Semua Bab Miss Villain and the Protagonist: Bab 31 - Bab 40

163 Bab

Chapter 31 — Anneth de Theta

"Anneth de Theta." ujarnya sambil mengulurkan tangan.  "Apa?" Aquila menatap uluran tangan tersebut dengan raut wajah bingung.  "Anneth de Theta adalah nama lengkapku." Nona Theta tersenyum. "Mulai sekarang kau bisa memanggilku langsung dengan nama depanku, tidak perlu terlalu formal." Aquila menjabat tangan Nona Theta, tidak, Anneth yang sejak tadi terulur. "Ada apa ini... Kenapa kau tiba-tiba seperti ini?" "Yah... Harus kuakui kau tidak seburuk yang aku kira," Anneth mengulas senyuman canggung. "Aku dulu begitu membencimu tanpa alasan yang jelas, menyimpulkanmu hanya berdasarkan dari rumor yang beredar, aku bahkan sempat menghasut teman-temanku untuk turut membencimu."  "Tapi setelah aku mengenalmu secara langsung, aku berani berkata kalau kau berbeda dengan yang dibicarakan orang-orang." Mendengarnya, Aquila diam seribu bahasa, otaknya masih belum dapat mencerna sepenuhnya perkataan Anneth.  "Aku malu men
Baca selengkapnya

Chapter 32 — Sihir Hitam Madam Gienka

"Naskahmu kurang konsisten." "Apa?" alis Alken terangkat mendengar celetukan Aquila barusan.  "Ceritamu seakan menyudutkan para penyihir tersebut, tapi barusan kau bilang kalau Sang Kaisar yang mengkhianati mereka duluan. Bukankah Sang Kaisar adalah penjahat yang sebenarnya?" "Sang Kaisar melakukan hal itu hanya sebagai tindak pencegahan kalau saja ketua penyihir tersebut menggunakan kekuatannya untuk mengkudeta Kekaisaran." Aquila masih merasa itu bukan alasan yang tepat untuk memburu para penyihir dan semua keturunannya. "Tapi bukankah hal itu terlalu berlebihan? Maksudku, Sang Kaisar memanfaatkan, mengkhianati, memburu seluruh keturunan penyihir, serta membuat seolah-olah para penyihir hitam-lah penjahatnya." "Kau terlalu naif, Nona." pria berambut putih itu menyahuti.  "Apa?" kali ini giliran Aquila yang bertanya.  "Seandainya Sang Kaisar saat itu memberikan separuh kekuasaannya, bisa saja kali ini para penyi
Baca selengkapnya

Chapter 33 — Kau Bisa Mempercayaiku

Waktu berlalu begitu cepat, ya?  Sepertinya baru kemarin Zero mengunjungi Aquila untuk acara makan malam rutin. Dan sekarang, putaran baru telah dimulai lagi, malam ini waktunya ia kembali bertemu dengan Zero.  Sebenarnya, Aquila belum benar-benar merasa pulih, kulitnya bahkan masih terlihat begitu pucat, tetapi menolak seorang Putra Mahkota adalah tindakan yang tidak sopan. "Selamat malam, Yang Mulia." Aquila menyapa, basa-basi.  "Aquila?!" Zero bangkit dari tempatnya, menghampiri Aquila yang kini merasa terkejut atas seruan Zero tadi.  "Iya... Yang Mulia?" Aquila menatap bingung.  "Aku dengar, tadi kau memuntahkan darah?" Zero bertanya panik. "Apa sekarang kau sudah merasa lebih baik?" "Eh?" Aquila tersenyum canggung, pasti Ahn yang memberi tahu! "Aku sudah merasa lebih baik." "Benarkah?" Zero menghela napas lega, "syukurlah kalau begitu." Canggung.  Baik Aquila maupun Zer
Baca selengkapnya

