Beranda / Fantasi / Miss Villain and the Protagonist / Chapter 35 — Kekasihmu Itu Siapa? Aku Atau Aquila?

Share

Chapter 35 — Kekasihmu Itu Siapa? Aku Atau Aquila?

Penulis: Scarlet Crown
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Aquila, maafkan aku."

Mendengarnya, tubuh Aquila menegang, matanya membulat memastikan apa yang baru didengarnya itu benar. 

"Aku..." Aquila tak dapat berkata-kata, tubuhnya terasa begitu kaku. 

Tanpa disadari, ia meneteskan air mata. 

"Ah, maafkan aku!" Aquila segera menarik tangannya dari genggaman Zero, ia menyeka air matanya. 

"Aquila, kau menangis!" Zero berseru panik, ia hendak menghapus air mata cewek itu—namun tangannya ditepis. 

"Aku tidak apa-apa." Aquila berujar dengan air mata berderai. "A—air mataku turun sendiri..." lirihnya sambil menghapus jejak air matanya dengan kedua tangan. 

"Ma—af Yang Mulia," Aquila membungkuk hormat, "aku pamit dulu," ujarnya sebelum berbalik tanpa menunggu reaksi Zero. 

Aquila berlari kecil, dengan gaun yang ia angkat. Sebenarnya, ia juga tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya. 

Air matanya turun begitu saja? 

Lalu,

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 36 — Sehari Bersama Pangeran Iluka

    "Kau bisa berkuda, Aquila?" tanya Iluka. Aquila hanya menggeleng, kalau boleh jujur, ia bahkan merasa takut. "Bagaimana kalau aku mengajakmu berkuda? Apa kau mau?" "Tentu, tetapi aku merasa sedikit takut." Aquila menatap Iluka, sorot keraguan terlihat jelas pada matanya. "Hey, kau tenang saja, 'kan ada aku!" Iluka tersenyum manis, tangannya bergerak melepaskan ikatan pada Zeus— kuda putih miliknya. "Kau harus bertumpu pada injakannya," Iluka memberi instruksi. Aquila mengangguk, ia percaya pada Iluka, walau tangannya sedikit gemetar, ia berhasil menunggangi kuda putih itu. Tak lama setelahnya, Iluka juga menaiki kuda tersebut, dengan posisi persis di belakang Aquila. Aquila menahan senyumnya yang nyaris mengembang, dengan jarak sedekat ini ... Jantungnya terasa tidak karuan. Bahkan tangannya tidak sengaja bersentuhan dengan tangan Iluka saat cowok itu memegan

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 37 — Kau Terlihat Cantik

    "Sepertinya belum begitu lama sejak terakhir kali aku melihatmu menangis, sekarang kau malah terus tersenyum sendiri seperti—" "Ssttt~" Aquila mendekatkan telunjuknya persis di depan bibir Ahn, "hentikan komentarmu, Ahn, aku sedang merasa senang!" ujarnya dengan senyum yang lebar. "Kau tahu tidak, apa yang tadi aku lakukan bersama dengan Pangeran Iluka?" tanya Aquila. Ahn menggeleng. Ia tidak berminat untuk menjawab. "Coba tebak!" Mata Ahn memicing, menatap pakaian Aquila yang terlihat acak-acakan, "kalian tidak melakukan hal yang diluar batas, kan?" Aquila langsung menggeleng tegas, "tidak, tidak, tentu saja tidak! Sepertinya ada yang tidak beres dengan pikiranmu, Ahn!" Ahn tidak merespon. "Tadi, Pangeran Iluka mengajakku berolahraga!" "Lalu?" "Lalu katanya, ia bersedia untuk mengajariku berbagai macam hal, seperti berpanah, dan yang lainnya!" Melihat ekspresi

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 38 — Nona Aideos, Sang Calon Permaisuri

    Sudah sedari tadi, Aquila berusaha keras untuk menetralkan degup jantungnya, namun sia-sia saja, debaran jantungnya tak dapat dikendalikan. Bukan tanpa alasan saat ini ia merasa begitu gugup. Pasalnya, hari ini adalah hari dimana festival (yang nantinya akan diselenggarakan selama tiga hari dan tiga malam) resmi dibuka. Bukan festivalnya yang membuat Aquila merasa gugup, melainkan seseorang yang berada persis di sampingnya inilah yang membuatnya merasa tak karuan. "Aquila, kenapa kau diam saja, kau sedang memikirkan apa?" Pangeran Iluka memiringkan kepalanya, ia mengibaskan tangannya persis di depan wajah Aquila. Aquila menggeleng pelan, tidak mungkin kan ia bilang kalau sedang memikirkan Iluka? "Kalau kau sudah siap, aku akan membawamu menuju kereta kuda." Sang Pangeran tersenyum cerah, ia mengulurkan tangan— yang langsung disambut dengan senang hati oleh Aquila. Aquila berjalan beriringan dengan Il

