Home / Fantasi / Miss Villain and the Protagonist / Chapter 05 — Kakak Sang Penjahat : Alaster de Charles

Share

Chapter 05 — Kakak Sang Penjahat : Alaster de Charles

Author: Scarlet Crown
last update Last Updated: 2021-06-20 18:08:39

Masih di hari yang sama.

Aquila tengah berjalan-jalan di taman dengan sebuah roti di tangannya. 

Sebenarnya makan sambil berjalan itu tidak sesuai dengan etika yang diajarkan disini, hanya saja Aquila sudah terbiasa melakukan itu di kehidupan sebelumnya.

Aquila merasa semakin betah disini. Benar-benar dunia yang begitu indah.

Ia menghirup udara segar, rasanya sungguh berbeda dengan udara di tempatnya dulu. Matanya dimanjakan dengan banyak sekali tanaman dan bunga-bunga yang indah dan berwarna-warni.

Suasananya benar-benar indah, sepertinya tak akan ada hal yang bisa merusak moodnya.

"ADIKKU SAYANG~" 

Atau mungkin ada.

Alaster, berlari kecil ke arah adiknya, di tangannya ada sebuah kotak besar. 

Apa lagi yang akan dilakukan orang berisik ini?

"Adikku, tebak apa yang kubawa?" Alaster menunjukkan kotak itu dengan perasaan bangga.

Jangan menyuruhku menebaknya! Aku tidak tau!

Aquila menghembuskan napas berat. "Tidak tahu." Ujarnya singkat.

"Ayolah~" Menyadari perasaan adiknya yang memburuk, Alaster memutuskan untuk mengganti topik. 

"Oh iya, saat perjalanan menuju ke sini, aku berpapasan dengan kereta kerajaan." Alaster teringat sesuatu. "Apakah tadi Zero kesini?" 

Aquila menatap tanpa minat, lalu ia mengangguk.

"Benarkah?" Alaster bertanya memastikan. "Ada tujuan apa Yang Mulia kemari? Apakah akhirnya ia sadar kalau kau jauh lebih berharga dibanding kekasih bodohnya itu?"

Aquila merasa tak senang saat mendengar kalimat kakaknya. Beraninya mahkluk ini menghina Protagonis kesukaannya?!

"Yang Mulia datang bersama dengan kekasih kesayangannya." 

"APA?!" Aquila tak menyangka Alaster akan seterkejut ini. "Benar-benar penghinaan!"

"Hey, kenapa kau marah?" Aquila bertanya dengan nada bingung. 

Alaster menjatuhkan kotak besar ditangannya, ia mengguncangkan bahu Aquila. "Kau sudah sejak lama suka pada Zero, kan?!" Alaster berucap serius. "Dan sekarang cowok itu malah memamerkan hubungannya di depanmu! Ini benar-benar penghinaan."

"Sepertinya kau salah paham..." Suara Aquila terdengar bergetar karena lelaki aneh didepannya ini masih mengguncang tubuhnya. 

"Salah paham bagaimana?!"

"Mereka datang untuk memberikanku hadiah," Alaster si bodoh ini masih saja mengguncangkan bahunya. "Berhenti mengguncangku, bodoh!" Aquila benar-benar kesal. Sepertinya kelakuan Alaster jauh lebih parah dibandingkan dengan yang ada di novel.

"Hadiah?"

Aquila memamerkan cincin yang melekat di jari manisnya. "Lihat ini~" 

Alaster terdiam, menatap cincin itu dengan saksama, hingga kemudian ekspresinya berubah murka. "LEPASKAN CINCIN ITU!" 

"Apa?" Aquila bertanya bingung.

Alaster, ia menarik paksa cincin itu keluar. "Seumur hidup aku tidak akan melupakan penghinaan ini!"

"Apa yang kau maksud?!" Aquila ikutan emosi, apalagi kini cincin itu telah terlepas sempurna dari jarinya.

"Kau lihat ini?" Alaster menunjukkan detail pada cincin perak tersebut.

Melihat ekspresi tidak mengerti pada wajah adiknya, Alaster berucap lagi, "ini adalah cincin tunangan."

"Jadi?"

"Adikku semakin bodoh, ya?" Alaster menghela napas. "Zero dan Zeline, pasangan bodoh itu sedang terang-terangan mengejekmu." 