Chapter 34 — Aquila, Maafkan Aku

"Ahn, apa kau pernah merasakan, saat kau terlalu banyak bercerita, atau terlalu banyak mengekspresikan perasaanmu, lalu kau langsung merasa menyesal di detik berikutnya?"  Ahn hanya memandang Aquila dengan bingung, "Apa kau sedang merasakannya, Nona?" Aquila mengangguk. Semalam, ia terlalu banyak bercerita.  Rentetan kalimatnya pada tadi malam, seketika Aquila menyesali semuanya. Rasanya, lebih baik menyimpan segala pemikirannya untuk diri sendiri.  "Terkadang aku merasakannya." jawab Ahn. "Setelah banyak bercerita mengenai diriku, aku kerap berpikir, kenapa aku menceritakan semua itu?" Aquila senang, Ahn memahaminya. "Itu yang kini aku rasakan." "Tapi, lebih dari itu, aku juga merasa lega," "Lega?" "Iya." Ahn menganggukkan kepalanya. "Karena, cerita itu mengalir dengan sendirinya. Biasanya, cerita seperti itu adalah hal yang sangat ingin aku utarakan, tetapi aku tidak tahu harus memulainya dari mana?"&nb
Baca selengkapnya

Chapter 35 — Kekasihmu Itu Siapa? Aku Atau Aquila?

"Aquila, maafkan aku." Mendengarnya, tubuh Aquila menegang, matanya membulat memastikan apa yang baru didengarnya itu benar.  "Aku..." Aquila tak dapat berkata-kata, tubuhnya terasa begitu kaku.  Tanpa disadari, ia meneteskan air mata.  "Ah, maafkan aku!" Aquila segera menarik tangannya dari genggaman Zero, ia menyeka air matanya.  "Aquila, kau menangis!" Zero berseru panik, ia hendak menghapus air mata cewek itu—namun tangannya ditepis.  "Aku tidak apa-apa." Aquila berujar dengan air mata berderai. "A—air mataku turun sendiri..." lirihnya sambil menghapus jejak air matanya dengan kedua tangan.  "Ma—af Yang Mulia," Aquila membungkuk hormat, "aku pamit dulu," ujarnya sebelum berbalik tanpa menunggu reaksi Zero.  Aquila berlari kecil, dengan gaun yang ia angkat. Sebenarnya, ia juga tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya.  Air matanya turun begitu saja?  Lalu,
Baca selengkapnya

Chapter 36 — Sehari Bersama Pangeran Iluka

"Kau bisa berkuda, Aquila?" tanya Iluka.  Aquila hanya menggeleng, kalau boleh jujur, ia bahkan merasa takut.  "Bagaimana kalau aku mengajakmu berkuda? Apa kau mau?"  "Tentu, tetapi aku merasa sedikit takut." Aquila menatap Iluka, sorot keraguan terlihat jelas pada matanya.  "Hey, kau tenang saja, 'kan ada aku!" Iluka tersenyum manis, tangannya bergerak melepaskan ikatan pada Zeus— kuda putih miliknya.  "Kau harus bertumpu pada injakannya," Iluka memberi instruksi.  Aquila mengangguk, ia percaya pada Iluka, walau tangannya sedikit gemetar, ia berhasil menunggangi kuda putih itu.  Tak lama setelahnya, Iluka juga menaiki kuda tersebut, dengan posisi persis di belakang Aquila.  Aquila menahan senyumnya yang nyaris mengembang, dengan jarak sedekat ini ... Jantungnya terasa tidak karuan.  Bahkan tangannya tidak sengaja bersentuhan dengan tangan Iluka saat cowok itu memegan
Baca selengkapnya

Chapter 37 — Kau Terlihat Cantik

"Sepertinya belum begitu lama sejak terakhir kali aku melihatmu menangis, sekarang kau malah terus tersenyum sendiri seperti—" "Ssttt~" Aquila mendekatkan telunjuknya persis di depan bibir Ahn, "hentikan komentarmu, Ahn, aku sedang merasa senang!" ujarnya dengan senyum yang lebar.  "Kau tahu tidak, apa yang tadi aku lakukan bersama dengan Pangeran Iluka?" tanya Aquila.  Ahn menggeleng. Ia tidak berminat untuk menjawab.  "Coba tebak!" Mata Ahn memicing, menatap pakaian Aquila yang terlihat acak-acakan, "kalian tidak melakukan hal yang diluar batas, kan?" Aquila langsung menggeleng tegas, "tidak, tidak, tentu saja tidak! Sepertinya ada yang tidak beres dengan pikiranmu, Ahn!" Ahn tidak merespon.  "Tadi, Pangeran Iluka mengajakku berolahraga!"  "Lalu?"  "Lalu katanya, ia bersedia untuk mengajariku berbagai macam hal, seperti berpanah, dan yang lainnya!" Melihat ekspresi
Baca selengkapnya