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 39 — Percakapan Tak Berujung

    "Maaf." Aquila menengadahkan kepalanya, menatap wajah Iluka yang baru saja mengucap kata maaf. "Maaf? Untuk apa?" Jawab Aquila, jujur saja, ia tak merasa Iluka ada salah padanya. "Aku... Seharusnya tadi aku lebih bisa menahan emosi, tingkahku tadi hanya memperkeruh keadaan." Aquila menggeleng, "tidak, kau tidak salah, aku justru sangat berterima kasih padamu." Hening lagi. Iluka larut dengan pikirannya, sedangkan Aquila sibuk menatap ke arah jendela, melihat salju yang mulai turun. Drama di pagi hari tadi, membuat Aquila merasa enggan untuk kembali melanjutkan kegiatan, ia juga merasa enggan bertemu dengan siapapun— kecuali Iluka, tentunya. Oleh karenanya, Aquila memutuskan untuk kembali ke dalam kereta kuda miliknya. "Aquila," Si empunya nama menoleh ketika Iluka memanggilnya. "Kau tunggu di sini sebentar, aku akan segera kembali. Ada urusan yang harus aku kerjakan." Ujar Iluka.&nb

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 40 — Jangan Lengah, Atau Kau Akan Diserang

    "Kau dari mana saja? Aku sejak tadi mencarimu." Ujar Iluka seraya menghampiri Aquila. "Aku..." Ucapan Aquila terjeda, tidak mungkin, kan, ia bilang habis bertemu seorang penyihir? "Aku tidak dari mana-mana." Iluka tak begitu mengindahkan jawaban tak jelas dari Aquila, cowok itu melangkahkan kakinya, tangannya menuntun Aquila menuju ruang pertemuan. "Ayo." Sebenarnya Aquila sangat malas, kalau boleh, ia ingin pulang saja, tapi tentu ia tak dapat melakukannya. Di dalam ruangan, Aquila sibuk mengedarkan pandangannya, banyak bangsawan yang tengah bercengkrama. Dari yang Aquila tangkap, sebentar lagi akan diadakan lomba berburu hewan. Lomba ini diadakan berpasangan, Putra Mahkota berpasangan dengan kekasihnya, tentu saja. Aquila menoleh pada Iluka yang tengah mengambil sebuah busur. "Kau ingin yang mana?" Tanya Iluka. Aquila terdiam, Aquila tidak bisa memanah, kalau dirinya berpasangan dengan Iluka, Aqu

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 41 — Alaster Kembali!

    Raganya ada di sini, namun pikirannya entah berada di mana. Aquila, sedari tadi larut dalam pikirannya, perkataan Zeline benar-benar tak bisa dianggap angin lalu— dan entah mengapa kini Aquila teringat akan ramalan Madam Gienka. Benarkah ... Alur yang susah-susah Aquila ubah akan kembali seperti semula? Kali ini, jejak kaki seekor hewan kecil berhasil mengalihkan pemikiran Aquila dari kalimat-kalimat Zeline. Aquila mengikuti jejak kaki yang membawanya ke sebuah pemandangan tidak mengenakan. Ada seekor kelinci salju yang terjatuh dalam sebuah lubang— lebih mirip jebakan. Aquila segera memosisikan busurnya, ini kesempatan untuknya, tangkapan pertama untuk hari ini. Aquila memusatkan titik fokusnya, ia bisa melepaskan anak panah ini kapan saja. Tapi gerakannya terhenti. Aquila menurunkan senjatanya. Ia... Tidak tega jiga harus membunuh kelinci ini. "Aku tidak bi

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 42 — Tak Sabar Menantikan Kehancuranmu