"Mereka tidak mungkin melakukannya!" Aquila menyangkal.

Alaster lagi-lagi menghela napas. "Dengar. Cincin ini bisa diartikan sebagai tanda kemenangan dari Zeline karena sudah berhasil mendapatkan hati putra mahkota." 

"Zeline dan Zero adalah sepasang kekasih, tentu saja mereka juga memiliki cincin ini, sepasang, lalu apa tujuan Zeline memberikan ini padamu? Tentu saja untuk mengejekmu. Karena kau gagal membuat putra mahkota suka padamu."

Aquila diam membatu. Tidak mungkin...

Peran utamanya yang polos...

Tidak mungkin Zeline melakukan itu!

Aquila ingat salah satu scene di novel, Zeline juga pernah memberikan cincin ini padanya, dan reaksi 'Aquila' saat itu adalah marah besar dan balas menyiram minuman pada wajah Zeline.

Dulu ia pikir, Aquila melakukan itu tanpa sebab, tapi ternyata itu karena makna dari hadiah yang diberi Zeline?

Sebenarnya, sikap asli Zeline itu seperti apa?

***

Kalau diingat-ingat, ini sudah hari kelimanya berada di dalam dunia novel ini.

Sebenarnya Aquila bukanlah orang yang mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, hanya saja ia selalu berusaha bertahan disini karena kehidupannya disini jauh lebih baik dibanding kehidupan sebelumnya. Terlebih lagi, ia juga tidak tahu bagaimana caranya kembali.

Dunia ini ... Benar-benar menyenangkan. Terlahir sebagai putri bangsawan berstatus tinggi, setiap harinya Aquila selalu dimanjakan dengan berbagai jenis makanan enak yang hanya bisa diakses oleh kalangan atas, selain itu ada banyak sekali dayang yang membantunya dalam berbagai hal.

Kalau seperti ini, rasanya Aquila tak perlu lagi keluar dari mansion ini, karena semua kebutuhannya telah jelas terpenuhi.

Seperti saat ini, Ahn, pelayan pribadinya yang seumuran dengannya tengah asyik menata rambut Aquila.

"Nona cantik sekali!" Ahn memuji, tulus.

Benarkah begitu?

Aquila menatap pantulan dirinya di cermin besar. 

Benar. Rambut panjang berwarna pirang, tubuh proporsional, serta wajah yang begitu indah. Aquila berkali-kali lipat lebih cantik dibanding 'Aquila' di kehidupan sebelumnya.

Tapi tetap saja ... Aura antagonis begitu terpancar dari wajahnya. Benar-benar berkebalikan dengan Zeline yang seperti malaikat.

Setelah puas menata rambut majikannya, tangan Ahn bergerak menuju salah satu kalung permata, ia memaikaikannya ke leher Aquila.

Aquila merasa kagum dengan sentuhan tangan Ahn. Ia benar-benar terlihat cantik!

"Nona, untuk beberapa hari ke depan, saya sarankan nona untuk berdiam di rumah, dan jangan keluar." Ahn berkata, dari raut wajahnya terlihat serius.

Eh? Kenapa?

Lagipula Aquila memang berencana untuk selamanya tinggal di rumah mewah ini.

"Ada apa?" Tanya Aquila pada akhirnya, ia merasa penasaran.

"Um... Itu..." Ahn menggaruk tengkuknya, menimbang-nimbang apakah lebih baik memberitahukan hal ini kepada Aquila atau tidak. 

"Ada rumor beredar..." 

Aquila menyimak dengan saksama.

"Kalau nona Aquila telah merencanakan pembunuhan terhadap putri Zeline..."

"APA?!" 

Aquila melotot, ia hampir lupa bernapas saking terkejutnya. Darimana rumor ini berasal? Dan bagaimana bisa?

Tubuhnya menggigil seketika, ini mungkin reaksi yang berlebihan, tapi bagi Aquila yang sudah mengetahui alur novelnya, reaksi ini begitu wajar.

"NONA!" Ahn langsung membopong tubuh Aquila yang nyaris terjatuh, dengan perlahan, Ahn menuntunnya menuju ranjang.

Aquila memijat pelipisnya, ia pusing bukan main. 

"Nona, saya akan membuatkan teh!" Ahn berinisiatif.

