Beranda / Fantasi / Miss Villain and the Protagonist / Chapter 07 — FIGURAN PERGI SAJA!

Share

Chapter 07 — FIGURAN PERGI SAJA!

Penulis: Scarlet Crown
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-22 12:00:00

Lega sekali rasanya.

Pada pagi hari ini, Aquila bangun dengan perasaan berbunga-bunga serta semangat yang meluap. 

Ia masih tak percaya ia telah berhasil mengatakannya. Terserah kalau ada yang berpikir dirinya berlebihan, tapi bagi Aquila ini adalah salah satu pencapaian yang besar. 

Pada kehidupan sebelumnya, saat ia masih menjadi seorang 'Alena' begitu sulit rasanya untuk mengemukakan pendapatnya, ia selalu takut akan reaksi orang lain atau kalau pendapatnya tidak sesuai dengan opini orang lain.

Tapi kini, ia berhasil mengatakan semua unek-uneknya di depan Yang Mulia. Sekali lagi, rasanya begitu lega.

"Nona, hari ini kau terlihat begitu bahagia." Komentar Ahn, yang kini tengah menata rambut Aquila, seperti biasanya.

"Eh, begitukah?" Aquila tersenyum, ia tidak dapat menahan senyumnya. "Nona Ahn, apakah hari ini ada jadwal yang harus aku hadiri?"

Ahn, yang kali ini sedang sibuk berkutat dengan pengait pada kalung permata Aquila hanya menggeleng.

"Hari ini anda tidak ada jadwal, nona." Ujarnya ketika selesai mendandani Aquila. "Tapi esok anda harus menghadiri pesta dansa dari putri Count Loviche." 

Aquila mengangguk paham, ia menatap pantulannya di cermin. Meskipun wajahnya tidak semanis Zeline, Aquila tetap saja memiliki visual yang cantik dan memukau. 

Aquila heran, padahal wajahnya begitu cantik, tentu saja ia bisa mendapatkan pria manapun yang ia mau. Tapi kenapa Aquila dalam versi novel malah memilih Putra Mahkota yang jelas-jelas menolaknya?

"Kalau begitu hari ini aku akan jalan-jalan." Aquila bergumam semangat. Aquila memang sangat nyaman di kediamannya ini, tapi sesekali keluar dan melihat keadaan di luar sana bukan masalah, kan?

"Tidak bisa nona." Sahut Ahn.

"Eh? Kenapa tidak bisa?!" Aquila bertanya bingung, "bukankah tadi kau bilang hari ini aku tidak memiliki jadwal?"

"Hari ini Yang Mulia Putra Mahkota datang berkunjung. Kau harus menemuinya, 'kan?"

Apa lagi ini?!

Ada urusan apa si Zero itu datang berkunjung?????

"Nona, kau tidak lupa, 'kan?" Menyadari ekspresi bingung Aquila, membuat Ahn bertanya memastikan.

Aquila menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Ada urusan apa putra mahkota kemari?"

"Astaga." Ahn menepuk jidatnya. "Aku tidak percaya hal ini. Putra mahkota datang kesini untuk membahas masalah pertambangan di barat. Bagaimana kau lupa?"

Oh iya. 

Benar juga. 

Aquila baru ingat, sejak dulu, putra mahkota memang sering datang ke kediaman Duke untuk membahas masalah bisnis dengan Duke Charles—ayah Aquila. 

Kalau dulu, Aquila selalu menanti-nanti saat itu untuk mendekati sang putra mahkota, tapi kini tentu saja ia tak akan begitu.

"Kalau begitu, yang dicari putra mahkota adalah ayahku, 'kan?" Aquila bertanya. "Aku tidak ada kewajiban untuk menemuinya."

"Memang nona tidak ada kewajiban, tapi tetap saja terasa janggal, bukankah nona selalu menanti saat-saat seperti ini?" Ahn merasa ada yang aneh dengan majikannya.

"Aku sudah Move On, Ahn." Aquila berjalan menuju balkon, pas sekali, ia melihat putra mahkota yang datang memasuki kediamannya dengan kereta kuda yang mewah. Banyak penjaga yang langsung memberi salam kepada orang penting itu.

"Apa itu move on?" Ahn kebingungan sendiri dengan diksi yang digunakan Aquila.

