Home / Fantasi / Miss Villain and the Protagonist / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Miss Villain and the Protagonist: Chapter 51 - Chapter 60

163 Chapters

Chapter 51 — Akhir Dari Charelle

"Menjijikkan." Zeline melempar sembarangan surat kabar yang baru saja ia baca itu. "Sangat menjijikkan, mencoba mengenal rakyat lebih dekat apanya?" ia mengomentari surat kabar yang tercetak wajah Aquila pada halaman pertama.  "Bukankah itu sama saja ia sedang mengakui kalau ia sedang berusaha merebut hati rakyat?" "Zeline," Charelle— dayang Zeline, tiba-tiba saja masuk ke dalam ruangan. Ujung sepatu kacanya tanpa sengaja menginjak surat kabar yang baru saja dilempar Zeline.  Charelle membungkuk, memungut surat kabar itu, "maksudmu, ini yang menjijikkan?" Charelle terkekeh, menunjukkan surat kabar dengan wajah Aquila tersebut.  Zeline mendengus kesal, status Charelle hanyalah dayangnya, tetapi wanita itu sangat tidak sopan, seenaknya masuk ke ruangannya. "Tidak, tadi aku melihat tikus, dan itu sangat menjijikkan." "Ruangan Nona Zeline banyak tikusnya, ya?" Charelle mengangkat sebelah alisnya.  "Nona, sebenta
Read more

Chapter 52 — Penjara Bawah Tanah

"K— kau... Apa?!" Mata Aquila membelalak, berusaha memastikan ia tak salah dengar. "Kau menampar Nona Zeline?" Charelle mengangguk. Jelas sekali sorot ketakutan terlihat dari matanya.  "Kenapa kau melakukan itu?" Aquila bertanya bingung. Wanita itu meringis, bahkan, Aquila saja tak berani melakukannya— karena ia tahu Zero akan menjadi orang pertama yang menyeretnya ke dalam lubang kematian kalau ia berani macam-macam dengan kekasihnya.  Nona Theta yang mendengarkan hanya bisa menepuk dahi, "kau hanya memperpendek umurmu," Komentarnya— yang membuat Charelle semakin panik.  "Nona Zeline merendahkanku!" Charelle berseru, berusaha menjelaskan penyebab perbuatannya. "Tentu aku tidak akan diam saja!" "Merendahkanmu?" Dahi Aquila terlipat, ia tebak, pasti sebelumnya terjadi perdebatan di antara mereka yang menyebabkan Zeline naik pitam— tidak mungkin Zeline tiba-tiba saja langsung merendahkan Charelle tanpa ada alasan yang jelas, ditam
Read more

Chapter 53 — Langkah Pertama Untuk Menyelamatkan Charelle

"Astaga... Itu benar-benar hal yang buruk..." Countess Eliza— salah satu dayang Aquila menutup mulutnya. Ia nampak terkejut dengan hal yang baru saja Aquila ceritakan.  Aquila bersandar pada dinding, wajahnya nampak frustasi. "Charelle dimasukan ke dalam penjara bawah tanah, Nona Theta juga entah diseret ke mana, dan Zero mengancamku kalau aku ikut campur." Ia mengusap wajahnya, "aku benar-benar tak tahu apa yang harus aku lakukan." Aquila pikir bercerita pada Countess Eliza dapat membantunya keluar dari kebuntuan, nyatanya sama saja, Countess Eliza juga tak tahu harus berbuat apa dalam situasi seperti ini.  Countess Eliza menepuk bahu Aquila— berusaha menenangkan gadis itu, "bagaimanapun juga, kau harus ingat, saat ini kau berhadapan langsung dengan sang putra mahkota, aku tak ingin kau salah langkah dan justru melakukan hal yang membahayakanmu." Wanita itu menatap dengan sorot cemas.  Ahn datang, membawakan pesanan Aquila. "Ini, Nona.
Read more

