Beranda / Fantasi / Miss Villain and the Protagonist / Chapter 03 — Putra Mahkota : Zero de Athanasius

Share

Chapter 03 — Putra Mahkota : Zero de Athanasius

Penulis: Scarlet Crown
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

***

Aquila duduk tenang di salah satu kursi yang dihiasi dengan ornamen ukiran. Tidak, sebenarnya dia tidak benar-benar tenang, ia kini tengah merasa sangat gelisah. 

Aquila tengah menghadiri pertemuan minum teh tidak resmi berdua dengan putra mahkota, ulangi, hanya berdua.

Perasaan tidak tenang menyelimuti hatinya, di satu sisi, tokoh putra mahkota merupakan tokoh favoritnya, dalam novel, ada banyak narasi yang menjelaskan tentang ketampanan sang putra mahkota. Selain itu, sifat protektifnya pada sang peran utama wanita juga membuat Aquila kagum.

Masalahnya, kini 'Aquila' harus berhadapan dengannya sebagai seorang antagonis. Ditambah lagi, dalam novel, Zero adalah malaikat maut Aquila.

Sialan. Semoga saja tidak terjadi apa-apa.

Putra mahkota memasuki ruangan.

Pintu besar terbuka, masuklah seorang laki-laki yang diiringi dua pengawal di kanan dan kirinya. Zero, sang putra mahkota menarik kursi persis di depan Aquila. Tangan Zero mengibas, seperti memberi isyarat kepada kedua pengawalnya untuk pergi.

Aquila hanya terdiam, ia benar-benar terbutakan oleh ketampanan seorang Zero de Athanasius. 

Benar-benar sesuai dengan deskripsi di novel! Rambut cokelat berkilauan, serta bola mata emas yang menandakan bahwa Zero adalah keturunan resmi keluarga kerajaan.

Yang membuat Aquila nyaris menganga adalah ketampanan Zero yang tak ada duanya! Di dunia sebelumnya, Aquila sama sekali belum pernah menemukan orang yang setampan Zero.

Benar-benar. Aura peran utama yang tak ada duanya.

"AQUILA!" 

Si pemilik nama langsung terkejut saat Zero membentaknya. Aquila gelagapan, ia tak tahu apa yang harus ia katakan.

"I-iya yang mulia?" Aquila menjawab dengan gugup.

Kini Zero yang terdiam, ia hanya menatap Aquila dengan sinis, membuat yang ditatap semakin merasa gugup.

Kenapa reaksi Putra Mahkota seperti itu? Apa aku salah bicara?

Aquila harus berbuat sesuatu...

"Selamat pagi yang mulia, saya merasa terhormat karena telah  diundang kesini." Aquila bangkit, memberi salam dengan senyum lebar di wajahnya. Sejujurnya ia tak tahu apa yang ia lakukan.

"Duduk." Ujar Zero membuat Aquila mau tak mau menuruti perintah putra mahkota tersebut. "Kita sudah lama tidak berjumpa, ya?" 

Eh?

Aquila masih tak bisa meraba ke arah mana perbincangan mereka.

"Kenapa diam saja? Silahkan dinikmati makanannya." Zero tersenyum, ia terlihat sangat menawan, muncul lesung pipit di kedua pipinya, benar-benar sangat manis! Lagi-lagi Aquila terkesima, ia bahkan tak menyadari kalau itu adalah senyum yang palsu.

Aquila salah tingkah, ia langsung mengalihkan pandangannya menuju hidangan yang telah tersedia. 

Woah! Benar-benar beraneka ragam, Aquila tanpa sadar meneteskan air liurnya, ia tak tahu akan mulai dari makanan yang mana dulu.

Tangannya bergerak menuju salah satu kue kering, berbentuk bulat, mungkin seperti cookies, tapi berbeda.

"Mmmh, enak," gumamnya tanpa sadar.

Kali ini ia mengambil jenis kue lain, sepotong kue dengan buah strawberry diatasnya. Semuanya benar-benar enak!

Zero tak bisa berkata-kata. Sejak kapan nafsu makan Aquila menjadi ganas seperti ini? Biasanya, Aquila selalu menjaga imagenya di depan dirinya. 