"Ah, kau tidak perlu tahu." Tanpa sadar Aquila berbicara menggunakan bahasa modern yang ia miliki. "Hari ini aku akan jalan-jalan, kau ikut aku." 

Aquila mengambil salah satu jubahnya yang berwarna hitam. Ahn meringis melihatnya, padahal ia sudah susah payah menata rambut nona-nya itu, tapi Aquila justru menutupinya dengan jubah.

"Kita akan kemana, nona?" 

"Aku sendiri tidak tahu." Aquila menjawab tanpa minat, setelah memberikan salah satu jubah untuk Ahn, ia akhirnya berjalan keluar kamar.

Aquila menatap dari tempatnya berdiri di atas tangga, putra mahkota kini sedang berbincang dengan ayahnya. Posisinya memang membelakangi Aquila, tapi tetap saja Aquila takut kalau putra mahkota menyadari keberadaannya.

Aquila mengendap-endap. Ia berusaha sebisa mungkin untuk mengurangi suara dari sepatu hak tingginya dengan lantai. 

Berhasil. 

Ia berhasil menuruni tangga tanpa ketahuan.

Sekarang hanyalah bagaimana caranya ia dapat menjangkau pintu keluar tanpa terlihat oleh putra mahkota dan Duke Charles.

Aquila terpikirkan sebuah rencana. "Ahn bagaimana kalau kau pura-pura membuat keributan dengan cara—

"Tidak mau." Ahn menolak dengan tegas. Aquila bahkan belum sempat menyelesaikan kalimatnya.

Aquila menghela napas. Kalau begitu tidak ada cara lain selain berharap pada keberuntungannya.

Aquila kembali mengendap-endap, tanpa sadar ia bahkan menahan napasnya saat posisinya semakin dekat dengan sang putra mahkota.

Sedikit lagi!

"Putriku~"

Tubuh Aquila mendadak terhenti, apalagi dengan posenya yang sungguh memalukan. Gesturnya terlihat seperti maling yang tertangkap basah.

Ia dipergoki oleh ayahnya!

"Putriku, kau sedang apa?" Duke Charles bertanya kebingungan, hal itu membuat Zero spontan menoleh. 

Kedua orang itu, Duke Charles dan Zero, menatap Aquila dengan bingung.

"Aku..." Aquila berusaha mencari alasan.

"Putriku, beri hormat kepada Yang Mulia." Duke Charles memberi perintah.

"Hormat saya yang mulia." Aquila menundukkan badan, memberi hormat. Ahn yang berada di belakangnya juga ikut memberi hormat.

"Putriku, bagaimana kalau kau menemani Yang Mulia—"

"Tidak!" Aquila menolak dengan tegas. Takut menyinggung perasaan Zero, Aquila segera membenahi kalimatnya. "Tanpa mengurangi rasa hormat saya terhadap Yang Mulia Putra Mahkota, saat ini saya sedang ada urusan." Aquila kembali menunduk.

"Kalau begitu saya pamit dulu." Aquila tak ingin menunggu respon kedua orang itu, langsung saja ia berlari kecil, tak lupa menarik tangan Ahn di belakangnya.

***

"Segar sekali udaranya." Aquila menghirup udara banyak-banyak, lalu ia melepaskannya dengan sekali embusan.

Kali ini ia sedang berjalan-jalan di Kapital— ibu kota kekaisaran Athanasius. 

Di sini ramai sekali, banyak pemeran figuran berlalu lalang dengan kegiatannya masing-masing.

"Ahn, lihat ini." Aquila menunjukkan salah satu pajangan dari sebuah toko. "Ini indah sekali. Aku akan membelikan satu untukmu."

Ahn ikut menatap dreamcatcher yang dimaksud Aquila. "Terimakasih, nona."

Tangan Aquila yang tadinya hendak menjangkau benda itu seketika terhenti saat mendengar percakapan pengunjung lain yang berada di belakangnya.

"Kau sudah dengar gosip belakangan ini?" Tanya salah satu pengunjung yang mengenakan pita biru di kepalanya.

"Gosip tentang Nona Aquila dan kekasih putra mahkota? Tentu saja aku telah mendengarnya." Balas yang lainnya.