"Tidak perlu, Ahn," Aquila mencegah. "Aku hanya kelelahan, tolong tinggalkan aku sendiri." Pintanya.

Ahn terdiam sesaat, jujur saja ia merasa menyesal telah memberikan informasi ini kepada Aquila. Ia tak menyangka reaksi Aquila akan seperti ini.

Ahn berbalik, meninggalkan Aquila yang kini tengah membenamkan wajahnya di dalam bantal.

Alur yang sempat terbelit dalam novel kembali berjalan seperti seharusnya.

Dalam novel, tak lama setelah rumor percobaan pembunuhan terhadap putri Zeline menyebar, Aquila semakin murka dan ia nekat menusuk Zeline.

Tak lama setelah itu, Aquila dijatuhi eksekusi mati.

"Tidak..." Lirihnya pelan.

Itu tidak boleh terjadi!

Tapi ada yang aneh ... Rumor ini menyebar sebelum waktunya. Sebenarnya apa yang terjadi? Aquila benar-benar tak bisa memaksimalkan kinerja otaknya.

Aquila segera bangkit, meskipun rasa pusing di kepalanya masih menjalar.

Aquila harus memikirkan sebuah rencana. Setidaknya ia harus melakukan sesuatu, tidak mungkin kan dia diam saja sambil menunggu ajal menjemputnya?

***

"Hormat kami, nona Aquila." 

Aquila balas tersenyum saat mendengar sapaan dari beberapa maid disini.

"Elijah, apa kau masih menyimpan undangan yang saat itu kau tunjukkan padaku?" Aquila bertanya kepada Elijah, salah satu pelayan disini.

Aquila mendadak teringat, Elijah pernah memberikan setumpuk undangan pesta yang diselenggarakan oleh para bangsawan. Tapi Aquila langsung menolak mentah-mentah undangan tersebut.

Alasan pertama, ia jauh lebih suka kediaman Duke ini dibandingkan di luar. Alasan kedua, ia benci keramaian.

Elijah menganggukkan wajahnya, "sebentar, nona, akan saya ambilkan."

Namun kini Aquila menarik pemikirannya tadi. Ia akan menghadiri beberapa pesta bangsawan itu, setidaknya ia harus mencari tahu sejauh mana rumornya telah tersebar.

Tak lama setelah itu, Elijah kembali dengan setumpuk undangan mewah.

Setelah mengucapkan terima kasih, Aquila pergi menuju ruang kerjanya. Tentu Aquila juga memanggil Ahn, karena akan memakan banyak waktu jika ia bekerja sendiri.

"Ahn, bisa kau tolong sortir undangan ini dari yang paling penting?"

Ahn mengangguk, "tapi, nona, apa anda sudah merasa lebih baik?"

"Aku baik-baik saja." 

Ahn lega mendengarnya, ia kini fokus melakukan perintah majikannya. "Nona, bagaimana kalau ini?" Ia menunjukkan salah satu undangan. "Ini pesta topeng yang diadakan putri seorang Marquis."

"Kapan pesta itu diselenggarakan?"

"Besok malam, nona,"

"Oh? Cepat sekali." Aquila bergumam, ia langsung teringat kalau undangan itu sudah dikirim sejak beberapa hari yang lalu, hanya saja saat itu Aquila sama sekali tak terpikirkan untuk menghadiri.

"Kalau begitu, aku akan menghadiri yang ini." Ujarnya setuju. "Pilih undangan yang lain lagi, Ahn."

Perasaan Aquila semakin membaik, meskipun ia tak tahu apa yang akan terjadi nanti, atau meskipun sekali lagi alurnya jadi melenceng, yang jelas, Aquila harus berusaha untuk bertahan hidup.

"Charelle Eora Varen, Putri dari Marquis Varen." Aquila menyebutkan nama pengirim undangan tersebut.

"Oh..." Sudut bibirnya sedikit tertarik. Aquila ingat betul siapa Charelle ini.