    "ALASTER!" "Aduh," Alaster menutup kedua telinganya, "kau berisik sekali." Semua yang berada di meja itu, menatap sosok yang baru saja datang, Alaster, lelaki itu masih berdiri di belakang kursi Zero. Tanpa sadar Aquila sudah berdiri— nyaris saja ia berlari memeluk kakaknya itu, untung Aquila masih bisa mengendalikan dirinya. Atmosfer mendadak berubah semenjak kedatangan Alaster, Aquila yang raut wajahnya berubah bahagia, Zeline yang entah mengapa nampak sedikit tak nyaman, Zero yang jadi semakin sigap, dan Iluka yang masih saja diam. "Sebenarnya aku lelah sekali, baru sampai dari perjalanan jauh, aku ingin istirahat. Namun percakapan kalian membawaku ke sini." Alaster berujar. "Aku jadi penasaran kalian sedang membicarakan apa? Nampaknya seru sekali." Alaster menduduki bangku yang kosong, tersenyum lebar sembari menatapi wajah penghuni meja ini satu-persatu. Aquila meneguk ludah. Alaster mengucapkannya dengan n

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 43 — Kehadiran Madam Gienka

    "Hoaaahmm," Aquila menguap lebar, membalikkan badannya, mencari posisi ternyaman untuk berbaring. "Hei, bangun!" Ahn, memasang tangan di pinggang, menggeleng melihat kelakuan majikannya yang nampak tak sudi berpisah dengan ranjangnya. "Sekarang sudah hampir tengah hari, Nona. Ini adalah hari kedua festival, kau tidak berniat melewatkannya, kan?" "Sebentar lagi, Ahn." Ucap Aquila malas. "Aku sangat mengantuk." "Sebentar lagi apanya?!" Seru Ahn, "kau sudah mengatakan itu berkali-kali." Aquila tak merespon. "BANGUUUUN!" kali ini, teriakan nyaring Ahn sukses membuat Aquila terperanjat dan segera bangkit dari ranjangnya. *** "Aduh! Pelan-pelan, Ahn!" Aquila mengaduh kesakitan saat Ahn menarik tali korset di pingganggnya— mengencangkannya. "Diam sebentar, Nona." balas Ahn yang masih sibuk dengan kegiatannya. "Haruskah kita melakukan ini?" Aquila mengeluh, korset itu... Benar-benar menyesa

Bab terbaru

  • Miss Villain and the Protagonist   AFTERWORD

    Ekhm, halo semua! Aku Alet selaku author dari cerita yang berjudul ‘Miss Villain and The Protagonist’ sekarang lagi ngerasa seneng karena akhirnya aku bisa tamatin cerita ini! Nggak kerasa udah hampir dua tahun lamanya semenjak pertama kali aku publish cerita MVATP di pertengahan 2021. Sejak saat itu, aku bener-bener ngerasa seperti di rollercoaster, ada kalanya aku semangat & excited banget buat publish, tapi beberapa hari setelahnya aku langsung kena writer block. Ada masanya aku ngerasa seneng sama hasil tulisanku sendiri, tapi nggak lama setelahnya aku jadi ngerasa nggak pede lagi. Setelah semua perasaan campur aduk itu, akhirnya aku bisa ngebawa cerita MVATP hingga ke bagian akhir. Semoga kalian suka, ya, sama endingnya! * Jujur, aku deg-degan banget sebelum publish bagian akhir, aku mikir apakah endingnya memuaskan? Atau apakah kalian bakal suka? Tapi aku udah ngelakuin yang terbaik, aku berharap banget para pembaca bakal suka. Rasanya waktu tuh berjalan cepet banget, seinge

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 160 — Kembalinya Aquila Yang Asli (END)

    “Selamat atas penobatanmu, Yang Mulia.” Aquila tersenyum, menatap Revel yang terlihat kikuk.“Hanya ada kita berdua di sini, tolong panggil aku dengan nama saja, seperti biasa.”“Anda tahu sendiri kan, hal itu sudah tidak bisa lagi saya lakukan.”Benar. Dengan tingginya posisi Revel saat ini, bisa dianggap seperti penghinaan jika orang lain mendengar Aquila memanggilnya langsung dengan nama.“Padahal anda pasti sedang sibuk-sibuknya, tapi anda masih bisa meluangkan waktu untuk saya. Saya merasa terhormat.” Tutur Aquila.“Saya yang justru merasa tidak enak karena tiba-tiba memanggil anda ke sini.”Aquila menyadari kalau Revel tiba-tiba mengubah gaya bicaranya menjadi lebih formal. “Saya tidak enak jika membuang waktu anda lebih banyak lagi, apa ada hal yang anda ingin saya sampaikan sehingga memanggil saya ke istana?”Revel menatap Aquila, terdengar helaan napas darinya. “Aku tidak akan basa-basi lagi. Aku butuh bantuanmu.”“Apa?”“Seperti yang kau tahu, aku benar-benar disibukkan kare

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 159 — Setelahnya...