"Bagaimana menurutmu?" 

"Aku dengar, ternyata nona Aquila berusaha untuk menyelamatkan nona Zeline, tapi orang-orang justru menyangka ia pelakunya, aku benar-benar merasa kasihan." 

"Tapi aku merasa ada yang janggal." Pengunjung dengan pita biru berpendapat. "Nona Aquila seakan terburu-buru untuk menyangkal rumor itu, nona Zeline juga diam saja."

"Kau tahu sendiri 'kan, bagaimana perilaku nona Aquila terhadap nona Zeline? Nona Aquila begitu kejam terhadapnya, ia bahkan pernah menampar nona Zeline di depan umum. Jadi bukan tidak mungkin kalau Nona Aquila-lah dalang dibalik semua ini." Si pita biru lanjut berbicara.

"Tunggu, yang kau bilang itu masuk akal." Sahut lawan bicaranya.

Aquila yang tengah menguping pembicaraan mereka hanya bisa menggenggam tangannya kuat-kuat. Berusaha menahan emosi.

Benar-benar tokoh figuran yang menyebalkan!

Memang benar Aquila yang melakukannya, tapi Aquila yang dulu, tidak sama dengan Aquila saat ini, tahu!

"Nona, lebih baik kita pergi saja." Ahn berbisik, ia tahu betul Aquila sedang menahan amarahnya yang meluap-luap. 

Ahn mengenal tabiat majikannya ini, ia tahu Aquila bisa saja gagal menahan amarahnya dan nekat menyerang rakyat yang menggosipkan dirinya. 

Tapi diluar dugaan, sepertinya Aquila dapat mengendalikan emosinya dengan baik. Aquila bahkan menurut saja saat Ahn menarik tangannya untuk keluar dari toko.

***

"Aku ingin mencari makanan saja."

Itu yang tadi Aquila ucapkan saat keluar dari toko. 

Tapi entah mengapa langkah kaki Aquila membawanya kembali ke tempat ini. Bar kalangan bawah yang meskipun tempatnya terlihat kumuh, namun bir yang dijual sangat terkenal.

Ahn menatap Aquila jera saat majikannya itu sedang meneguk bir. Ahn masih tidak menyangka, Aquila mau ke tempat kumuh ini? Benar-benar tidak seperti Aquila biasanya.

"Ahn, kau tidak suka?" Tanya Aquila saat menyadari Ahn sama sekali tidak menyentuh gelasnya. 

"Nona, jangan minum terlalu banyak," Ahn menjawab dengan nada khawatir. 

"Kau terlalu berisik..." Aquila bergumam pelan. Sepertinya ia mulai merasakan efek samping dari minum terlalu banyak.

Tentu saja Ahn sama sekali tak berniat untuk minum. Kalau ia mabuk juga, bagaimana caranya ia membawa Aquila pulang nanti?

"Nona, sudah cukup." Ujar Ahn saat lagi-lagi Aquila menenggak minumannya. 

"Kita pulang sekarang!" Ahn bangkit, menuntun Aquila yang mulai bergumam tidak jelas.

Aquila merasa kepalanya begitu berat sekarang, tapi ia tetap memaksakan dirinya untuk berjalan. 

Benar-benar pusing! Benda di sekelilingnya terasa berbayang.

Brukk!!

Aquila jatuh terduduk saat tubuhnya tak sengaja menabrak bahu orang di depannya.

Mata Aquila menyipit, kalau ia sedang tidak merasa pusing, pasti ia bisa mengenali orang ini dengan jelas.

Rambut hitam pekat, tatapan mata yang menusuk, serta tubuh tegap yang menjulang tinggi...

Aquila sepertinya tahu siapa orang dihadapannya ini...

Dia adalah Grand Duke Alucio. 

Sialan!

Aquila masih belum ingin bertemu dengan tokoh yang menyeramkan ini sekarang. 