Chapter 54 — Menyusun Rencana Awal

Udara yang hangat, ruangan yang berisikan furnitur kayu, serta jejeran rak buku yang tertata rapi pada pojok ruangan. Aquila bersandar nyaman pada sebuah kursi kayu. Rumah ini, meskipun ukurannya sangat kecil, tapi rasanya sangat nyaman.  "Ini rumahmu?" Tanya Aquila terhadap Alken yang sedang sibuk menyalakan perapian.  "Tentu saja." Sahut Alken tanpa menoleh, ia masih sibuk mengurusi tumpukan kayu di tangannya. "Memangnya untuk apa aku membawamu ke rumah orang lain?" "Tidak, maksudku, untuk apa kau memiliki rumah kecil di pinggir kapital? Bukankah istana sudah sangat besar dan nyaman?" "Hmm?" Alken bangkit setelah selesai menyalakan perapian, kali ini ia kembali sibuk dengan kegiatannya yang lain. "Rumah ini aku gunakan untuk menyimpan arsip dan dokumen yang penting. Tidak ada yang mengetahui tempat ini selain kau, yah, bisa dibilang ini tempat rahasiaku." Ujarnya sembari menyeduh teh.  "Oleh karena itu, jangan katakan pada sia
Read more

Chapter 55 — Menyerahlah, Atau Aku Penggal Kepalamu

"Apa kau yakin Tuan Varen ada di sini?" Aquila bertanya lagi, hanya untuk memastikan.  Alken mendengus, "aku kan sudah mengatakannya, lagi pula tadi kau dengar sendiri, kan, apa yang pelayan di kediaman Varen katakan? Marquis Varen sedang berada di sini." Aquila menganggukkan kepala, ia menatap perkumpulan para bangsawan di depannya, salah satu di antaranya pasti adalah Marquis Varen.  "Tuan Alken, boleh aku bertanya lagi?" "Apa?" Tanya Alken sedikit ketus, "awas saja kalau pertanyaanmu tidak penting." Aquila tidak begitu mempermasalahkan sahutan Alken yang terdengar ketus, pria itu, meski cara menjawabnya terdengar menyebalkan, jawaban Alken selalu berguna dan dapat dipercaya. Aquila mundur satu langkah, lantas melakukan gerakan berputar, "bagaimana penyamaranku?" Ia bertanya, "tidak akan ada yang menyangka, kan, kalau aku adalah Nona Charles?" Alken meletakan tangan pada dagu, "hmm... Sekilas mungkin tak akan ada ya
Read more

Chapter 56 — Master A Beraksi!

Tentu saja Aquila tidak benar-benar berniat 'memenggal' kepala penjaga itu. Pedangnya... Hanya menggores permukaan kulit lehernya, membuat darah terkeluar.  Penjaga yang satu lagi nampak membisu, tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Demi melihat hal itu, Aquila langsung memanfaatkan momen ini untuk menyerangnya.  Penjaga itu terjatuh sebab serangan mendadak Aquila. Saat ini tubuh Aquila berada di atasnya, mengunci pergerakan penjaga tersebut. Dengan cepat, Aquila mengeluarkan sebuah kain dari dalam jubahnya, lalu ia menutup mulut sang penjaga yang tengah memberontak dari kuncian Aquila.  Ayo, bekerjalah, Aquila terus memohon dalam hatinya. Semoga obat tidur dalam dosis sangat tinggi yang ia tuangkan ke dalam kain, dapat bekerja dengan cepat, melumpuhkan penjaga itu.  Sepertinya berhasil. Aquila dapat merasakan tubuh orang di depannya semakin melemas, tidak ada lagi gerakan memberontak, saat ini ia sudah tak sadarkan diri. 
Read more

Chapter 57 — Satu Masalah Berkurang

Aquila melipat kedua tangannya di dada, ia bersandar pada dinding sembari memandangi seseorang yang nampak mengendap-endap.  Malam semakin larut, tapi, jangankan berkhayal untuk bisa berbaring di kasur seperti biasanya, Aquila justru masih saja disibukkan dengan hal-hal seperti ini.  Aquila menghela napasnya, wajahnya terlihat muak, "dari mana saja kau malam-malam begini?" Ia bertanya kepada Rose yang nampak terkejut akan kehadiran Aquila secara tiba-tiba.  Rose terperanjat, "n- nona, Aquila..." "Ini sudah larut malam, Nona Rose. Kenapa kau berkeliaran keluar semalam ini?" "Aku... Aku sedang..." Wajah Rose nampak tengah berpikir, "aku sedang mencari angin, Nona..." "Hmm?" Alis Aquila terangkat, ia nyaris tertawa akan kebohongan Rose yang terdengar konyol. "Kau sedang mencari angin? Benarkah?" "I-iya, Nona!" "Atau kau telah kembali dari ruangan Nona Zeline setelah melaporkan segala tindak-tandukku dari awa
Read more

Chapter 58 — Panggil Aku Master A!

