aduk kopi yang mengeluarkan kepulan asap ke udara. Aroma kopi yang bergitu kental yang mampu memberi rasa nyaman saat kumenghirupnya. Sama halnya ketika amas Bagas sedang memelukku seperti ini.

 

"Kan kamu masih ABG dek! ABG nya Mas!" Pria itu tertawa kecil sambil mencubit hidung kecilku. Membuatku meringis menahan sakit namun juga senang karena perlakuannya.

 

Selesai kami sarapan Mas Bagas segara memacu motro trielnya. Tidak lupa aku mencium punggung tangannya terlebih dahulu sebelum Mas Bagas berangkat, dan Mas Bagas kembali menghujaniku dengan kecupan penuh di wajahku. Membuat aku terus terpejam, takut bulu halus di kumisnya mengenai kulitku.

 

Pekerjaan dengan Medan curam membuat Mas Bagas harus mengendari motor trail itu. Hampir setiap hari dia harus mengontrol keadaan hutan. Karena semakin tingginya tingkat pencurian kayu di daerahku membuat hampir seluruh waktunya di gunakan untuk menyisir hutan yang semakin gundul oleh ulah tangan-tangan nakal.

 

Aku masih terus menatap pria yang mengendarai motor trail yang kini telah menghilang di ujung jalan. Kemudian, segera aku bergegas masuk kedalam rumah untuk memburu waktu karena aku pun juga harus bergegas berangkat bekerja.

 

Aku segera memasukan semua keperluanku ke dalam tas rangsel yang berada di atas meja kerjaku beserta laptop yang berisi data nilai murid-muridku. Aku adalah seorang guru SMP namun sudah masuk sebagai pegawai negeri sipil. Baru setahun yang lalu aku diangkat menjadi seorang PNS. Hampir 7 tahun aku mengabdi sebagai guru bantu, hingga akhirnya impianku mendapatkan tunjangan di hari tua itu pun tercapai. Tekadku sudah bulat, jika aku belum diangkat menjadi PNS maka aku tidak akan menikah. Itulah yang menjadi alasanku hingga usiaku mengijak kepala tiga aku baru menikah dengan Mas Bagas. Dan yang membuat aku semakin beruntung adalah Mas Bagas yang sabar menungguku hingga detik ini kita menjadi satu.

 

Aku masih memilah dokumen yang berserakan di atas meja, maklum hampir satu minggu aku cuti bekerja karena sibuk menyiapkan hari bahagia yang akan aku lakukan hanya satu kali dalam hidupku ini. Aku menemukan ponsel milik Mas Bagas yang terselip di tumpukan kertas ujian yang akan aku bagikan hari ini untuk para murid-muridku. Mungkin saking terburu-burunya pria itu sampai melupakan benda terpenting keduanya setelah aku ini.

 

Dreg! Dreg! Dreg!

 

Benda pipih yang hanya di beri nada getar itu terus berkedip. Sebuah nomor tanpa nama masuk di panggilan telpon. Aku masih menunggu beberapa detik hingga benda pipih itu berhenti berkedip. Rasanya terlalu lancang jika aku harus mengakat panggilan itu. Aku tidak mau di cap sebagai istri yg tidak memberi kebebasan buat suaminya. Selama semua itu masih batas wajar, dan aku percaya Mas Bagas memegang hal itu karena Mas Bagas adalah lelaki setia.

 

"17 panggilan tak terjawab." Tulis di layar benda pipih itu, dengan nomor yang sama.

 

Terbesit dalam benakku, siapakah pemilik nomor itu? Namun aku mencoba berpositif thinking saja. Karena prasangka buruk hanya akan membuat aku semakin ketakutan. Namun hati kecilku tetap bergejolak, jika memang itu dari temen kerja Mas Bagas tidak mungkin dia melakukan panggilan sebanyak itu. Namun jika itu dari keluarga Mas Bagas kenapa kotak itu tidak ada namanya, hatiku terus saja menerka-nerka sesuatu yang buruk tentang Mas Bagas.