Zero berdeham. "Bagaimana? Enak, kan makanannya?" Ia bertanya, dan dibalas anggukan oleh Aquila, "kau makan sebanyak itu, tapi Zeline bahkan tidak bisa makan, loh."

Eh?

Lagi-lagi arah pembicaraan yang tak bisa Aquila mengerti.

Apa maksud Zero?

"Nona Zeline tidak bisa makan?" Aquila mengulangi kata-kata Zero tanpa sadar. "Apa maksud yang mulia?" Aquila merasa khawatir, ia tak ingin sesuatu yang buruk terjadi kepada peran utama kesayangannya.

"Sandiwaramu semakin baik, Nona Charles." Zero berkata. Penuh sarkas. "Jangan kau pikir kau bisa mengelabuiku, kau 'kan yang telah menaruh racun dalam minuman Zeline?" 

"Ra...cun?" Aquila memastikan.

"Bukankah aku sudah pernah memberikan peringatan kepadamu untuk berhenti mengganggu Zeline? Kau tidak mengindahkan peringatanku?" 

Minuman dengan racun...

Peringatan dari putra mahkota...

Otak Aquila benar-benar bekerja dengan cepat!

Sialan! Aquila mendelik! Ia baru teringat, itu adalah salah satu scene di dalam novel, lebih tepatnya pada chapter dua puluh satu.

Aquila tidak bisa berhenti mengumpat. Jadi... Alurnya sudah berjalan setengahnya? 

Itu adalah peristiwa dimana Aquila meracuni minuman Zeline supaya ia tidak bisa menghadiri pesta, sayangnya putra mahkota berhasil membuka kedok Aquila dan mempermalukannya di depan umum.

Tapi yang sangat mengganjal ... Kenapa alurnya jadi berubah?

Di dalam novel, tidak ada adegan dimana Putra Mahkota mengundang sang penjahat seperti saat ini. Bagaimana bisa alurnya jadi seperti ini?

Tapi yang paling penting sekarang, bagaimana keadaan Zeline sang protagonis kesayangannya? Ia telah meminum racun itu, Aquila berharap tak ada masalah serius pada Zeline.

"Zeline ... Bagaimana keadaannya?" Aquila tak dapat menahan rasa khawatirnya. Sialan, ia benar-benar membenci tokoh 'Aquila'.

Zero yang mendengar pertanyaan itu langsung merasa emosi. Aquila sedang terang-terangan mengejeknya, ya?!

Zero secara spontan langsung menarik dagu Aquila, mencengkeramnya dengan kuat, "dengar kau, dasar berengsek, kalau sekali lagi kau menyentuh kekasihku Zeline, aku tidak akan segan-segan untuk membunuhmu." Zero benar-benar dikuasai amarah, ia mendadak teringat keadaan mengenaskan Zeline saat ini, Zeline masih dalam keadaan tidak sadar.

Tubuh Aquila bergetar hebat, ia tak pernah merasa ketakutan seperti ini dalam seumur hidupnya. Ia teringat akan adegan saat ia dieksekusi mati oleh orang dihadapannya saat ini. 

Tanpa sadar air matanya menetes, ia merasa ajalnya tak lama lagi akan tiba, mengingat alur cerita sudah berjalan setengahnya. Tangannya bergetar saat bergerak untuk menyeka air matanya.

"Bhu...khan aku..." Aquila terisak parah, bahunya bergetar, ia baru saja mati, dan sebentar lagi ia akan merasakan kematian lagi? Ia tidak rela!

"Bukan aku pelakunya!" Cewek itu menunduk ketakutan, ia berkata jujur meskipun ia tahu putra mahkota tak akan percaya.

BRAKK!

Zero memukul meja, ia muak! Sungguh muak bukan main! Hasil penyelidikan jelas menunjukkan bahwa Aquila yang melakukannya, bahkan saksi mata juga berkata demikian. Tapi gadis di depannya ini masih saja menyangkal? Yang membuat Zero semakin muak, ia tidak bisa menemukan sedikit kebohongan pun dari raut wajah Aquila.