***

Related chapters

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 06 — Putri Marquis : Charelle Eora Varen

    Di dalam novel, Charelle Eora Varen adalah tokoh yang sangat berpengaruh terhadap jalan cerita. Aslinya, Charelle lah yang pertama kali menyebarkan rumor tentang rencana pembunuhan yang dilakukan oleh Aquila. Saat itu, rumor menyebar dengan begitu cepat. Baik di kalangan bangsawan maupun rakyat biasa. Hanya saja, di latar waktu yang sekarang, rumor telah menyebar lebih cepat dari aslinya, Aquila tak tahu darimana asalnya. Saat ini, Aquila akan berencana menggunakan Charelle sebagai alat supaya rumor buruk ini cepat mereda. Charelle adalah orang yang paling tepat untuk itu, karena sifatnya yang sangat supel dan memiliki banyak koneksi, rumor dapat menyebar dengan begitu cepatnya jika Charelle yang memulainya. Maka disinilah Aquila. Aquila turun dari kereta kudanya, ia kini telah sampai di kediaman Marquis Varen. Saat Aquila menapakkan kakinya, ia langsung disambut dengan hangat oleh beberapa pengawal di sana.

    Last Updated : 2021-06-22
  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 07 — FIGURAN PERGI SAJA!

    Lega sekali rasanya. Pada pagi hari ini, Aquila bangun dengan perasaan berbunga-bunga serta semangat yang meluap. Ia masih tak percaya ia telah berhasil mengatakannya. Terserah kalau ada yang berpikir dirinya berlebihan, tapi bagi Aquila ini adalah salah satu pencapaian yang besar. Pada kehidupan sebelumnya, saat ia masih menjadi seorang 'Alena' begitu sulit rasanya untuk mengemukakan pendapatnya, ia selalu takut akan reaksi orang lain atau kalau pendapatnya tidak sesuai dengan opini orang lain. Tapi kini, ia berhasil mengatakan semua unek-uneknya di depan Yang Mulia. Sekali lagi, rasanya begitu lega. "Nona, hari ini kau terlihat begitu bahagia." Komentar Ahn, yang kini tengah menata rambut Aquila, seperti biasanya. "Eh, begitukah?" Aquila tersenyum, ia tidak dapat menahan senyumnya. "Nona Ahn, apakah hari ini ada jadwal yang harus aku hadiri?" Ahn, yang kali ini sedang sibuk berkutat dengan pengait pada kalung perm

    Last Updated : 2021-06-22
  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 08 — Grand Duke : Revel Rex Alucio

    Revel Rex Alucio. Sedikit latar belakang tentangnya. Grand Duke Alucio adalah anak resmi dari raja dan ratu terdahulu. Beberapa puluh tahun yang lalu, saat kekaisaran ini masih dipimpin oleh raja terdahulu, saat itu raja memiliki seorang anak dari permaisuri yang resmi serta seorang anak dari selir. Kekacauan dimulai saat sang raja meninggal, tentu saja, sebagai pewaris tahta yang resmi, anak dari sang permaisuri akan dinobatkan menjadi raja berikutnya. Namun saat itu terjadi kudeta kekuasaan yang dilakukan oleh anak sang selir yang iri. Alhasil, anak dari permaisuri, sang pewaris resmi, berhasil diasingkan ke tempat yang tak seorangpun tahu. Sedangkan kini, anak dari sang selir berhasil dinobatkan sebagai raja saat ini. Tanpa ada yang tahu, anak dari sang pewaris resmi ternyata telah memiliki keturunan, ia bernama Revel Rex Alucio— seorang pria dengan aura menyeramkan yang sedang berada dihadapan Aquila saat ini. S

    Last Updated : 2021-06-23
  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 09 — Nona Penjahat Dalam Sudut Pandang Putra Mahkota

    "Yang Mulia, ini uang yang kau hilangkan." Zero yang saat itu tengah merasa linglung karena tidak sengaja menghilangkan sejumlah dana yang nantinya akan digunakan untuk menyelenggarakan sebuah acara langsung merasa senang saat Aquila menyerahkan sejumlah uang dari dalam kotak kecil. "Kau menemukannya?" Zero kecil bertanya dengan sumringah. Aquila kecil yang saat itu memakai dress berwarna merah muda hanya menggeleng. "Tidak, ini tabunganku." Aquila tersenyum lebar, memamerkan gigi-gigi susunya. "Tunggu. Tapi kenapa kau memberikannya padaku?" Tanya Zero keheranan. "Aku tidak ingin kau dimarahi ibunda ratu." Balas Aquila tulus. *** Zero memijat pelipisnya, entah mengapa secara tiba-tiba ia teringat salah satu kenangan masa kecilnya bersama Aquila. "Yang Mulia, kau sedang memikirkan apa?" Tanya Zeline yang berada di sampingnya. Zero tak menggubris. Ia bahkan tak menyadari kehadiran perempuan itu di sampingnya

    Last Updated : 2021-06-24
  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 10 — Seperti Apa Sosok Peran Utama Wanita Yang Sebenarnya?