 

"Maafkan aku Mas!" Aku masih mengigit bibir bawahku. Ku usap lembut layar ponsel Mas Bagas. Berharap bisa menemukan jawaban dari teka teki yg terus menyelimuti hatiku.

 

"Masukan kata sandi."

 

Tulis layar itu, membuatku mengulum saliva kemudian mendengus kesal.

 

Bersambung ...

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mei Utoyo
hmmmmmm cukup untuk menarik isi hati seseorang
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • My Husband Your Husband   Mas Bagas Menghilang

    "Maafkan aku Mas!" Aku masih mengigit bibir bawahku. Kuusap lembut layar ponsel Mas Bagas. Berharap bisa menemukan jawaban dari teka teki yang terus menyelimuti hatiku."Masukan kata sandi!"Tulis layar itu, membuat kumengulum saliva. Kemudian mendengus kesal."Dek, di mana?" teriak Mas Bagas membuatku terkejut. Segera kuletakan benda pipih itu kembali pada tempatnya."Di kamar, Mas!" sahutku masih dengan jantung yang berdebar.Tak! Tak! Tak!Suara hentakan kaki Mas Bagas yang berjalan ke arahku terdengar semakin dekat. Dengan cepat kuayunkan kembali gagang sapuku agar pria bertubuh tegap itu tidak curiga."Huf," Mas Bagas meniup kecil diambang pintu yang terbuka dengan terse

  • My Husband Your Husband   Yasmine

    Part sebelumnya.Kenyataan apa lagi ini Mas!Aku masih menguatkan tubuhku berdiri di hadapan teman Mas Bagas. Setelah pria itu menyerahkan kantong kresek yang berisi tas rangsel milik Mas Bagas dan kemudian pergi. Tubuhku seketika terhuyun duduk di kursi teras rumah. Netraku terasa dipenuhi oleh cairan yang membuat sesak seluruh dadaku. Baru kali ini Mas Bagas membohongiku atau baru kali ini kebohongan Mas Bagas yang aku ketahuiAku manangis tergugu di teras rumah, benakku samakin berkeliaran pada hal hal yang tak masuk di akalku. Apakah mungkin Mas Bagas seperti Sarifudin, suami Bu Iska?Next PART 3Hari-hari kulakui dengan sepi bahkan rasa sakit ini pun tak kujung juga mereda. Tak kuperduli kan Mas Bagas yang berkali kali menghubungiku bahkan ribua

  • My Husband Your Husband   Mas Bagas Berubah

    Segara kuraih selembar nota pembayaran rumah sakit yang terjatuh sembarang. Kubuka lipatan secarik kertas yang jelas tertulis nama Yasmin yang terletak di ujung nota lengkap dengan tanda tangannya.Di dalam nota itu hanya tertulis rincian biaya perawatan, tanpa nama pasien atau pun penyakit yang diderita. Hanya pada akhir nota tertulis nama Yasmin sebagai pelunas biaya tersebut.'Kenapa bukan nama Mas Bagas?' Apakah nota ini bukan milik Mas Bagas? Jika bukan kenapa nota ini ada di dalam saku baju Mas Bagas?'Benakku terus berfikir, namun aku mencoba berfikir sepositif mungkin. Aku tidak mau terjadi kesalahpahaman seperti halnya hari kemarin.Aku percaya Mas Bagas tidak akan pernah membohongiku. Karena yang aku tau pria itu sangat mencintaiku.Segara kulanjutkan kembali aktifitasku menc