"Master A." Marquis Varen menyebut, pria itu kini berhadapan dengan Aquila dalam mode 'penyamarannya' "aku sangat berterimakasih padamu." Ia menundukkan badannya, memberi hormat.  Aquila mengangguk canggung, merasa tak enak melihat orang yang jauh lebih tua darinya ini menunduk di hadapannya. "Iya, sama-sama." "Aku tak dapat membayangkan apa yang akan terjadi kalau kau tidak menolong putriku," Marquis Varen menghela napasnya, "aku sungguh berterimakasih, oleh karena itu, tolong terima ini." ia menyerahkan sebuah kantung yang berisi emas.  Aquila menggeleng, ia tidak butuh uang. "Aku kan sudah pernah mengatakannya, aku tak butuh uangmu, Tuan." "Baiklah. Aku sudah menduga kau pasti menolaknya." Marquis Varen kembali menyimpan kantung itu. "Kalau begitu, ke depannya, setiap kau membutuhkan bantuan, apapun itu, jangan sungkan untuk menghubungiku. Aku akan membantumu sebisaku, aku pasti akan membalas budi." Aquila mengangguk. Bertambah la
Read more

Chapter 59 — Tak Bisakah Kau Menjadi Seperti Zeline?

"PUTRIKUUU!!" Aquila membalas pelukan erat kedua orang tuanya. Tanpa sadar air matanya mengalir, ia sangat merindukan mereka! "Aku sangat merindukan putrikuuuu..." Duke Charles memeluk erat, membuat Ducchess Aretha hendak protes. "Hei, aku juga ingin memeluknya." Aquila tersenyum lebar, entah tiba-tiba saja langkah kakinya membawanya menuju kediaman orang tuanya. Awalnya Aquila tertangkap penjaga— mereka menyangka Aquila adalah penyusup. Namun setelah membuka jubahnya, Aquila langsung dilepaskan. "Apa kau tidak merindukan kakakmu ini, adikku?" Alaster berujar dari arah belakang Aquila. Pria itu tengah berdiri sembari merentangkan kedua tangannya, ingin dipeluk juga. "Tidak, tuh!" Aquila menjulurkan lidahnya. "Hei!" Alaster menggerutu. "Jangan ganggu adikmu, Alaster." Ducchess Aretha memperingati, "ia pasti lelah sekali, telah diam-diam melarikan diri dari istana." Aquila meringis, ia jadi ingat sesuatu, "kalau Z
Read more

Chapter 60 — Pahlawan Yang Dicintai Rakyat

"Terima kasih, Master A." Ujar seorang pria paruh baya dengan pakaian gombrangnya, ia merangkul putrinya yang sedang menangis sesenggukan. "Sudah dua hari putriku tidak pulang ke rumah, dan sudah selama itu juga aku tak dapat tidur karena mencemaskannya. Tapi kini kau dapat menemukannya, aku sungguh-sungguh berterimakasih." Aquila menggaruk tengkuknya, ia tersenyum canggung. "Aku senang dapat melakukannya untukmu," "Seandainya saja aku punya banyak uang, pasti aku akan memberikannya padamu sebagai tanda terima kasih." Pria itu memasang wajah menyesal, ia mencoba merogoh sakunya, "aku hanya memiliki beberapa keping uang logam, apa ini cukup?" "Eh?" Aquila menggeleng pelan, "aku tidak minta bayaran, Tuan. Aku melakukannya tulus hanya ingin membantumu." Ujarnya. "Sekarang simpan kembali uangmu, lebih baik belikan makanan untuk putrimu." Pria itu kembali menyimpan uangnya, matanya berkaca-kaca, "seperti rumornya, kau memang orang yang sangat baik, Master
Read more
PREV
1
...
45678
...
17
DMCA.com Protection Status