Home / Fantasi / Miss Villain and the Protagonist / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Miss Villain and the Protagonist: Chapter 1 - Chapter 10

163 Chapters

Chapter 01 — Nona Penjahat, Putra Mahkota, dan Peran Utama Wanita

*** Suasana menegang. Seluruh rakyat, dengan debaran di dadanya, kini tengah menjadi saksi eksekusi mati salah satu bangsawan yang bernama Aquila Sapphire de Charles.    Aquila dihukum atas dasar percobaan pembunuhan kekasih putra mahkota, Zeline Jane Aideos.    Ketegangan semakin meningkat. Semua mata tertuju pada Aquila yang terpaksa tertunduk dihadapan Zero, sang putra mahkota. Tangan dan kaki Aquila terikat, mulutnya tersumpal, namun ia masih bisa memberikan tatapan bengisnya kepada Zero. Aquila bersumpah, ia akan menuntut balas atas penghinaan ini.   Suara langkah prajurit. Seorang prajurit menyerahkan sebilah pedang kepada sang putra mahkota— orang yang akan mengeksekusi Aquila.   Rakyat menyaksikan kejadian itu dengan perasaan campur aduk. Sebagian merasa takut, sebagiannya lagi merasa lega karena menganggap pemberontak telah ditaklukan.   Zero menatap pe
Read more

Chapter 02 — Nona Penjahat : Aquila Sapphire de Charles

"A... Aquila?" Alena membeo. Banyak sekali pertanyaan yang bersarang di kepalanya, tapi rasa pening yang kini tengah menghantam kepalanya tanpa ampun membuat ia memutuskan untuk tetap diam saja.   "Katanya kau mendadak pingsan saat menghadiri pesta minum teh kerajaan?" Cowok aneh ini memeluknya semakin erat. "Huhuhu! Aku pikir seseorang telah meracunimu!" Cowok itu mengguncangkan bahu Alena, membuat rasa pusingnya menjadi dua kali lipat.   "Sebenarnya bagaimana kau bisa pingsan?" Orang ini terus berbicara tanpa henti, Alena memegangi kepalanya yang berdenyut parah.   "Argh—" Alena menekan pelipisnya, ia benar-benar merasa pusing.   "Aquila?!" Sosok di depannya menatap khawatir, "tabib! Aku akan memanggil tabib!"   Alena buru-buru menahan lengan orang itu, "nggak perlu," ujarnya dengan suara lemah, "aku mau istirahat aja,"    Alena menarik selimutnya hing
Read more

Chapter 03 — Putra Mahkota : Zero de Athanasius

*** Aquila duduk tenang di salah satu kursi yang dihiasi dengan ornamen ukiran. Tidak, sebenarnya dia tidak benar-benar tenang, ia kini tengah merasa sangat gelisah.  Aquila tengah menghadiri pertemuan minum teh tidak resmi berdua dengan putra mahkota, ulangi, hanya berdua. Perasaan tidak tenang menyelimuti hatinya, di satu sisi, tokoh putra mahkota merupakan tokoh favoritnya, dalam novel, ada banyak narasi yang menjelaskan tentang ketampanan sang putra mahkota. Selain itu, sifat protektifnya pada sang peran utama wanita juga membuat Aquila kagum. Masalahnya, kini 'Aquila' harus berhadapan dengannya sebagai seorang antagonis. Ditambah lagi, dalam novel, Zero adalah malaikat maut Aquila. Sialan. Semoga saja tidak terjadi apa-apa. Putra mahkota memasuki ruangan. Pintu besar terbuka, masuklah seorang laki-laki yang diiringi dua pengawal di kanan dan kirinya. Zero, sang putra mahkota menarik kursi persis di depan Aquila. T
Read more