  • My Husband Your Husband   Penyelidikan

    Part sebelumnya.Stttt,Pak Aris meletakan jari telunjuknya ke dekat bibirnya. Kemudian mendekatkan wajahnya sedikit ke arah lku yang duduk di sampingnya."Bu Reza, tapi jangan marah ya. Tadi aku melihat suami ibu masuk ke hotel bersama seorang wanita," bisik pria itu sesaat membuat pandanganku terasa kabur dengan jantung berdebar.Next part 5Deg!Benar, jantungku rasanya sedang berhenti mengalirkan darah keseluruh tubuhku. Pria itu menatapku dengan serius, sepertinya Pak Aris benar-benar dengan ucapannya. Segera kunormalkan pikiranku yang hampir limbung oleh cerita yang Pak Aris sampaikan. Namun tubuhku masih saja terasa bergetar."Apa Pak Aris yakin kalau itu adalah Mas Bagas?" tanyaku memastikan apa yang Pa

  • My Husband Your Husband   Wanita Di Dalam Hotel

    Part Sebelumnya"Mbak, mbak! Dih malah melamun," panggil mamang ojol membutku tergeragap."Eh iya Pak maaf! bapak tunggu di sini sebentar ya pak, saya mau ngecek ke hotel sebentar," ucapku dengan suara bergetar dengan tubuh yang terasa menggigil menahan rasa sakit yang meremas hati.Next PART 6Aku berjalan memasuki halaman hotel yang dipenuhi tanaman hijau. Sepanjang jalan setapak berjajar lampu hias dengan bola lampu yang besar berbentuk bulat. Tubuhku semakin bergetar saat aku semakin mendekat ke lobby Hotel. Jantungku seolah berpacu lebih cepat, berkali-kali aku menyeka keringat yang membasahi keningku dengan satu tanganku.'Yah, benar itu motor Mas Bagas.' Kulihat motor itu berada di parkiran hotel.Kini aku sudah memasuki loby hotel. Disambut oleh seorang resepsionis cantik yang tersenyum ramah kepadaku.

  • My Husband Your Husband   Dihantui Perselingkuhan

    Pagi masih begitu berkabut, dingin pun masih terus menghujam hingga meremukkan tulang-tulangku. Netraku harus kubuka paksa ketika tidak aku dapati Mas Bagas tidur di sampingku. Barang kali dia masih marah dengan ucapanku semalam.Aku menuruni ranjang dan bergegas mencari keberadaan Mas Bagas. Baru kali ini sepanjang kami bersama, laki-laki itu merajuk. Mungkin karena ia harus diliburkan beberapa hari dari pekerjaannya karena ulahku di hotel atau karena ia gagal naik pangkat gara-gara kejadian itu. Entahlah aku tidak perduli. Toh, tanpa dia naik pangkat gajiku pun sudah cukup untuk membiayai kehidupan kami."Mas! Mas Bagas!" panggilku menelusuri seluruh ruangan di rumahku. Namun, tidak aku temukan keberadaan pria itu.Kulihat waktu pada jam yang mengantung pada dinding ruang tamu telah menunjukan pukul lima pagi. Apa mungkin Mas Bagas pergi bekerja? Bukankah dia sedang diliburkan.&nbs

  • My Husband Your Husband   Rumah Mas Bagas

    Subuh buta aku telah menyiapkan kebutuhan yang akan aku perlukan di perjalanan. Tas ranselku pun telah aku isi dengan aneka macam oleh-oleh untuk ibu mertuaku. Jika sempat, nanti aku juga akan menambahkan buah tanganku yang lebih banyak lagi untuk ibu mertuaku dan Mas Bagas.Sengaja aku tidak memberi tau Mas Bagas tentang kedatanganku karena aku ingin memberinya kejutan untuknya. Tidak dapat kubayangkan jika Mas Bagas tiba-tiba melihatku di sana, pasti pria itu akan semakin menyayangiku karena etikatku untuk berbaikan dengan ibunya. Ah, entahlah sejak kapan aku menjadi pengemis cinta Mas Bagas seperti ini. Seingatku dulu Mas Bagas lah yang terus memohon kepadaku agar aku mau menikah dengannya. Namun, kini semuanya justru berbalik padaku.Sudah ku isi penuh tangki motor meticku. Sepertinya sudah cukup untuk perjalanan dua jam menuju rumah Mas Bagas. Kalau kecepatan sedang biasanya sampai tiga jam baru sampai ke rumah Mas Bag