Chapter 38 — Nona Aideos, Sang Calon Permaisuri

Sudah sedari tadi, Aquila berusaha keras untuk menetralkan degup jantungnya, namun sia-sia saja, debaran jantungnya tak dapat dikendalikan.  Bukan tanpa alasan saat ini ia merasa begitu gugup. Pasalnya, hari ini adalah hari dimana festival (yang nantinya akan diselenggarakan selama tiga hari dan tiga malam) resmi dibuka.  Bukan festivalnya yang membuat Aquila merasa gugup, melainkan seseorang yang berada persis di sampingnya inilah yang membuatnya merasa tak karuan.  "Aquila, kenapa kau diam saja, kau sedang memikirkan apa?" Pangeran Iluka memiringkan kepalanya, ia mengibaskan tangannya persis di depan wajah Aquila.  Aquila menggeleng pelan, tidak mungkin kan ia bilang kalau sedang memikirkan Iluka?  "Kalau kau sudah siap, aku akan membawamu menuju kereta kuda." Sang Pangeran tersenyum cerah, ia mengulurkan tangan— yang langsung disambut dengan senang hati oleh Aquila.  Aquila berjalan beriringan dengan Il
Baca selengkapnya

Chapter 39 — Percakapan Tak Berujung

"Maaf." Aquila menengadahkan kepalanya, menatap wajah Iluka yang baru saja mengucap kata maaf.  "Maaf? Untuk apa?" Jawab Aquila, jujur saja, ia tak merasa Iluka ada salah padanya.  "Aku... Seharusnya tadi aku lebih bisa menahan emosi, tingkahku tadi hanya memperkeruh keadaan." Aquila menggeleng, "tidak, kau tidak salah, aku justru sangat berterima kasih padamu." Hening lagi. Iluka larut dengan pikirannya, sedangkan Aquila sibuk menatap ke arah jendela, melihat salju yang mulai turun.  Drama di pagi hari tadi, membuat Aquila merasa enggan untuk kembali melanjutkan kegiatan, ia juga merasa enggan bertemu dengan siapapun— kecuali Iluka, tentunya. Oleh karenanya, Aquila memutuskan untuk kembali ke dalam kereta kuda miliknya.  "Aquila," Si empunya nama menoleh ketika Iluka memanggilnya.  "Kau tunggu di sini sebentar, aku akan segera kembali. Ada urusan yang harus aku kerjakan." Ujar Iluka.&nb
Baca selengkapnya

Chapter 40 — Jangan Lengah, Atau Kau Akan Diserang

"Kau dari mana saja? Aku sejak tadi mencarimu." Ujar Iluka seraya menghampiri Aquila.  "Aku..." Ucapan Aquila terjeda, tidak mungkin, kan, ia bilang habis bertemu seorang penyihir? "Aku tidak dari mana-mana." Iluka tak begitu mengindahkan jawaban tak jelas dari Aquila, cowok itu melangkahkan kakinya, tangannya menuntun Aquila menuju ruang pertemuan. "Ayo." Sebenarnya Aquila sangat malas, kalau boleh, ia ingin pulang saja, tapi tentu ia tak dapat melakukannya.  Di dalam ruangan, Aquila sibuk mengedarkan pandangannya, banyak bangsawan yang tengah bercengkrama. Dari yang Aquila tangkap, sebentar lagi akan diadakan lomba berburu hewan.  Lomba ini diadakan berpasangan, Putra Mahkota berpasangan dengan kekasihnya, tentu saja.  Aquila menoleh pada Iluka yang tengah mengambil sebuah busur. "Kau ingin yang mana?" Tanya Iluka.  Aquila terdiam, Aquila tidak bisa memanah, kalau dirinya berpasangan dengan Iluka, Aqu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
17
DMCA.com Protection Status