    Aquila baru teringat sesuatu. Status kebangsawanan dibagi menjadi beberapa tingkat. Tingkat tertinggi adalah status bangsawan keluarganya, yakni seorang Duke. Sedangkan status bangsawan terendah adalah milik keluarga Zeline, yakni Baron. Mungkin hal itu pula yang menjadi pemicu Aquila yang dulu bertingkah semena-mena terhadap Zeline. Serta hal itu pula yang membuat Aquila merasa harga dirinya begitu terluka saat putra mahkota lebih memilih Zeline dibanding dirinya. Kalau dipikir-pikir, dosa serta tindakan jahat yang dilakukan Aquila yang dulu terhadap Zeline sudah terlalu banyak. Dulu, Aquila selalu berusaha membuat Zeline celaka di setiap kesempatan yang ada. Sialnya, Aquila yang sekarang lah yang harus menanggung konsekuensi dari kejahatan Aquila di novel. Maka dari itu. Saat ini Aquila berinisiatif untuk mengibarkan bendera damai. Ia berniat untuk berdamai dengan tulus, ia juga sudah menyiapkan sekotak hadiah untuk Zeline.

    Last Updated : 2021-06-25
  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 11 — Author Gila Mana Yang Menciptakan Tokoh Tanpa Hati Seperti Aquila?

    Penulis gila mana yang menciptakan peran utama yang kebaikannya tidak masuk akal seperti Zeline serta antagonis tanpa hati nurani yang tak segan melakukan apapun seperti Aquila? Setidaknya itu yang ada dipikiran Alena sebelum mulai mendapatkan ingatan dari Aquila yang asli. Benar-benar. Mulai dari kenangan masa kecil, nama-nama juga wajah orang-orang disekitarnya, serta peristiwa-peristiwa yang lainnya. Ingatan Aquila dalam novel itu, diterimanya secara bertahap. 'Alena' kini paham tentang perasaan serta pola pikir milik 'Aquila yang ada di dalam novel.' Sejak kecil, Aquila sudah bersahabat dengan putra mahkota, ia juga seringkali berkorban dalam hal-hal tertentu demi putra mahkota. Sudah banyak sekali suka dan duka yang mereka lalui. Aquila mulai memiliki rasa suka kepada putra mahkota. Tapi itu bukan masalah, karena ia tahu kalau akhirnya ia akan menikah dengan sang putra mahkota. Sebab, hanya keluarganya lah yang paling setia dan mamp

    Last Updated : 2021-06-26
  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 12 — TIDAK ADA TOKOH YANG WARAS!

    "Nona! Kereta kuda kerajaan sedang menuju kesini!" Seruan Ahn membuat Aquila langsung mengalihkan perhatiannya. Cewek berambut pirang itu langsung mengikuti arah pandangan Ahn. Apa? Eh, Ada apa ini? Aquila langsung bangkit dari tempatnya, ia meninggalkan sepotong kue berperisa stroberi yang bahkan masih belum ia sentuh. Aquila berlari keluar menuju perkarangan rumahnya yang luas. Dan benar saja, begitu gerbang besar dibuka, datang sebuah kereta kuda kerajaan dengan lambang khas istana tertera di bagian depannya. Sebenarnya ada apa ini? Apakah Zero ke sini karena sedang ada urusan dengan Duke Charles? Tapi, ayah Aquila tersebut sedang tidak ada di kediaman ini. Atau mungkin Zero ada urusan dengan Alaster? "Adikku sayang~" Ah, Aquila mendadak merasa menyesal telah menyebut nama Alaster dalam hati, kakaknya itu, tiba-tiba saja sudah berada di belakangnya. "Adikku, mengapa putra mahkota ke sini? Ap

    Last Updated : 2021-06-26
  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 13 — Yang Mulia Kaisar : Lius de Athanasius