    Detik demi detik berlalu, berubah menjadi menit, jam, hari, minggu, waktu terus berjalan, setelah malam yang panjang itu entah kenapa waktu jadi terasa begitu cepat.Revel bekerja keras, dibantu dengan Duke Charles, Marquis Varen, dan beberapa bangsawan berpengaruh lainnya, mereka kembali membenahi tatanan kepemerintahan. Suasana di istana perlahan-lahan kembali seperti semula.Waktu berlalu, musim pun berganti, banyak hal yang terjadi, banyak hal yang dilewati.Revel telah resmi diangkat sebagai kaisar berikutnya, upacara pengesahan diadakan, meski ada beberapa pihak yang menentang, keputusan kuil tidak dapat diganggu gugat. Kebenaran terungkap, mengenai putra mahkota terdahulu yang dilupakan, semua tindakan keji kaisar sebelumnya pun terbongkar.Beberapa kebijakan diubah, termasuk penghapusan total mengenai subjek venatici, hal-hal yang berkaitan mengenai sihir pun dilegalkan asal dengan kuantitas yang wajar. Pembangunan sekolah sihir dilakukan pada banyak titik yang nantinya akan m

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 158 — Paman dan Keponakan

    “Mustahil!” Kaisar Lius menarik rambutnya sendiri, rasanya ia telah menjadi gila, ia sulit membedakan mana yang mimpi mana yang bukan. “INI PASTI MIMPI! HAHAHA AKU PASTI SEDANG BERMIMPI!” ia menyeringai, tanda keterkejutan dan keputusasaannya. Ini mimpi yang begitu buruk, seseorang tolong bangunkan dirinya! “Ini bukan mimpi, Yang Mulia.” Muncul seseorang memasuki ruangannya. Secara dramatis, dari balik bayangan, perlahan Kaisar Lius mampu melihat wajahnya yang disinari cahaya bulan. “Salam saya, Yang Mulia.” Pria itu menyapa dengan senyum manis di wajahnya. R- Revel?! “DASAR ANAK TIDAK TAHU DIRI!” Kaisar Lius berteriak, meluapkan segala emosinya. Bagaimana bisa Revel masih bisa tersenyum manis di saat seperti ini?! Ah, tidak, itu merupakan senyum ejekan! Senyum yang mentertawakan posisinya saat ini. “Ah? Bagaimana menurut anda mengenai kejutan yang telah saya siapkan sepenuh hati seperti ini?” Tanya Revel, masih dengan senyum yang menghiasi wajahnya. “KAU PASTI SUDAH GILA!” “Sa

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 157 — Perpisahan

    “Revel, Revel!” Seruan yang berasal dari Mike berhasil membuyarkan ingatan Revel atas masa kelamnya. “Kemarilah! Tuan Michael terluka parah!” Huh? Revel, diikuti yang lainnya bergegas menghampiri Mike dan Baron Michael yang terbaring lemah dengan luka yang memenuhi tubuhnya. Keadaannya jauh lebih buruk dari yang Revel pikirkan, sepertinya pria itu terkena tebasan senjata yang telah dilumuri racun, terlihat jelas dari bekas luka beserta warna kulit yang berubah kehijauan. “Michael, bertahanlah!” Seru Revel, yang bergerak cepat mengikatkan kain dengan erat agar racunnya tidak cepat menyebar. “Bertahanlah, aku akan segera mencarikan penawar.” “Berhenti.” Ketika Revel hendak bangkit, Baron Michael menggenggam tangannya. “Tidak perlu.” “A- apa?” Alis Revel bertaut, ia jelas tak mengerti mengapa Baron Michael menahannya. “Percuma saja, racunnya sudah menyebar sejak tadi.” “Apa yang kau bicarakan?! Kenapa kau menyerah seperti itu?!” Seru Revel, perasaannya kini tak menentu, kalimat y

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 156 — Dendam Seorang Anak Laki-laki