***

Bab terkait

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 08 — Grand Duke : Revel Rex Alucio

    Revel Rex Alucio. Sedikit latar belakang tentangnya. Grand Duke Alucio adalah anak resmi dari raja dan ratu terdahulu. Beberapa puluh tahun yang lalu, saat kekaisaran ini masih dipimpin oleh raja terdahulu, saat itu raja memiliki seorang anak dari permaisuri yang resmi serta seorang anak dari selir. Kekacauan dimulai saat sang raja meninggal, tentu saja, sebagai pewaris tahta yang resmi, anak dari sang permaisuri akan dinobatkan menjadi raja berikutnya. Namun saat itu terjadi kudeta kekuasaan yang dilakukan oleh anak sang selir yang iri. Alhasil, anak dari permaisuri, sang pewaris resmi, berhasil diasingkan ke tempat yang tak seorangpun tahu. Sedangkan kini, anak dari sang selir berhasil dinobatkan sebagai raja saat ini. Tanpa ada yang tahu, anak dari sang pewaris resmi ternyata telah memiliki keturunan, ia bernama Revel Rex Alucio— seorang pria dengan aura menyeramkan yang sedang berada dihadapan Aquila saat ini. S

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-23
  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 09 — Nona Penjahat Dalam Sudut Pandang Putra Mahkota

    "Yang Mulia, ini uang yang kau hilangkan." Zero yang saat itu tengah merasa linglung karena tidak sengaja menghilangkan sejumlah dana yang nantinya akan digunakan untuk menyelenggarakan sebuah acara langsung merasa senang saat Aquila menyerahkan sejumlah uang dari dalam kotak kecil. "Kau menemukannya?" Zero kecil bertanya dengan sumringah. Aquila kecil yang saat itu memakai dress berwarna merah muda hanya menggeleng. "Tidak, ini tabunganku." Aquila tersenyum lebar, memamerkan gigi-gigi susunya. "Tunggu. Tapi kenapa kau memberikannya padaku?" Tanya Zero keheranan. "Aku tidak ingin kau dimarahi ibunda ratu." Balas Aquila tulus. *** Zero memijat pelipisnya, entah mengapa secara tiba-tiba ia teringat salah satu kenangan masa kecilnya bersama Aquila. "Yang Mulia, kau sedang memikirkan apa?" Tanya Zeline yang berada di sampingnya. Zero tak menggubris. Ia bahkan tak menyadari kehadiran perempuan itu di sampingnya

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-24
  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 10 — Seperti Apa Sosok Peran Utama Wanita Yang Sebenarnya?

    Aquila baru teringat sesuatu. Status kebangsawanan dibagi menjadi beberapa tingkat. Tingkat tertinggi adalah status bangsawan keluarganya, yakni seorang Duke. Sedangkan status bangsawan terendah adalah milik keluarga Zeline, yakni Baron. Mungkin hal itu pula yang menjadi pemicu Aquila yang dulu bertingkah semena-mena terhadap Zeline. Serta hal itu pula yang membuat Aquila merasa harga dirinya begitu terluka saat putra mahkota lebih memilih Zeline dibanding dirinya. Kalau dipikir-pikir, dosa serta tindakan jahat yang dilakukan Aquila yang dulu terhadap Zeline sudah terlalu banyak. Dulu, Aquila selalu berusaha membuat Zeline celaka di setiap kesempatan yang ada. Sialnya, Aquila yang sekarang lah yang harus menanggung konsekuensi dari kejahatan Aquila di novel. Maka dari itu. Saat ini Aquila berinisiatif untuk mengibarkan bendera damai. Ia berniat untuk berdamai dengan tulus, ia juga sudah menyiapkan sekotak hadiah untuk Zeline.

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-25
  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 11 — Author Gila Mana Yang Menciptakan Tokoh Tanpa Hati Seperti Aquila?

    Penulis gila mana yang menciptakan peran utama yang kebaikannya tidak masuk akal seperti Zeline serta antagonis tanpa hati nurani yang tak segan melakukan apapun seperti Aquila? Setidaknya itu yang ada dipikiran Alena sebelum mulai mendapatkan ingatan dari Aquila yang asli. Benar-benar. Mulai dari kenangan masa kecil, nama-nama juga wajah orang-orang disekitarnya, serta peristiwa-peristiwa yang lainnya. Ingatan Aquila dalam novel itu, diterimanya secara bertahap. 'Alena' kini paham tentang perasaan serta pola pikir milik 'Aquila yang ada di dalam novel.' Sejak kecil, Aquila sudah bersahabat dengan putra mahkota, ia juga seringkali berkorban dalam hal-hal tertentu demi putra mahkota. Sudah banyak sekali suka dan duka yang mereka lalui. Aquila mulai memiliki rasa suka kepada putra mahkota. Tapi itu bukan masalah, karena ia tahu kalau akhirnya ia akan menikah dengan sang putra mahkota. Sebab, hanya keluarganya lah yang paling setia dan mamp

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-26
  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 12 — TIDAK ADA TOKOH YANG WARAS!