"Nona Charles, anda sudah bisa pulang sekarang." Zero secara tidak langsung mengusir gadis didepannya. Zero berbalik, ia meninggalkan Aquila yang semakin terisak.

Aquila menghela napas, ia menghapus jejak air matanya. Kali ini, ia akan bertahan hidup, bagaimana caranya. Ia tak mau menyia-nyiakan hidupnya untuk yang kedua kali.

***

Zero menggenggam pergelangan tangan Zeline yang tengah berbaring di atas ranjang. Terasa dingin.

Kulit Zeline terlihat begitu pucat. Dokter kerajaan bilang, Zeline telah berhasil menaklukkan racun di dalam tubuhnya, seharusnya sebentar lagi ia akan sadar.

Padahal, saat pesta berlangsung, putra mahkota sudah berniat untuk meresmikan hubungan mereka di depan para bangsawan yang lain. Tapi hal terjadi di luar dugaan, Aquila sialan itu ternyata telah menaruh racun dalam minuman kekasihnya.

Berbicara tentang Aquila, Zero teringat sesuatu lagi. Aquila, gadis jahat itu, entah mengapa bersikukuh mengatakan bahwa bukan ia pelakunya. Ditambah lagi dengan ekspresi yang begitu meyakinkan.

Gigi Zero bergemelutuk, ia tidak peduli meskipun Aquila adalah sahabat pertamanya, ia juga tidak peduli meskipun hanya Aquila yang selalu ada disisinya, selama Aquila sudah melukai kekasihnya, Zero pasti akan membalas perlakuan Aquila dengan setimpal.

Tangan yang ia genggam bergerak, diikuti dengan kernyitan di dahi Zeline, cewek itu terbatuk-batuk.

"ZELINE!!!" Zero berseru terharu, kekasihnya telah sadar!

Zeline membuka matanya perlahan, bola matanya bergerak lemah.

"Sebentar, aku akan panggilkan dokter!" Zero segera bergegas keluar ruangan.

***

Aquila terus merenung di sepanjang perjalanan. Kereta kuda yang berkali-kali berguncang ini bahkan tak bisa membuatnya sadar dari lamunan.

Aquila memeluk tubuhnya sendiri, ia masih merasa ketakutan.

Di dalam novel, adegan pesta kemarin adalah adegan saat putra mahkota memperkenalkan kekasihnya terhadap kaum bangsawan. Zeline juga tidak meminum racun karena digagalkan oleh putra mahkota. Lalu setelah putra mahkota mengusir dan mempermalukan dirinya di pesta, Aquila semakin menggila, ia berkali-kali mencoba membunuh Zeline namun usaha itu sia-sia.

Sampai pada puncaknya, dimana Aquila berhasil menusuk Zeline dengan tangannya sendiri. Kesabaran putra mahkota habis, lalu ia mengeksekusi mati Aquila. 

Setelahnya, Aquila tak tahu apalagi yang terjadi karena ia belum membaca sampai tamat novelnya.

Aquila memikirkan segala opsi yang ada supaya ia bisa putus hubungan dengan sang putra mahkota yang menyeramkan.

Ada beberapa yang sempat terlintas, diantaranya, ia kabur dari kediaman Duke, ia pura-pura lupa ingatan, atau ia mengasingkan diri di kuil.

Tidak ada opsi yang menyenangkan!

Aquila menjambak rambutnya frustasi. Opsi paling masuk akal, ia akan menjauhi Zero, dan tak boleh terlihat lagi dalam pandangannya apapun yang terjadi.

***

Bab terkait

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 04 — Peran Utama Wanita : Zeline Jane Aideos