Chapter 04 — Peran Utama Wanita : Zeline Jane Aideos

"Zeline!"  Zeline tersenyum lemah, menatap ekspresi khawatir putra mahkota. Tangannya bergerak mengelus pucuk kepala kekasih protektifnya itu. "Aku tidak apa-apa." Seolah tahu kekhawatiran Zero, Zeline menjawab sebelum ditanya. Zero langsung memeluk Zeline erat, seakan takut kehilangan. "Orang yang jahatin kamu ... Semuanya bakal aku habisi," bisiknya tepat di telinga Zeline. Zeline merasa sekujur tubuhnya merinding, ia menggeleng kuat-kuat, "jangan, yang mulia." Meski tak yakin, sepertinya ia dapat menebak siapa yang menuangkan racun pada minumannya. Zero menatap mata Zeline, ia benar-benar tak mengerti mengapa Zeline bisa sebaik ini?  Zeline tersenyum manis, membuat kedua lesung pipitnya terlihat jelas. Zeline tak ingin Zero menghukum Aquila karena ia sendiri memiliki rencana yang jauh lebih baik. *** Terdengar suara dari goresan tinta yang beradu dengan secarik kertas. Aquila, lagi-lagi tengah membu
Read more

Chapter 05 — Kakak Sang Penjahat : Alaster de Charles

Masih di hari yang sama. Aquila tengah berjalan-jalan di taman dengan sebuah roti di tangannya.  Sebenarnya makan sambil berjalan itu tidak sesuai dengan etika yang diajarkan disini, hanya saja Aquila sudah terbiasa melakukan itu di kehidupan sebelumnya. Aquila merasa semakin betah disini. Benar-benar dunia yang begitu indah. Ia menghirup udara segar, rasanya sungguh berbeda dengan udara di tempatnya dulu. Matanya dimanjakan dengan banyak sekali tanaman dan bunga-bunga yang indah dan berwarna-warni. Suasananya benar-benar indah, sepertinya tak akan ada hal yang bisa merusak moodnya. "ADIKKU SAYANG~"  Atau mungkin ada. Alaster, berlari kecil ke arah adiknya, di tangannya ada sebuah kotak besar.  Apa lagi yang akan dilakukan orang berisik ini? "Adikku, tebak apa yang kubawa?" Alaster menunjukkan kotak itu dengan perasaan bangga. Jangan menyuruhku menebaknya! Aku tidak tau! Aq
Read more

Chapter 06 — Putri Marquis : Charelle Eora Varen

Di dalam novel, Charelle Eora Varen adalah tokoh yang sangat berpengaruh terhadap jalan cerita.  Aslinya, Charelle lah yang pertama kali menyebarkan rumor tentang rencana pembunuhan yang dilakukan oleh Aquila. Saat itu, rumor menyebar dengan begitu cepat. Baik di kalangan bangsawan maupun rakyat biasa. Hanya saja, di latar waktu yang sekarang, rumor telah menyebar lebih cepat dari aslinya, Aquila tak tahu darimana asalnya.  Saat ini, Aquila akan berencana menggunakan Charelle sebagai alat supaya rumor buruk ini cepat mereda. Charelle adalah orang yang paling tepat untuk itu, karena sifatnya yang sangat supel dan memiliki banyak koneksi, rumor dapat menyebar dengan begitu cepatnya jika Charelle yang memulainya. Maka disinilah Aquila. Aquila turun dari kereta kudanya, ia kini telah sampai di kediaman Marquis Varen.  Saat Aquila menapakkan kakinya, ia langsung disambut dengan hangat oleh beberapa pengawal di sana.
Read more

Chapter 07 — FIGURAN PERGI SAJA!

Lega sekali rasanya. Pada pagi hari ini, Aquila bangun dengan perasaan berbunga-bunga serta semangat yang meluap.  Ia masih tak percaya ia telah berhasil mengatakannya. Terserah kalau ada yang berpikir dirinya berlebihan, tapi bagi Aquila ini adalah salah satu pencapaian yang besar.  Pada kehidupan sebelumnya, saat ia masih menjadi seorang 'Alena' begitu sulit rasanya untuk mengemukakan pendapatnya, ia selalu takut akan reaksi orang lain atau kalau pendapatnya tidak sesuai dengan opini orang lain. Tapi kini, ia berhasil mengatakan semua unek-uneknya di depan Yang Mulia. Sekali lagi, rasanya begitu lega. "Nona, hari ini kau terlihat begitu bahagia." Komentar Ahn, yang kini tengah menata rambut Aquila, seperti biasanya. "Eh, begitukah?" Aquila tersenyum, ia tidak dapat menahan senyumnya. "Nona Ahn, apakah hari ini ada jadwal yang harus aku hadiri?" Ahn, yang kali ini sedang sibuk berkutat dengan pengait pada kalung perm
Read more