  • My Husband Your Husband   Menuntut Nafkah Batin

    Aku masuki halaman rumah berlantai dua yang cukup luas. Netraku beredar dari rumah tinggi itu hingga bagian taman kecilnya yang didominasi dengan bunga mawar dan angrek. Cukup indah dan terawat. Apakah ibu mertuaku sendiri yang merawat semua tanaman ini. Mungkin saja! ternyata orangnya telaten juga."Dek!" panggil Mas Bagas membuatku terhenyak."Eh, iya Mas!" sahutku geragapan. Aku terlalu terkesima dengan rumah ini. Rumah yang sama persis dengan rumah impianku."Ayo masuk!" Pria itu menarik pergelangan tanganku menaiki anak tangga menuju pintu utama rumah yang berada di lantai dua.Perlahan pintu yang tingginya sekitar dua meter lebih itu terbuka ke dalam. Netraku tidak hentinya berdacak kagum dengan perabotan di rumah itu. Semua begitu unik yang didominasi hasil ukir ukiran dari kayu jati.Namun, kenapa tidak ada

Latest chapter

  • My Husband Your Husband   Sebuah Pelajaran

    POV author.15 tahun kemudianLangit masih saja sama. Mendung datang bergulung-gulung. Lelaki bertubuh tinggi besar itu mempercepat langkah kakinya menuju sebuah rumah sederhana. Kedua tangannya menutup bagian kepalanya agar rintik hujan tidak membahasi tubuhnya. Menurut mitos hujan pertama kali itu bikin sakit.Cekret!Suara derit pintu yang terbuka menandakan bahwa pintu itu sudah lama tidak diberi pelumas. Seseorang yang duduk pada bangku kursi goyang melihat ke arah kedatangan lelaki tampan berkulit sawo matang yang menenteng sebuah kantong plastik di tangannya."Aska!" suara serak itu menandakan bahwa kini usia lelaki yang duduk di kursi goyang itu sudah tidak lagi muda. Sebuah senyuman tersungging dari bibir lelaki tua itu saat melihat kedatangan Aska."Papa, maaf jika aku terlambat datang ke sini. Tadi hujan turun cukup deras, jadi aku memutuskan untuk tinggal di ka

  • My Husband Your Husband   Karma

    POV Reza"Apa? Bagaimana bisa?" Aku terhenyak saat salah satu karyawan tempatku karaoke melaporkan bahwa ada satu dari karyawanku yang membawa uang kantor."Bodoh!" hardikku kesal pada seorang karyawan yang mengadu kepadaku."Berapa juta uang yang dibawa oleh kariawan itu?" cetusku bersungut-sungut. Dadaku bergemuruh menahan amarah yang membuncah.Gadis muda yang tertunduk lesu di hadapanku itu tak bergeming. Sesekali ia melirik ke arahku dengan wajah' takut. "Sekitar seratus juta, Bu!" lirihnya seraya mengigit bibir bawahnya."Apa?" Seketika kedua bola mataku membulat penuh dan hampir lepas dari cangkangnya. "Seratus juta!" Kepalaku terasa berdenyut. Hampir saja tubuhku jatuh pingsan mendengar kerugian tempat karaoke yang baru saja aku rintis. Bagaimana bisa semua seperti ini."Bu Reza, Bu Reza!" Seseorang membantuku duduk pada bangku sofa saat aku hampir terjatuh. Dadaku