    "Nona! Kereta kuda kerajaan sedang menuju kesini!" Seruan Ahn membuat Aquila langsung mengalihkan perhatiannya. Cewek berambut pirang itu langsung mengikuti arah pandangan Ahn. Apa? Eh, Ada apa ini? Aquila langsung bangkit dari tempatnya, ia meninggalkan sepotong kue berperisa stroberi yang bahkan masih belum ia sentuh. Aquila berlari keluar menuju perkarangan rumahnya yang luas. Dan benar saja, begitu gerbang besar dibuka, datang sebuah kereta kuda kerajaan dengan lambang khas istana tertera di bagian depannya. Sebenarnya ada apa ini? Apakah Zero ke sini karena sedang ada urusan dengan Duke Charles? Tapi, ayah Aquila tersebut sedang tidak ada di kediaman ini. Atau mungkin Zero ada urusan dengan Alaster? "Adikku sayang~" Ah, Aquila mendadak merasa menyesal telah menyebut nama Alaster dalam hati, kakaknya itu, tiba-tiba saja sudah berada di belakangnya. "Adikku, mengapa putra mahkota ke sini? Ap

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-26
  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 13 — Yang Mulia Kaisar : Lius de Athanasius

    Orang gila! Semua tokoh yang ada di dalam novel 'Cinta Sejati' adalah orang gila! Tidak ada satupun tokoh yang waras disini. Aquila jadi merasa, sebenarnya ia tidak terjebak di dalam dunia novel, melainkan ia terjebak di dalam perkumpulan orang yang tidak waras. Mulai dari peran utama laki-laki yang terlalu protektif terhadap pasangannya, lalu peran utama wanita yang terlalu baik hingga terasa tidak masuk akal. Lalu ada juga kakak si antagonis yang terlalu 'alay'. Ditambah lagi tokoh Grand Duke yang memiliki aura yang sangat menyeramkan. Bahkan tokoh antagonisnya sendiri 'Aquila yang ada di dalam novel' juga sungguh tidak masuk akal perilaku jahatnya, hingga terkesan kalau tokoh tersebut sama sekali tak memiliki sisi baik. Hanya Aquila yang waras disini. Entah apa yang ada di pikiran si pengarang novel 'Cinta Sejati' sehingga dapat menciptakan novel picisan dengan segelintir orang-orang tidak waras sebagai tokohnya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-29
  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 14 — Putra Selir : Alken de Athanasius

    Alken de Athanasius. Ia adalah seorang putra dari Raja dan selirnya. Rambut Alken berwarna putih karena keturunan dari sang ibu. Kulitnya yang putih pucat juga merupakan keturunan dari sang ibunda. Usia Alken hanya terpaut beberapa bulan lebih muda dari Zero, tapi kemampuannya sudah bisa menyetarai atau bahkan melebihi putra mahkota tersebut dalam beberapa hal. Alken sadar, posisinya dalam istana hanyalah seorang anak dari selir. Kedudukannya tidak ada apa-apanya jika dibanding dengan Zero yang seorang penerus resmi. Lagipula, Alken juga tidak berniat mengkudeta kekaisaran, ia hanya sengaja mempermainkan orang-orang disekitarnya. "Ah, kekasih dari kakakku sudah datang rupanya," Alken berkomentar saat Zeline telah sampai di lorong kerajaan. "Hormat saya, tuan," Zeline mengangguk sopan. Alken memperhatikan penampilan Zeline dari ujung kaki hingga kepala, "kakakku sedang tidak ada di sini. Ia sedang sibuk menguru

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-29
  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 15 — Aquila dan Zeline, Siapa Yang Pantas Menjadi Putri Mahkota?