    "Zeline!" Zeline tersenyum lemah, menatap ekspresi khawatir putra mahkota. Tangannya bergerak mengelus pucuk kepala kekasih protektifnya itu. "Aku tidak apa-apa." Seolah tahu kekhawatiran Zero, Zeline menjawab sebelum ditanya. Zero langsung memeluk Zeline erat, seakan takut kehilangan. "Orang yang jahatin kamu ... Semuanya bakal aku habisi," bisiknya tepat di telinga Zeline. Zeline merasa sekujur tubuhnya merinding, ia menggeleng kuat-kuat, "jangan, yang mulia." Meski tak yakin, sepertinya ia dapat menebak siapa yang menuangkan racun pada minumannya. Zero menatap mata Zeline, ia benar-benar tak mengerti mengapa Zeline bisa sebaik ini? Zeline tersenyum manis, membuat kedua lesung pipitnya terlihat jelas. Zeline tak ingin Zero menghukum Aquila karena ia sendiri memiliki rencana yang jauh lebih baik. *** Terdengar suara dari goresan tinta yang beradu dengan secarik kertas. Aquila, lagi-lagi tengah membu

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 05 — Kakak Sang Penjahat : Alaster de Charles

    Masih di hari yang sama. Aquila tengah berjalan-jalan di taman dengan sebuah roti di tangannya. Sebenarnya makan sambil berjalan itu tidak sesuai dengan etika yang diajarkan disini, hanya saja Aquila sudah terbiasa melakukan itu di kehidupan sebelumnya. Aquila merasa semakin betah disini. Benar-benar dunia yang begitu indah. Ia menghirup udara segar, rasanya sungguh berbeda dengan udara di tempatnya dulu. Matanya dimanjakan dengan banyak sekali tanaman dan bunga-bunga yang indah dan berwarna-warni. Suasananya benar-benar indah, sepertinya tak akan ada hal yang bisa merusak moodnya. "ADIKKU SAYANG~" Atau mungkin ada. Alaster, berlari kecil ke arah adiknya, di tangannya ada sebuah kotak besar. Apa lagi yang akan dilakukan orang berisik ini? "Adikku, tebak apa yang kubawa?" Alaster menunjukkan kotak itu dengan perasaan bangga. Jangan menyuruhku menebaknya! Aku tidak tau! Aq

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 06 — Putri Marquis : Charelle Eora Varen

    Di dalam novel, Charelle Eora Varen adalah tokoh yang sangat berpengaruh terhadap jalan cerita. Aslinya, Charelle lah yang pertama kali menyebarkan rumor tentang rencana pembunuhan yang dilakukan oleh Aquila. Saat itu, rumor menyebar dengan begitu cepat. Baik di kalangan bangsawan maupun rakyat biasa. Hanya saja, di latar waktu yang sekarang, rumor telah menyebar lebih cepat dari aslinya, Aquila tak tahu darimana asalnya. Saat ini, Aquila akan berencana menggunakan Charelle sebagai alat supaya rumor buruk ini cepat mereda. Charelle adalah orang yang paling tepat untuk itu, karena sifatnya yang sangat supel dan memiliki banyak koneksi, rumor dapat menyebar dengan begitu cepatnya jika Charelle yang memulainya. Maka disinilah Aquila. Aquila turun dari kereta kudanya, ia kini telah sampai di kediaman Marquis Varen. Saat Aquila menapakkan kakinya, ia langsung disambut dengan hangat oleh beberapa pengawal di sana.

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 07 — FIGURAN PERGI SAJA!

    Lega sekali rasanya. Pada pagi hari ini, Aquila bangun dengan perasaan berbunga-bunga serta semangat yang meluap. Ia masih tak percaya ia telah berhasil mengatakannya. Terserah kalau ada yang berpikir dirinya berlebihan, tapi bagi Aquila ini adalah salah satu pencapaian yang besar. Pada kehidupan sebelumnya, saat ia masih menjadi seorang 'Alena' begitu sulit rasanya untuk mengemukakan pendapatnya, ia selalu takut akan reaksi orang lain atau kalau pendapatnya tidak sesuai dengan opini orang lain. Tapi kini, ia berhasil mengatakan semua unek-uneknya di depan Yang Mulia. Sekali lagi, rasanya begitu lega. "Nona, hari ini kau terlihat begitu bahagia." Komentar Ahn, yang kini tengah menata rambut Aquila, seperti biasanya. "Eh, begitukah?" Aquila tersenyum, ia tidak dapat menahan senyumnya. "Nona Ahn, apakah hari ini ada jadwal yang harus aku hadiri?" Ahn, yang kali ini sedang sibuk berkutat dengan pengait pada kalung perm