  • My Husband Your Husband   Janji Bagas

    POV Bagas"Apakah kamu yakin Yasmin akan menerima kamu kembali, Bagas?" suara renta itu terdengar meragukanku.Bayangan pantulan wanita yang berada di kursi roda itu dari cermin itu terus mengawasiku. Aku tak bergeming, melihat pantulan diriku pada cermin yang berada di depanku."Aku yakin Bu, Yasmin pasti akan kembali padaku!" sahutku sekilas menoleh ke balik punggung.Aku segera menyelesaikan persiapanku. Meskipun aku bisa melihat dengan jelas keraguan dari wajah Ibu."Bagas!" lirih Ibu saat aku menyambar kunci mobil yang berada di atas nakas.Wajah sendu itu mengawasiku yang berjalan menghampirinya. "Ada apa ibu?" tanyaku menjatuhkan tubuhku di depan kedua pangkuan ibu."Jangan terlalu mengharapkan Yasmin. Kini Yasmin sudah memiliki kehidupan sendiri. Berhentilah mencintainya, Bagas!"Sorot mata nanar itu menatap lekat padaku. Aku tersenyum k

  • My Husband Your Husband   Kembali Ke Rumah Rasyid

    POV Yasmin."Meskipun aku masih mencintai Mas Bagas. Tapi aku tidak mungkin meninggalkan Bang Rasyid. Karena bagaimanapun juga aku sudah berjanji pada diriku sendiri, apapun yang terjadi aku akan mempertahankan pernikahan ini sampai kapanpun," batinku."Tidak Bang! Aku sudah mengubur semua kenanganku bersama Mas Bagas," jawabku.Lelaki yang duduk di hadapanku tersenyum bahagia melihat padaku. Sorot matanya nanar namun penuh haru. Perlahan lelaki itu pun bangkit mendekatiku lalu menjatuhkan pelukannya pada tubuhku."Terimakasih, Yas! Terimakasih!" ucap Bang Rasyid menghujani wajahku dengan kecupan. Begitu juga dengan Aska yang berada di pangkuanku. Kami saling berpelukan penuh kasih sayang.Beberapa saat Bang Rasyid tenggelam dalam kesedihan dan rasa haru. Sementara aku, bayangan Mas Bagas sedikitpun tidak beranjak dari benakku meskipun kini Bang Rasyid berada di sampingku.

  • My Husband Your Husband   Uang Rasyid Hilang

    POV Rasyid.Semua sudah terjadi dan tidak mungkin kembali. Dari rekaman CCTV rumah aku bisa tau siapakah yang sudah mencuri hartaku. Dalam rekaman itu terlihat jelas sese"Lihat, sekarang kamu bisa melihat siapakah Reza sebenarnya kan?" cetusku pada Ratih yang duduk di sampingku.Gadis muda itu hanya terdiam, tidak mampu berucap apapun. Wajahnya pun seketika berubah pucat. Tergambar jelas penyesalan dari wajah gadis itu."Maaf Abang!" lirih Ratih. Sesaat kemudian terdengar isakan yang disertai dengan bahu yang bergerak naik turun. Meskipun wajahnya tertunduk, aku bisa melihat jika gadis itu kini sedang menangis."Coba saja kamu mau mendengar nasehat Abang dan Mbak Yasmin, pasti semua tidak akan terjadi seperti ini Ratih!" cetusku benar-benar sangat kecewa pada Ratih. Aku terduduk lesu, menatap iba pada Ratih.Gadis muda itu hanya terisak. Tidak seperti biasanya berani mela

  • My Husband Your Husband   Kemenangan Reza

    POV Reza."Baiklah! Jika kamu memang menolakku Mas. Tidak apa-apa, tapi setidaknya aku harus mengeruk habis semua harta-harta kamu hingga kamu jatuh miskin.""Kak Reza!"Ratih tiba-tiba muncul dari balik pintu kamarku. Gadis itu menjatuhkan tubuhnya memelukku dengan terisak membuatku tersadar dari lamunan."Ada apa Ratih?" tanyaku bersikap hangat kepada gadis bodoh yang mudah sekali untukku peralat.Beberapa saat Ratih terus menangis sesegukan. Ia menumpahkan semua beban yang berada di dalam dadanya. Tanpa aku tau apa yang sudah membuatnya menangis.Perlahan kulepaskan pelukan Ratih dari tubuhku. "Ada apa Ratih, katakanlah!" bujukku agar gadis itu berhenti menangis.Butiran bening dari dua bola mata itu justru semakin mengalir deras. Satu tangan Ratih menyodorkan sesuatu kepadaku."Astaga! Ratih!" sergahku terkejut saat meraih tespek berga