    Malam nanti, pesta pengenalan calon putri mahkota akan diadakan. Segala keperluan untuk pesta nanti malam telah disiapkan. Saat ini, meskipun masih pagi hari, Aquila sudah sampai di kediaman istana. Sesuai prosedur yang ada di sana, putri mahkota yang terpilih akan memperkenalkan dirinya terhadap sang putra mahkota. Ya, ini hanyalah formalitas belaka. Aquila yang ditemani Alaster, melangkahkan kakinya menuju aula besar dimana Baginda kaisar sudah menunggu di singgasananya. "Hormat kami, Yang Mulia Kaisar." Baik Aquila dan Alaster, keduanya menundukkan badan. "Saya merasa terhormat bisa menemui anda secara langsung, Yang Mulia." Alaster berucap dengan senyum hangat. Entah ucapannya tulus atau sekadar pencitraan belaka. Kali ini, dari sisi yang berseberangan masuk seorang lelaki berambut cokelat sambil menggenggam tangan seorang perempuan di sebelahnya. Itu Zero dan Zeline, protagonis kesayangan kita. "Hormat ka

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-30

Bab terbaru

  • Miss Villain and the Protagonist   AFTERWORD

    Ekhm, halo semua! Aku Alet selaku author dari cerita yang berjudul ‘Miss Villain and The Protagonist’ sekarang lagi ngerasa seneng karena akhirnya aku bisa tamatin cerita ini! Nggak kerasa udah hampir dua tahun lamanya semenjak pertama kali aku publish cerita MVATP di pertengahan 2021. Sejak saat itu, aku bener-bener ngerasa seperti di rollercoaster, ada kalanya aku semangat & excited banget buat publish, tapi beberapa hari setelahnya aku langsung kena writer block. Ada masanya aku ngerasa seneng sama hasil tulisanku sendiri, tapi nggak lama setelahnya aku jadi ngerasa nggak pede lagi. Setelah semua perasaan campur aduk itu, akhirnya aku bisa ngebawa cerita MVATP hingga ke bagian akhir. Semoga kalian suka, ya, sama endingnya! * Jujur, aku deg-degan banget sebelum publish bagian akhir, aku mikir apakah endingnya memuaskan? Atau apakah kalian bakal suka? Tapi aku udah ngelakuin yang terbaik, aku berharap banget para pembaca bakal suka. Rasanya waktu tuh berjalan cepet banget, seinge

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 160 — Kembalinya Aquila Yang Asli (END)

    “Selamat atas penobatanmu, Yang Mulia.” Aquila tersenyum, menatap Revel yang terlihat kikuk.“Hanya ada kita berdua di sini, tolong panggil aku dengan nama saja, seperti biasa.”“Anda tahu sendiri kan, hal itu sudah tidak bisa lagi saya lakukan.”Benar. Dengan tingginya posisi Revel saat ini, bisa dianggap seperti penghinaan jika orang lain mendengar Aquila memanggilnya langsung dengan nama.“Padahal anda pasti sedang sibuk-sibuknya, tapi anda masih bisa meluangkan waktu untuk saya. Saya merasa terhormat.” Tutur Aquila.“Saya yang justru merasa tidak enak karena tiba-tiba memanggil anda ke sini.”Aquila menyadari kalau Revel tiba-tiba mengubah gaya bicaranya menjadi lebih formal. “Saya tidak enak jika membuang waktu anda lebih banyak lagi, apa ada hal yang anda ingin saya sampaikan sehingga memanggil saya ke istana?”Revel menatap Aquila, terdengar helaan napas darinya. “Aku tidak akan basa-basi lagi. Aku butuh bantuanmu.”“Apa?”“Seperti yang kau tahu, aku benar-benar disibukkan kare

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 159 — Setelahnya...