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 08 — Grand Duke : Revel Rex Alucio

    Revel Rex Alucio. Sedikit latar belakang tentangnya. Grand Duke Alucio adalah anak resmi dari raja dan ratu terdahulu. Beberapa puluh tahun yang lalu, saat kekaisaran ini masih dipimpin oleh raja terdahulu, saat itu raja memiliki seorang anak dari permaisuri yang resmi serta seorang anak dari selir. Kekacauan dimulai saat sang raja meninggal, tentu saja, sebagai pewaris tahta yang resmi, anak dari sang permaisuri akan dinobatkan menjadi raja berikutnya. Namun saat itu terjadi kudeta kekuasaan yang dilakukan oleh anak sang selir yang iri. Alhasil, anak dari permaisuri, sang pewaris resmi, berhasil diasingkan ke tempat yang tak seorangpun tahu. Sedangkan kini, anak dari sang selir berhasil dinobatkan sebagai raja saat ini. Tanpa ada yang tahu, anak dari sang pewaris resmi ternyata telah memiliki keturunan, ia bernama Revel Rex Alucio— seorang pria dengan aura menyeramkan yang sedang berada dihadapan Aquila saat ini. S

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 09 — Nona Penjahat Dalam Sudut Pandang Putra Mahkota

    "Yang Mulia, ini uang yang kau hilangkan." Zero yang saat itu tengah merasa linglung karena tidak sengaja menghilangkan sejumlah dana yang nantinya akan digunakan untuk menyelenggarakan sebuah acara langsung merasa senang saat Aquila menyerahkan sejumlah uang dari dalam kotak kecil. "Kau menemukannya?" Zero kecil bertanya dengan sumringah. Aquila kecil yang saat itu memakai dress berwarna merah muda hanya menggeleng. "Tidak, ini tabunganku." Aquila tersenyum lebar, memamerkan gigi-gigi susunya. "Tunggu. Tapi kenapa kau memberikannya padaku?" Tanya Zero keheranan. "Aku tidak ingin kau dimarahi ibunda ratu." Balas Aquila tulus. *** Zero memijat pelipisnya, entah mengapa secara tiba-tiba ia teringat salah satu kenangan masa kecilnya bersama Aquila. "Yang Mulia, kau sedang memikirkan apa?" Tanya Zeline yang berada di sampingnya. Zero tak menggubris. Ia bahkan tak menyadari kehadiran perempuan itu di sampingnya

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 10 — Seperti Apa Sosok Peran Utama Wanita Yang Sebenarnya?

    Aquila baru teringat sesuatu. Status kebangsawanan dibagi menjadi beberapa tingkat. Tingkat tertinggi adalah status bangsawan keluarganya, yakni seorang Duke. Sedangkan status bangsawan terendah adalah milik keluarga Zeline, yakni Baron. Mungkin hal itu pula yang menjadi pemicu Aquila yang dulu bertingkah semena-mena terhadap Zeline. Serta hal itu pula yang membuat Aquila merasa harga dirinya begitu terluka saat putra mahkota lebih memilih Zeline dibanding dirinya. Kalau dipikir-pikir, dosa serta tindakan jahat yang dilakukan Aquila yang dulu terhadap Zeline sudah terlalu banyak. Dulu, Aquila selalu berusaha membuat Zeline celaka di setiap kesempatan yang ada. Sialnya, Aquila yang sekarang lah yang harus menanggung konsekuensi dari kejahatan Aquila di novel. Maka dari itu. Saat ini Aquila berinisiatif untuk mengibarkan bendera damai. Ia berniat untuk berdamai dengan tulus, ia juga sudah menyiapkan sekotak hadiah untuk Zeline.

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 11 — Author Gila Mana Yang Menciptakan Tokoh Tanpa Hati Seperti Aquila?