    “Sebelumnya kau mengatakan kalau otak mereka telah dicuci dan mereka menjadikan kaisar sebagai dewa mereka, kan?” Xander bertanya, memastikan. Muncul sebuah ide gila di kepalanya. “Bagaimana jika cara tercepat untuk menghabisi mereka dalam satu entakan adalah dengan membunuh kaisar terlebih dahulu?” Bagi Xander, ini merupakan ide gila yang patut dicoba. Subjek Venatici menganggap kaisar sebagai dewa mereka, bagaimana jika Xander membunuh ‘dewa’ yang selalu ingin mereka lindungi itu? Pasti mereka akan merasakan perasaan putus asa yang begitu mendalam akibat gagal melindungi dewa. Setelah mendapat pukulan keras itu, seharusnya mereka melemah, kan? Tidak, tidak, lebih baik lagi jika mereka melakukan bunuh diri massal akibat perasaan bersalah yang mendalam. Seringaian menyeramkan mendadak timbul pada wajah Xander. Ia akan merealisasikan ide gila itu. Kesimpulannya, ia akan membunuh Kaisar terlebih dahulu. Revel yang mendengarnya seketika menoleh. “Itu… benar-benar ide nekat yang laya

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 155 — Kartu As Kaisar : Subjek Venatici

    Berkat monster yang dilepaskan Yelena, beserta bala bantuan dari keluarga Charles dan Varen, prajurit istana berhasil dipukul mundur. Pertumpahan darah terjadi, waktu berjalan begitu cepat, tak disangka kekuatan istana dapat disudutkan.Di detik-detik kelumpuhannya, Kaisar mengeluarkan kartu as terakhirnya, yakni dengan melepaskan ‘Subjek Venatici’ yaitu kumpulan manusia yang telah dicuci otaknya sehingga rela melakukan apa saja demi melindungi sang kaisar, termasuk menyerahkan nyawanya sendiri. Singkatnya, mereka adalah anjing kaisar.‘Subjek Venatici’ berkaitan erat dengan negara-negara jajahan. Kaisar memerintahkan untuk menginvasi desa-desa miskin, membunuh para orang tua maupun semua penduduk, menculik anak-anak mereka dan mengumpulkannya menjadi satu. Setelahnya, Kaisar mengurung mereka, melakukan pencucian otak agar selalu tunduk pada kehendaknya dan agar mereka dapat mempersembahkan nyawa untuknya.Mereka menjalani kehidupan yang keras, saling membunuh satu sama lain untuk mem

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 154 — Monster Yang Lepas Dari Segel

    “Satu-satunya yang bisa menemukan akses masuk itu hanyalah Nona Yelena.” Ucapnya. “Sebagai seorang penyihir, Nona Yelena dapat merasakan aliran mana di sini. Gunakan kemampuan anda, rasakan mana yang ada, jika terasa semakin kuat, bisa saja itu tandanya kita semakin dekat dengan akses masuk itu.” Ini penjelasan yang paling memungkinkan, hanya Yelena yang dapat melakukannya. "T- tapi, bagaimana kalau ternyata aku gagal dan kita hanya semakin membuang waktu?” sorot keraguan terpampang jelas dari matanya. “Kami percaya padamu, aku tahu kau bisa melakukannya.” Aquila menggenggam tangan Yelena. “Apa kau ingat saat di mana para prajurit tadi berhasil mengepungku? Aku kira nasibku akan berakhir saat itu, tapi tiba-tiba kau menggunakan kekuatanmu untuk membuat mereka melayang. Itu kau yang melakukannya, kan? Aku yakin kau menyimpan potensi yang sangat besar hanya saja kau belum menyadarinya.” Alken mengangguk kecil. “Kau bisa melakukannya.” Ia menambahkan, meyakinkan. *** Yelena memejam

  • Miss Villain and the Protagonist   Chapter 153 — Bala Bantuan

    “Apa?”Kabar yang baru saja disampaikan oleh salah satu pelayannya ini membuat Duke Charles membulatkan matanya.“Terjadi penyerangan pada istana?” ia bertanya, memastikan.Kalau kabar ini sampai ke telinga bangsawan lain, mereka pasti berpikir kalau kelompok penyembah kekuatan itu lah yang menjadi dalang dalam kasus ini. Tapi tidak dengan Duke Charles, pria itu tau dengan jelas siapa saja yang akan bertanggung jawab dalam hal ini.Termasuk putra dan putrinya.Sebenarnya Duke Charles tidak terkejut atas keterlibatan anak-anaknya, mudah baginya untuk mengendus rencana mereka semenjak kedatangan Grand Duke Alucio untuk makan malam bersama, ditambah lagi, kedekatan antara putrinya dengan pria itu. Tapi, yang membuatnya terkejut adalah ia tak menyangka kalau ini akan terjadi secepat ini.Timing-nya benar-benar pas dengan kabar pemberontak dari kelompok penyembah kekuatan. Hal ini sudah direncanakan dengan sangat matang.“Kumpulkan pasukan, kita akan mengirim bala bantuan untuk menyerang i

DMCA.com Protection Status