    Orang gila! Semua tokoh yang ada di dalam novel 'Cinta Sejati' adalah orang gila! Tidak ada satupun tokoh yang waras disini. Aquila jadi merasa, sebenarnya ia tidak terjebak di dalam dunia novel, melainkan ia terjebak di dalam perkumpulan orang yang tidak waras. Mulai dari peran utama laki-laki yang terlalu protektif terhadap pasangannya, lalu peran utama wanita yang terlalu baik hingga terasa tidak masuk akal. Lalu ada juga kakak si antagonis yang terlalu 'alay'. Ditambah lagi tokoh Grand Duke yang memiliki aura yang sangat menyeramkan. Bahkan tokoh antagonisnya sendiri 'Aquila yang ada di dalam novel' juga sungguh tidak masuk akal perilaku jahatnya, hingga terkesan kalau tokoh tersebut sama sekali tak memiliki sisi baik. Hanya Aquila yang waras disini. Entah apa yang ada di pikiran si pengarang novel 'Cinta Sejati' sehingga dapat menciptakan novel picisan dengan segelintir orang-orang tidak waras sebagai tokohnya.

    Last Updated : 2021-06-29

Latest chapter

  • Miss Villain and the Protagonist   AFTERWORD

    Ekhm, halo semua! Aku Alet selaku author dari cerita yang berjudul ‘Miss Villain and The Protagonist’ sekarang lagi ngerasa seneng karena akhirnya aku bisa tamatin cerita ini! Nggak kerasa udah hampir dua tahun lamanya semenjak pertama kali aku publish cerita MVATP di pertengahan 2021. Sejak saat itu, aku bener-bener ngerasa seperti di rollercoaster, ada kalanya aku semangat & excited banget buat publish, tapi beberapa hari setelahnya aku langsung kena writer block. Ada masanya aku ngerasa seneng sama hasil tulisanku sendiri, tapi nggak lama setelahnya aku jadi ngerasa nggak pede lagi. Setelah semua perasaan campur aduk itu, akhirnya aku bisa ngebawa cerita MVATP hingga ke bagian akhir. Semoga kalian suka, ya, sama endingnya! * Jujur, aku deg-degan banget sebelum publish bagian akhir, aku mikir apakah endingnya memuaskan? Atau apakah kalian bakal suka? Tapi aku udah ngelakuin yang terbaik, aku berharap banget para pembaca bakal suka. Rasanya waktu tuh berjalan cepet banget, seinge

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 160 — Kembalinya Aquila Yang Asli (END)

    “Selamat atas penobatanmu, Yang Mulia.” Aquila tersenyum, menatap Revel yang terlihat kikuk.“Hanya ada kita berdua di sini, tolong panggil aku dengan nama saja, seperti biasa.”“Anda tahu sendiri kan, hal itu sudah tidak bisa lagi saya lakukan.”Benar. Dengan tingginya posisi Revel saat ini, bisa dianggap seperti penghinaan jika orang lain mendengar Aquila memanggilnya langsung dengan nama.“Padahal anda pasti sedang sibuk-sibuknya, tapi anda masih bisa meluangkan waktu untuk saya. Saya merasa terhormat.” Tutur Aquila.“Saya yang justru merasa tidak enak karena tiba-tiba memanggil anda ke sini.”Aquila menyadari kalau Revel tiba-tiba mengubah gaya bicaranya menjadi lebih formal. “Saya tidak enak jika membuang waktu anda lebih banyak lagi, apa ada hal yang anda ingin saya sampaikan sehingga memanggil saya ke istana?”Revel menatap Aquila, terdengar helaan napas darinya. “Aku tidak akan basa-basi lagi. Aku butuh bantuanmu.”“Apa?”“Seperti yang kau tahu, aku benar-benar disibukkan kare

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 159 — Setelahnya...