    Penulis gila mana yang menciptakan peran utama yang kebaikannya tidak masuk akal seperti Zeline serta antagonis tanpa hati nurani yang tak segan melakukan apapun seperti Aquila? Setidaknya itu yang ada dipikiran Alena sebelum mulai mendapatkan ingatan dari Aquila yang asli. Benar-benar. Mulai dari kenangan masa kecil, nama-nama juga wajah orang-orang disekitarnya, serta peristiwa-peristiwa yang lainnya. Ingatan Aquila dalam novel itu, diterimanya secara bertahap. 'Alena' kini paham tentang perasaan serta pola pikir milik 'Aquila yang ada di dalam novel.' Sejak kecil, Aquila sudah bersahabat dengan putra mahkota, ia juga seringkali berkorban dalam hal-hal tertentu demi putra mahkota. Sudah banyak sekali suka dan duka yang mereka lalui. Aquila mulai memiliki rasa suka kepada putra mahkota. Tapi itu bukan masalah, karena ia tahu kalau akhirnya ia akan menikah dengan sang putra mahkota. Sebab, hanya keluarganya lah yang paling setia dan mamp

Bab terbaru

  • Miss Villain and the Protagonist   AFTERWORD

    Ekhm, halo semua! Aku Alet selaku author dari cerita yang berjudul ‘Miss Villain and The Protagonist’ sekarang lagi ngerasa seneng karena akhirnya aku bisa tamatin cerita ini! Nggak kerasa udah hampir dua tahun lamanya semenjak pertama kali aku publish cerita MVATP di pertengahan 2021. Sejak saat itu, aku bener-bener ngerasa seperti di rollercoaster, ada kalanya aku semangat & excited banget buat publish, tapi beberapa hari setelahnya aku langsung kena writer block. Ada masanya aku ngerasa seneng sama hasil tulisanku sendiri, tapi nggak lama setelahnya aku jadi ngerasa nggak pede lagi. Setelah semua perasaan campur aduk itu, akhirnya aku bisa ngebawa cerita MVATP hingga ke bagian akhir. Semoga kalian suka, ya, sama endingnya! * Jujur, aku deg-degan banget sebelum publish bagian akhir, aku mikir apakah endingnya memuaskan? Atau apakah kalian bakal suka? Tapi aku udah ngelakuin yang terbaik, aku berharap banget para pembaca bakal suka. Rasanya waktu tuh berjalan cepet banget, seinge

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 160 — Kembalinya Aquila Yang Asli (END)

    “Selamat atas penobatanmu, Yang Mulia.” Aquila tersenyum, menatap Revel yang terlihat kikuk.“Hanya ada kita berdua di sini, tolong panggil aku dengan nama saja, seperti biasa.”“Anda tahu sendiri kan, hal itu sudah tidak bisa lagi saya lakukan.”Benar. Dengan tingginya posisi Revel saat ini, bisa dianggap seperti penghinaan jika orang lain mendengar Aquila memanggilnya langsung dengan nama.“Padahal anda pasti sedang sibuk-sibuknya, tapi anda masih bisa meluangkan waktu untuk saya. Saya merasa terhormat.” Tutur Aquila.“Saya yang justru merasa tidak enak karena tiba-tiba memanggil anda ke sini.”Aquila menyadari kalau Revel tiba-tiba mengubah gaya bicaranya menjadi lebih formal. “Saya tidak enak jika membuang waktu anda lebih banyak lagi, apa ada hal yang anda ingin saya sampaikan sehingga memanggil saya ke istana?”Revel menatap Aquila, terdengar helaan napas darinya. “Aku tidak akan basa-basi lagi. Aku butuh bantuanmu.”“Apa?”“Seperti yang kau tahu, aku benar-benar disibukkan kare

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 159 — Setelahnya...

    Detik demi detik berlalu, berubah menjadi menit, jam, hari, minggu, waktu terus berjalan, setelah malam yang panjang itu entah kenapa waktu jadi terasa begitu cepat.Revel bekerja keras, dibantu dengan Duke Charles, Marquis Varen, dan beberapa bangsawan berpengaruh lainnya, mereka kembali membenahi tatanan kepemerintahan. Suasana di istana perlahan-lahan kembali seperti semula.Waktu berlalu, musim pun berganti, banyak hal yang terjadi, banyak hal yang dilewati.Revel telah resmi diangkat sebagai kaisar berikutnya, upacara pengesahan diadakan, meski ada beberapa pihak yang menentang, keputusan kuil tidak dapat diganggu gugat. Kebenaran terungkap, mengenai putra mahkota terdahulu yang dilupakan, semua tindakan keji kaisar sebelumnya pun terbongkar.Beberapa kebijakan diubah, termasuk penghapusan total mengenai subjek venatici, hal-hal yang berkaitan mengenai sihir pun dilegalkan asal dengan kuantitas yang wajar. Pembangunan sekolah sihir dilakukan pada banyak titik yang nantinya akan m