    Detik demi detik berlalu, berubah menjadi menit, jam, hari, minggu, waktu terus berjalan, setelah malam yang panjang itu entah kenapa waktu jadi terasa begitu cepat.Revel bekerja keras, dibantu dengan Duke Charles, Marquis Varen, dan beberapa bangsawan berpengaruh lainnya, mereka kembali membenahi tatanan kepemerintahan. Suasana di istana perlahan-lahan kembali seperti semula.Waktu berlalu, musim pun berganti, banyak hal yang terjadi, banyak hal yang dilewati.Revel telah resmi diangkat sebagai kaisar berikutnya, upacara pengesahan diadakan, meski ada beberapa pihak yang menentang, keputusan kuil tidak dapat diganggu gugat. Kebenaran terungkap, mengenai putra mahkota terdahulu yang dilupakan, semua tindakan keji kaisar sebelumnya pun terbongkar.Beberapa kebijakan diubah, termasuk penghapusan total mengenai subjek venatici, hal-hal yang berkaitan mengenai sihir pun dilegalkan asal dengan kuantitas yang wajar. Pembangunan sekolah sihir dilakukan pada banyak titik yang nantinya akan m

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 158 — Paman dan Keponakan

    “Mustahil!” Kaisar Lius menarik rambutnya sendiri, rasanya ia telah menjadi gila, ia sulit membedakan mana yang mimpi mana yang bukan. “INI PASTI MIMPI! HAHAHA AKU PASTI SEDANG BERMIMPI!” ia menyeringai, tanda keterkejutan dan keputusasaannya. Ini mimpi yang begitu buruk, seseorang tolong bangunkan dirinya! “Ini bukan mimpi, Yang Mulia.” Muncul seseorang memasuki ruangannya. Secara dramatis, dari balik bayangan, perlahan Kaisar Lius mampu melihat wajahnya yang disinari cahaya bulan. “Salam saya, Yang Mulia.” Pria itu menyapa dengan senyum manis di wajahnya. R- Revel?! “DASAR ANAK TIDAK TAHU DIRI!” Kaisar Lius berteriak, meluapkan segala emosinya. Bagaimana bisa Revel masih bisa tersenyum manis di saat seperti ini?! Ah, tidak, itu merupakan senyum ejekan! Senyum yang mentertawakan posisinya saat ini. “Ah? Bagaimana menurut anda mengenai kejutan yang telah saya siapkan sepenuh hati seperti ini?” Tanya Revel, masih dengan senyum yang menghiasi wajahnya. “KAU PASTI SUDAH GILA!” “Sa

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 157 — Perpisahan

    “Revel, Revel!” Seruan yang berasal dari Mike berhasil membuyarkan ingatan Revel atas masa kelamnya. “Kemarilah! Tuan Michael terluka parah!” Huh? Revel, diikuti yang lainnya bergegas menghampiri Mike dan Baron Michael yang terbaring lemah dengan luka yang memenuhi tubuhnya. Keadaannya jauh lebih buruk dari yang Revel pikirkan, sepertinya pria itu terkena tebasan senjata yang telah dilumuri racun, terlihat jelas dari bekas luka beserta warna kulit yang berubah kehijauan. “Michael, bertahanlah!” Seru Revel, yang bergerak cepat mengikatkan kain dengan erat agar racunnya tidak cepat menyebar. “Bertahanlah, aku akan segera mencarikan penawar.” “Berhenti.” Ketika Revel hendak bangkit, Baron Michael menggenggam tangannya. “Tidak perlu.” “A- apa?” Alis Revel bertaut, ia jelas tak mengerti mengapa Baron Michael menahannya. “Percuma saja, racunnya sudah menyebar sejak tadi.” “Apa yang kau bicarakan?! Kenapa kau menyerah seperti itu?!” Seru Revel, perasaannya kini tak menentu, kalimat y

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 156 — Dendam Seorang Anak Laki-laki

    “Sebelumnya kau mengatakan kalau otak mereka telah dicuci dan mereka menjadikan kaisar sebagai dewa mereka, kan?” Xander bertanya, memastikan. Muncul sebuah ide gila di kepalanya. “Bagaimana jika cara tercepat untuk menghabisi mereka dalam satu entakan adalah dengan membunuh kaisar terlebih dahulu?” Bagi Xander, ini merupakan ide gila yang patut dicoba. Subjek Venatici menganggap kaisar sebagai dewa mereka, bagaimana jika Xander membunuh ‘dewa’ yang selalu ingin mereka lindungi itu? Pasti mereka akan merasakan perasaan putus asa yang begitu mendalam akibat gagal melindungi dewa. Setelah mendapat pukulan keras itu, seharusnya mereka melemah, kan? Tidak, tidak, lebih baik lagi jika mereka melakukan bunuh diri massal akibat perasaan bersalah yang mendalam. Seringaian menyeramkan mendadak timbul pada wajah Xander. Ia akan merealisasikan ide gila itu. Kesimpulannya, ia akan membunuh Kaisar terlebih dahulu. Revel yang mendengarnya seketika menoleh. “Itu… benar-benar ide nekat yang laya