    Detik demi detik berlalu, berubah menjadi menit, jam, hari, minggu, waktu terus berjalan, setelah malam yang panjang itu entah kenapa waktu jadi terasa begitu cepat.Revel bekerja keras, dibantu dengan Duke Charles, Marquis Varen, dan beberapa bangsawan berpengaruh lainnya, mereka kembali membenahi tatanan kepemerintahan. Suasana di istana perlahan-lahan kembali seperti semula.Waktu berlalu, musim pun berganti, banyak hal yang terjadi, banyak hal yang dilewati.Revel telah resmi diangkat sebagai kaisar berikutnya, upacara pengesahan diadakan, meski ada beberapa pihak yang menentang, keputusan kuil tidak dapat diganggu gugat. Kebenaran terungkap, mengenai putra mahkota terdahulu yang dilupakan, semua tindakan keji kaisar sebelumnya pun terbongkar.Beberapa kebijakan diubah, termasuk penghapusan total mengenai subjek venatici, hal-hal yang berkaitan mengenai sihir pun dilegalkan asal dengan kuantitas yang wajar. Pembangunan sekolah sihir dilakukan pada banyak titik yang nantinya akan m

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 158 — Paman dan Keponakan

    “Mustahil!” Kaisar Lius menarik rambutnya sendiri, rasanya ia telah menjadi gila, ia sulit membedakan mana yang mimpi mana yang bukan. “INI PASTI MIMPI! HAHAHA AKU PASTI SEDANG BERMIMPI!” ia menyeringai, tanda keterkejutan dan keputusasaannya. Ini mimpi yang begitu buruk, seseorang tolong bangunkan dirinya! “Ini bukan mimpi, Yang Mulia.” Muncul seseorang memasuki ruangannya. Secara dramatis, dari balik bayangan, perlahan Kaisar Lius mampu melihat wajahnya yang disinari cahaya bulan. “Salam saya, Yang Mulia.” Pria itu menyapa dengan senyum manis di wajahnya. R- Revel?! “DASAR ANAK TIDAK TAHU DIRI!” Kaisar Lius berteriak, meluapkan segala emosinya. Bagaimana bisa Revel masih bisa tersenyum manis di saat seperti ini?! Ah, tidak, itu merupakan senyum ejekan! Senyum yang mentertawakan posisinya saat ini. “Ah? Bagaimana menurut anda mengenai kejutan yang telah saya siapkan sepenuh hati seperti ini?” Tanya Revel, masih dengan senyum yang menghiasi wajahnya. “KAU PASTI SUDAH GILA!” “Sa

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 157 — Perpisahan

    “Revel, Revel!” Seruan yang berasal dari Mike berhasil membuyarkan ingatan Revel atas masa kelamnya. “Kemarilah! Tuan Michael terluka parah!” Huh? Revel, diikuti yang lainnya bergegas menghampiri Mike dan Baron Michael yang terbaring lemah dengan luka yang memenuhi tubuhnya. Keadaannya jauh lebih buruk dari yang Revel pikirkan, sepertinya pria itu terkena tebasan senjata yang telah dilumuri racun, terlihat jelas dari bekas luka beserta warna kulit yang berubah kehijauan. “Michael, bertahanlah!” Seru Revel, yang bergerak cepat mengikatkan kain dengan erat agar racunnya tidak cepat menyebar. “Bertahanlah, aku akan segera mencarikan penawar.” “Berhenti.” Ketika Revel hendak bangkit, Baron Michael menggenggam tangannya. “Tidak perlu.” “A- apa?” Alis Revel bertaut, ia jelas tak mengerti mengapa Baron Michael menahannya. “Percuma saja, racunnya sudah menyebar sejak tadi.” “Apa yang kau bicarakan?! Kenapa kau menyerah seperti itu?!” Seru Revel, perasaannya kini tak menentu, kalimat y

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 156 — Dendam Seorang Anak Laki-laki

    “Sebelumnya kau mengatakan kalau otak mereka telah dicuci dan mereka menjadikan kaisar sebagai dewa mereka, kan?” Xander bertanya, memastikan. Muncul sebuah ide gila di kepalanya. “Bagaimana jika cara tercepat untuk menghabisi mereka dalam satu entakan adalah dengan membunuh kaisar terlebih dahulu?” Bagi Xander, ini merupakan ide gila yang patut dicoba. Subjek Venatici menganggap kaisar sebagai dewa mereka, bagaimana jika Xander membunuh ‘dewa’ yang selalu ingin mereka lindungi itu? Pasti mereka akan merasakan perasaan putus asa yang begitu mendalam akibat gagal melindungi dewa. Setelah mendapat pukulan keras itu, seharusnya mereka melemah, kan? Tidak, tidak, lebih baik lagi jika mereka melakukan bunuh diri massal akibat perasaan bersalah yang mendalam. Seringaian menyeramkan mendadak timbul pada wajah Xander. Ia akan merealisasikan ide gila itu. Kesimpulannya, ia akan membunuh Kaisar terlebih dahulu. Revel yang mendengarnya seketika menoleh. “Itu… benar-benar ide nekat yang laya