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 158 — Paman dan Keponakan

    “Mustahil!” Kaisar Lius menarik rambutnya sendiri, rasanya ia telah menjadi gila, ia sulit membedakan mana yang mimpi mana yang bukan. “INI PASTI MIMPI! HAHAHA AKU PASTI SEDANG BERMIMPI!” ia menyeringai, tanda keterkejutan dan keputusasaannya. Ini mimpi yang begitu buruk, seseorang tolong bangunkan dirinya! “Ini bukan mimpi, Yang Mulia.” Muncul seseorang memasuki ruangannya. Secara dramatis, dari balik bayangan, perlahan Kaisar Lius mampu melihat wajahnya yang disinari cahaya bulan. “Salam saya, Yang Mulia.” Pria itu menyapa dengan senyum manis di wajahnya. R- Revel?! “DASAR ANAK TIDAK TAHU DIRI!” Kaisar Lius berteriak, meluapkan segala emosinya. Bagaimana bisa Revel masih bisa tersenyum manis di saat seperti ini?! Ah, tidak, itu merupakan senyum ejekan! Senyum yang mentertawakan posisinya saat ini. “Ah? Bagaimana menurut anda mengenai kejutan yang telah saya siapkan sepenuh hati seperti ini?” Tanya Revel, masih dengan senyum yang menghiasi wajahnya. “KAU PASTI SUDAH GILA!” “Sa

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 157 — Perpisahan

    “Revel, Revel!” Seruan yang berasal dari Mike berhasil membuyarkan ingatan Revel atas masa kelamnya. “Kemarilah! Tuan Michael terluka parah!” Huh? Revel, diikuti yang lainnya bergegas menghampiri Mike dan Baron Michael yang terbaring lemah dengan luka yang memenuhi tubuhnya. Keadaannya jauh lebih buruk dari yang Revel pikirkan, sepertinya pria itu terkena tebasan senjata yang telah dilumuri racun, terlihat jelas dari bekas luka beserta warna kulit yang berubah kehijauan. “Michael, bertahanlah!” Seru Revel, yang bergerak cepat mengikatkan kain dengan erat agar racunnya tidak cepat menyebar. “Bertahanlah, aku akan segera mencarikan penawar.” “Berhenti.” Ketika Revel hendak bangkit, Baron Michael menggenggam tangannya. “Tidak perlu.” “A- apa?” Alis Revel bertaut, ia jelas tak mengerti mengapa Baron Michael menahannya. “Percuma saja, racunnya sudah menyebar sejak tadi.” “Apa yang kau bicarakan?! Kenapa kau menyerah seperti itu?!” Seru Revel, perasaannya kini tak menentu, kalimat y

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 156 — Dendam Seorang Anak Laki-laki

    “Sebelumnya kau mengatakan kalau otak mereka telah dicuci dan mereka menjadikan kaisar sebagai dewa mereka, kan?” Xander bertanya, memastikan. Muncul sebuah ide gila di kepalanya. “Bagaimana jika cara tercepat untuk menghabisi mereka dalam satu entakan adalah dengan membunuh kaisar terlebih dahulu?” Bagi Xander, ini merupakan ide gila yang patut dicoba. Subjek Venatici menganggap kaisar sebagai dewa mereka, bagaimana jika Xander membunuh ‘dewa’ yang selalu ingin mereka lindungi itu? Pasti mereka akan merasakan perasaan putus asa yang begitu mendalam akibat gagal melindungi dewa. Setelah mendapat pukulan keras itu, seharusnya mereka melemah, kan? Tidak, tidak, lebih baik lagi jika mereka melakukan bunuh diri massal akibat perasaan bersalah yang mendalam. Seringaian menyeramkan mendadak timbul pada wajah Xander. Ia akan merealisasikan ide gila itu. Kesimpulannya, ia akan membunuh Kaisar terlebih dahulu. Revel yang mendengarnya seketika menoleh. “Itu… benar-benar ide nekat yang laya