Chapter 08 — Grand Duke : Revel Rex Alucio

Revel Rex Alucio. Sedikit latar belakang tentangnya. Grand Duke Alucio adalah anak resmi dari raja dan ratu terdahulu. Beberapa puluh tahun yang lalu, saat kekaisaran ini masih dipimpin oleh raja terdahulu, saat itu raja memiliki seorang anak dari permaisuri yang resmi serta seorang anak dari selir. Kekacauan dimulai saat sang raja meninggal, tentu saja, sebagai pewaris tahta yang resmi, anak dari sang permaisuri akan dinobatkan menjadi raja berikutnya.  Namun saat itu terjadi kudeta kekuasaan yang dilakukan oleh anak sang selir yang iri.  Alhasil, anak dari permaisuri, sang pewaris resmi, berhasil diasingkan ke tempat yang tak seorangpun tahu. Sedangkan kini, anak dari sang selir berhasil dinobatkan sebagai raja saat ini. Tanpa ada yang tahu, anak dari sang pewaris resmi ternyata telah memiliki keturunan, ia bernama Revel Rex Alucio— seorang pria dengan aura menyeramkan yang sedang berada dihadapan Aquila saat ini. S
Read more

Chapter 09 — Nona Penjahat Dalam Sudut Pandang Putra Mahkota

"Yang Mulia, ini uang yang kau hilangkan." Zero yang saat itu tengah merasa linglung karena tidak sengaja menghilangkan sejumlah dana yang nantinya akan digunakan untuk menyelenggarakan sebuah acara langsung merasa senang saat Aquila menyerahkan sejumlah uang dari dalam kotak kecil. "Kau menemukannya?" Zero kecil bertanya dengan sumringah. Aquila kecil yang saat itu memakai dress berwarna merah muda hanya menggeleng. "Tidak, ini tabunganku." Aquila tersenyum lebar, memamerkan gigi-gigi susunya. "Tunggu. Tapi kenapa kau memberikannya padaku?" Tanya Zero keheranan. "Aku tidak ingin kau dimarahi ibunda ratu." Balas Aquila tulus. *** Zero memijat pelipisnya, entah mengapa secara tiba-tiba ia teringat salah satu kenangan masa kecilnya bersama Aquila.  "Yang Mulia, kau sedang memikirkan apa?" Tanya Zeline yang berada di sampingnya. Zero tak menggubris. Ia bahkan tak menyadari kehadiran perempuan itu di sampingnya
Read more

Chapter 10 — Seperti Apa Sosok Peran Utama Wanita Yang Sebenarnya?

Aquila baru teringat sesuatu.  Status kebangsawanan dibagi menjadi beberapa tingkat. Tingkat tertinggi adalah status bangsawan keluarganya, yakni seorang Duke. Sedangkan status bangsawan terendah adalah milik keluarga Zeline, yakni Baron. Mungkin hal itu pula yang menjadi pemicu Aquila yang dulu bertingkah semena-mena terhadap Zeline. Serta hal itu pula yang membuat Aquila merasa harga dirinya begitu terluka saat putra mahkota lebih memilih Zeline dibanding dirinya.  Kalau dipikir-pikir, dosa serta tindakan jahat yang dilakukan Aquila yang dulu terhadap Zeline sudah terlalu banyak. Dulu, Aquila selalu berusaha membuat Zeline celaka di setiap kesempatan yang ada.  Sialnya, Aquila yang sekarang lah yang harus menanggung konsekuensi dari kejahatan Aquila di novel. Maka dari itu. Saat ini Aquila berinisiatif untuk mengibarkan bendera damai. Ia berniat untuk berdamai dengan tulus, ia juga sudah menyiapkan sekotak hadiah untuk Zeline.
Read more
PREV
123456
...
17
DMCA.com Protection Status