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 155 — Kartu As Kaisar : Subjek Venatici

    Berkat monster yang dilepaskan Yelena, beserta bala bantuan dari keluarga Charles dan Varen, prajurit istana berhasil dipukul mundur. Pertumpahan darah terjadi, waktu berjalan begitu cepat, tak disangka kekuatan istana dapat disudutkan.Di detik-detik kelumpuhannya, Kaisar mengeluarkan kartu as terakhirnya, yakni dengan melepaskan ‘Subjek Venatici’ yaitu kumpulan manusia yang telah dicuci otaknya sehingga rela melakukan apa saja demi melindungi sang kaisar, termasuk menyerahkan nyawanya sendiri. Singkatnya, mereka adalah anjing kaisar.‘Subjek Venatici’ berkaitan erat dengan negara-negara jajahan. Kaisar memerintahkan untuk menginvasi desa-desa miskin, membunuh para orang tua maupun semua penduduk, menculik anak-anak mereka dan mengumpulkannya menjadi satu. Setelahnya, Kaisar mengurung mereka, melakukan pencucian otak agar selalu tunduk pada kehendaknya dan agar mereka dapat mempersembahkan nyawa untuknya.Mereka menjalani kehidupan yang keras, saling membunuh satu sama lain untuk mem

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 154 — Monster Yang Lepas Dari Segel

    “Satu-satunya yang bisa menemukan akses masuk itu hanyalah Nona Yelena.” Ucapnya. “Sebagai seorang penyihir, Nona Yelena dapat merasakan aliran mana di sini. Gunakan kemampuan anda, rasakan mana yang ada, jika terasa semakin kuat, bisa saja itu tandanya kita semakin dekat dengan akses masuk itu.” Ini penjelasan yang paling memungkinkan, hanya Yelena yang dapat melakukannya. "T- tapi, bagaimana kalau ternyata aku gagal dan kita hanya semakin membuang waktu?” sorot keraguan terpampang jelas dari matanya. “Kami percaya padamu, aku tahu kau bisa melakukannya.” Aquila menggenggam tangan Yelena. “Apa kau ingat saat di mana para prajurit tadi berhasil mengepungku? Aku kira nasibku akan berakhir saat itu, tapi tiba-tiba kau menggunakan kekuatanmu untuk membuat mereka melayang. Itu kau yang melakukannya, kan? Aku yakin kau menyimpan potensi yang sangat besar hanya saja kau belum menyadarinya.” Alken mengangguk kecil. “Kau bisa melakukannya.” Ia menambahkan, meyakinkan. *** Yelena memejam

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 153 — Bala Bantuan

    “Apa?”Kabar yang baru saja disampaikan oleh salah satu pelayannya ini membuat Duke Charles membulatkan matanya.“Terjadi penyerangan pada istana?” ia bertanya, memastikan.Kalau kabar ini sampai ke telinga bangsawan lain, mereka pasti berpikir kalau kelompok penyembah kekuatan itu lah yang menjadi dalang dalam kasus ini. Tapi tidak dengan Duke Charles, pria itu tau dengan jelas siapa saja yang akan bertanggung jawab dalam hal ini.Termasuk putra dan putrinya.Sebenarnya Duke Charles tidak terkejut atas keterlibatan anak-anaknya, mudah baginya untuk mengendus rencana mereka semenjak kedatangan Grand Duke Alucio untuk makan malam bersama, ditambah lagi, kedekatan antara putrinya dengan pria itu. Tapi, yang membuatnya terkejut adalah ia tak menyangka kalau ini akan terjadi secepat ini.Timing-nya benar-benar pas dengan kabar pemberontak dari kelompok penyembah kekuatan. Hal ini sudah direncanakan dengan sangat matang.“Kumpulkan pasukan, kita akan mengirim bala bantuan untuk menyerang i

DMCA.com Protection Status