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 155 — Kartu As Kaisar : Subjek Venatici

    Berkat monster yang dilepaskan Yelena, beserta bala bantuan dari keluarga Charles dan Varen, prajurit istana berhasil dipukul mundur. Pertumpahan darah terjadi, waktu berjalan begitu cepat, tak disangka kekuatan istana dapat disudutkan.Di detik-detik kelumpuhannya, Kaisar mengeluarkan kartu as terakhirnya, yakni dengan melepaskan ‘Subjek Venatici’ yaitu kumpulan manusia yang telah dicuci otaknya sehingga rela melakukan apa saja demi melindungi sang kaisar, termasuk menyerahkan nyawanya sendiri. Singkatnya, mereka adalah anjing kaisar.‘Subjek Venatici’ berkaitan erat dengan negara-negara jajahan. Kaisar memerintahkan untuk menginvasi desa-desa miskin, membunuh para orang tua maupun semua penduduk, menculik anak-anak mereka dan mengumpulkannya menjadi satu. Setelahnya, Kaisar mengurung mereka, melakukan pencucian otak agar selalu tunduk pada kehendaknya dan agar mereka dapat mempersembahkan nyawa untuknya.Mereka menjalani kehidupan yang keras, saling membunuh satu sama lain untuk mem

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 154 — Monster Yang Lepas Dari Segel

    “Satu-satunya yang bisa menemukan akses masuk itu hanyalah Nona Yelena.” Ucapnya. “Sebagai seorang penyihir, Nona Yelena dapat merasakan aliran mana di sini. Gunakan kemampuan anda, rasakan mana yang ada, jika terasa semakin kuat, bisa saja itu tandanya kita semakin dekat dengan akses masuk itu.” Ini penjelasan yang paling memungkinkan, hanya Yelena yang dapat melakukannya. "T- tapi, bagaimana kalau ternyata aku gagal dan kita hanya semakin membuang waktu?” sorot keraguan terpampang jelas dari matanya. “Kami percaya padamu, aku tahu kau bisa melakukannya.” Aquila menggenggam tangan Yelena. “Apa kau ingat saat di mana para prajurit tadi berhasil mengepungku? Aku kira nasibku akan berakhir saat itu, tapi tiba-tiba kau menggunakan kekuatanmu untuk membuat mereka melayang. Itu kau yang melakukannya, kan? Aku yakin kau menyimpan potensi yang sangat besar hanya saja kau belum menyadarinya.” Alken mengangguk kecil. “Kau bisa melakukannya.” Ia menambahkan, meyakinkan. *** Yelena memejam

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 153 — Bala Bantuan

    “Apa?”Kabar yang baru saja disampaikan oleh salah satu pelayannya ini membuat Duke Charles membulatkan matanya.“Terjadi penyerangan pada istana?” ia bertanya, memastikan.Kalau kabar ini sampai ke telinga bangsawan lain, mereka pasti berpikir kalau kelompok penyembah kekuatan itu lah yang menjadi dalang dalam kasus ini. Tapi tidak dengan Duke Charles, pria itu tau dengan jelas siapa saja yang akan bertanggung jawab dalam hal ini.Termasuk putra dan putrinya.Sebenarnya Duke Charles tidak terkejut atas keterlibatan anak-anaknya, mudah baginya untuk mengendus rencana mereka semenjak kedatangan Grand Duke Alucio untuk makan malam bersama, ditambah lagi, kedekatan antara putrinya dengan pria itu. Tapi, yang membuatnya terkejut adalah ia tak menyangka kalau ini akan terjadi secepat ini.Timing-nya benar-benar pas dengan kabar pemberontak dari kelompok penyembah kekuatan. Hal ini sudah direncanakan dengan sangat matang.“Kumpulkan pasukan, kita akan mengirim bala bantuan untuk menyerang i

DMCA.com Protection Status