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 155 — Kartu As Kaisar : Subjek Venatici

    Berkat monster yang dilepaskan Yelena, beserta bala bantuan dari keluarga Charles dan Varen, prajurit istana berhasil dipukul mundur. Pertumpahan darah terjadi, waktu berjalan begitu cepat, tak disangka kekuatan istana dapat disudutkan.Di detik-detik kelumpuhannya, Kaisar mengeluarkan kartu as terakhirnya, yakni dengan melepaskan ‘Subjek Venatici’ yaitu kumpulan manusia yang telah dicuci otaknya sehingga rela melakukan apa saja demi melindungi sang kaisar, termasuk menyerahkan nyawanya sendiri. Singkatnya, mereka adalah anjing kaisar.‘Subjek Venatici’ berkaitan erat dengan negara-negara jajahan. Kaisar memerintahkan untuk menginvasi desa-desa miskin, membunuh para orang tua maupun semua penduduk, menculik anak-anak mereka dan mengumpulkannya menjadi satu. Setelahnya, Kaisar mengurung mereka, melakukan pencucian otak agar selalu tunduk pada kehendaknya dan agar mereka dapat mempersembahkan nyawa untuknya.Mereka menjalani kehidupan yang keras, saling membunuh satu sama lain untuk mem

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 154 — Monster Yang Lepas Dari Segel

    “Satu-satunya yang bisa menemukan akses masuk itu hanyalah Nona Yelena.” Ucapnya. “Sebagai seorang penyihir, Nona Yelena dapat merasakan aliran mana di sini. Gunakan kemampuan anda, rasakan mana yang ada, jika terasa semakin kuat, bisa saja itu tandanya kita semakin dekat dengan akses masuk itu.” Ini penjelasan yang paling memungkinkan, hanya Yelena yang dapat melakukannya. "T- tapi, bagaimana kalau ternyata aku gagal dan kita hanya semakin membuang waktu?” sorot keraguan terpampang jelas dari matanya. “Kami percaya padamu, aku tahu kau bisa melakukannya.” Aquila menggenggam tangan Yelena. “Apa kau ingat saat di mana para prajurit tadi berhasil mengepungku? Aku kira nasibku akan berakhir saat itu, tapi tiba-tiba kau menggunakan kekuatanmu untuk membuat mereka melayang. Itu kau yang melakukannya, kan? Aku yakin kau menyimpan potensi yang sangat besar hanya saja kau belum menyadarinya.” Alken mengangguk kecil. “Kau bisa melakukannya.” Ia menambahkan, meyakinkan. *** Yelena memejam

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 153 — Bala Bantuan

    “Apa?”Kabar yang baru saja disampaikan oleh salah satu pelayannya ini membuat Duke Charles membulatkan matanya.“Terjadi penyerangan pada istana?” ia bertanya, memastikan.Kalau kabar ini sampai ke telinga bangsawan lain, mereka pasti berpikir kalau kelompok penyembah kekuatan itu lah yang menjadi dalang dalam kasus ini. Tapi tidak dengan Duke Charles, pria itu tau dengan jelas siapa saja yang akan bertanggung jawab dalam hal ini.Termasuk putra dan putrinya.Sebenarnya Duke Charles tidak terkejut atas keterlibatan anak-anaknya, mudah baginya untuk mengendus rencana mereka semenjak kedatangan Grand Duke Alucio untuk makan malam bersama, ditambah lagi, kedekatan antara putrinya dengan pria itu. Tapi, yang membuatnya terkejut adalah ia tak menyangka kalau ini akan terjadi secepat ini.Timing-nya benar-benar pas dengan kabar pemberontak dari kelompok penyembah kekuatan. Hal ini sudah direncanakan dengan sangat matang.“Kumpulkan pasukan, kita akan mengirim bala bantuan untuk menyerang i

DMCA.com Protection Status