  • My Husband Your Husband   Pencuri

    POV Rasyid"Karena pasien yang bernama Ratih Wijayanti tidak menggunakan BPJS maka untuk bagian administrasinya sebesar dua ratus juta. Ini perinciannya ya, Pak!" Wanita yang berada di loket administrasi itu memberikan rincian biaya pengobatan Ratih kepadaku."Baik Mbak, hari ini juga akan saya lunasi," ucapku pada wanita itu."Oh, ya Mbak bagaimana dengan tagihan pasien' atas nama Yasmin, apakah sudah dibayar?" imbuhku penasaran.Rasa malu bertemu dengan Yasmin membuatku mengurungkan diri untuk menjenguknya. Terlalu banyak kesalahan yang sudah Ratih lakukan kepada wanita itu begitu juga dengan diriku. Namun, justru Yasminlah yang sudah datang untuk menolong Ratih."Sebentar ya, Pak?" Wanita itu terlihat mengetikkan sesuatu pada keyboard, sesekali sorot matanya melihat pada layar monitor yang menyala."Untuk biaya pengobatan pasien yang bernama Yasmin sudah dilunasi

  • My Husband Your Husband   Pengakuan Bagas

    POV Yasmine"Terima kasih Mas sudah datang di saat yang tepat. Maaf aku sudah membohongi Mas Bagas!"Lelaki itu menyungingkan ulasan senyuman kecil padaku. "Iya Yas, sama-sama!" sahut Mas Bagas terdengar begitu lembut."Lalu bagaimana dengan pemuda itu, Mas!" tanyaku penasaran dengan nasib pacar Ratih yang tega ingin menggugurkan darah dagingnya sendiri."Polisi sudah meringkusnya bersama Dokter abal-abal itu. Semoga saja mereka mendapatkan balasan yang setimpal atas perbuatan yang sudah mereka lakukan," sahut Mas Bagas."Lalu ..!""Ratih!" seru Mas Bagas memotong ucapanku. Seolah lelaki itu sudah tahu pertanyaan apalagi yang akan aku lontarkan kepadanya.Aku mengangguk lembut. "Ratih sudah melewati masa kritisnya. Meskipun terjadi luka pada rahimnya dan memungkinkan dia tidak akan bisa memiliki anak lagi.""Astaghfirullahaladzim!" Aku tid

  • My Husband Your Husband   Rasyid Cemburu

    POV RasyidTiba-tiba Reza menghilang bagaikan ditelan bumi. Wanita itu seolah tahu bahwa sebentar lagi keluarga dan suaminya akan datang ke sini untuk mencarinya. Ratih hanya mengatakan bahwa ia sempat mengantarkan Reza menuju terminal sebelum akhirnya nomor ponsel Reza pun tidak dapat dihubungi. Apakah kini aku sedang tertipu? Tidak aku rasa tidak, tapi mengapa Reza melarikan diri dari semua orang.Kuhempaskan tubuhku pada tepi ranjang berukuran king size yang berada di kamar Reza. Semua barang-barang wanita itu sudah raib tak tersisa. Sejenak aku berpikir, sepertinya Reza sudah merencanakan kepergiannya.Aku meraih ponsel yang berada di dalam saku celana. Beberapa kali benda pipi itu bergetar. Sesaat aku menjatuhkan pandanganku pada layar ponsel yang masih berkedip. Sebuah nomor tanpa nama sedang melakukan panggilan padaku."Halo!" sapaku setelah menekan tombol hijau pada layar"Ha

DMCA.com Protection Status