Home / Romansa / PERFECT HUSBAND / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of PERFECT HUSBAND: Chapter 121 - Chapter 130

180 Chapters

PAPA

POV INA. Dengan langkah gontai aku terus berjalan menuruni tangga aku linglung dan nanar air mataku terus saja menetes apa yang akan kami lakukan dengan kehamilan Zura, putriku masih terlalu belia. Aku berjalan pelan sembari bertumpu pada pada dinding, dadaku terasa sakit, aku melemah bersimpuh di pertengahan tangga itu sembari menangis histeris, “Kenapa harus seperti ini Tuhan, kenapa harus putriku. Dia kebanggaan papanya, sekarang bagaimana kami menutupi ini semua, aku tidak menyangka kehidupan rumah tanggaku akan berantakaan”rintihku bersimpuh “Hiks kenapa harus putriku.’’lirihku tertunduk. “Ina, mas bilang apa? kamu harus kuat.”terdengar suara penyemangatku membantuku berdiri, aku sesegukan menangis melihat matanya, “Mas, sepertinya apa yang kita takutkan terjadi, Zura dia..”ucapku tak sanggup untuk aku katakan, mas Feri tampak menghela nafas berat dan memelukku aku tau dia remuk, terasa jelas akan genggaman tangannya d
last updateLast Updated : 2021-07-05
Read more

BINGUNG

POV AZZAM Seminggu telah berlalu sekarang Zura terpaksa berhenti sekolah, sedangkan aku harus haadapi como’ohan dan pertanyaan yang tidak mengenakan dari teman-teman, mau bagaimana lagi semuanya memang sudah terlanjur kacau seperti ini. “Kak Azzam.” Sapa Shanum saat aku berjalan pasti menuju perpust. “Ya Shanum?” “Kakak, kakak Zura kenapa ya, apa benar ya di ceritakan orang-orang itu?”tanyanya aku menghhela nafas dan tak mau menjawab pertanyaan . “Aku harus ke perpus Shanum maaf.’’ucapku kembali beranjak. “Eh kakak, maaf. Abis Shanum kesel kak masa orang-orang bilang Kak Zura hamil.”ucapnya “Maaf Shanum aku gak mau bahas ini.”ujarku dan kembali ke perpust Shanum tampak membuntuti langkahku ke perpust. “kebetulan Shanum juga mau ke perpus kak.”ujarnya aku memandangnya datar dan berkata, “Ya sudah.”singkatku, kembali berjalan menuju perpus namun langkah kami kembali berhenti saa
last updateLast Updated : 2021-07-05
Read more

BINGUNG

POV AZZAM Seminggu telah berlalu sekarang Zura terpaksa berhenti sekolah, sedangkan aku harus haadapi como’ohan dan pertanyaan yang tidak mengenakan dari teman-teman, mau bagaimana lagi semuanya memang sudah terlanjur kacau seperti ini. “Kak Azzam.” Sapa Shanum saat aku berjalan pasti menuju perpust. “Ya Shanum?” “Kakak, kakak Zura kenapa ya, apa benar ya di ceritakan orang-orang itu?”tanyanya aku menghhela nafas dan tak mau menjawab pertanyaan . “Aku harus ke perpus Shanum maaf.’’ucapku kembali beranjak. “Eh kakak, maaf. Abis Shanum kesel kak masa orang-orang bilang Kak Zura hamil.”ucapnya “Maaf Shanum aku gak mau bahas ini.”ujarku dan kembali ke perpust Shanum tampak membuntuti langkahku ke perpust. “kebetulan Shanum juga mau ke perpus kak.”ujarnya aku memandangnya datar dan berkata, “Ya sudah.”singkatku, kembali berjalan menuju perpus namun langkah kami kembali berhenti saa
last updateLast Updated : 2021-07-05
Read more

MAAF

POV FERI   Kembali aku menyibukkan diri di kantor setelah sepekan berlalu. Sekarang aku harus bisa meluangkan waktu banyak dirumah, selain untuk mengurus Zura aku juga harus perhatikan kehamilan Ina, walau aku sudah bayar asisten untuk penjagaan segala macam, aku ingin aku sendiri yang menjaga Keadaan rumah, Zura bisa saja nekat menemui pria itu. “Bambang, apa semuanya sudah siap?”tanyaku saat menempelkan gagang telpon di telingaku bicara dengan Asistenku yang tengah di ruang meeting. “Sudah pak,” “Ya sudah, buat meeting selanjutnya kamu handle sendiri ya, aku mungkin akan pulang. “ujarku. “Baik pak siap.”ucapnnya. aku meutup telpon itu dan bersiap hendak pulang.   Langit sore sudah membaur jingaa dengan pasti aku lajukan mobilku pulang kekediamanku, bertahun-tahun rumah itu tempat penghapus penatku tapi kali ini sumber segala keresahan hati berada disana, dan ketenangan itu telah sirna terseba
last updateLast Updated : 2021-07-05
Read more

MOHON

POV ALDO.   Dua bulan berlalu keadaan perusahaanku semakin miris saja. Feri berhasil merebut juga mitraku yang di luar negri, entah apa yang bisa aku lakukan sekarang terlebih rasa rinduku untuk Zura juga sangat meenyiksa ini dia tengah mengandung anakku saat masih belia, aku tau sangat sulit baginya menjalani hari-hari seperti itu . Baagaimanapun Anak itu tidak salah. aku tau hingga detik ini Feri tak mau perkarakan ini mengingat kondisi Zura dan mental anaknya , apa yang harus aku lakukan hati kecilku tak ingin menyiksa Zura jauh lebih dalam seperti ini tapi keadaan sekarang tak sesuai yang aku rencanakan tadinya aku fikir dia akan memohon padaku dan akan memberikan padaku mitraku dan sekaligus Zura,   Tapi ternyataa Feri malah memilih menerima Zura dan merawat aib itu, aku serasa jadi pecundang sekali sekarang bahkan ancaman apapun tidak akan mempan padanya, mengviralkan ini, sama saja aku menjerumuskan diriku sendiri karna telah menggaul
last updateLast Updated : 2021-07-05
Read more

HAPUS

“Kamu fikir semudah itu.’’geram Feri dengan gigi tergetakkan dia beranjak kembali pada putrinya itu dan menyeretnya masuk. “Papa Zura mohon, Zura tidak mau membebani papa dengan aib ini.”tangisnya beronta tak mau di suruhh masuk, aku hanya bisa tertunduk dengan rasa penyesalan “Ayo masuk!’’hardik Feri menarik kasar tangan anaknya. “Enggak!”teriak Zura yang membuat aku mengangkat leherku melihatnya. “Zura mohon pa, Zura sayang sama papa. biiarkan Zura pergi, Zura hanya beban untuk papa sekarang.’tangisnya sesegukan, untuk sejenak Feri diam dan kembali menyeretnya masuk. “Jika papa menganggap kamu beban papa akan membunuhmu saat kamu lahir”tandasnya, aku mendegup dan coba berdiri, namun kembali badanku jatuh tergopoh saat hantaman keras, aku merebah sembari menoleh siapa yang lakukan itu. “Bedebah!”hardik Azzam, aku mengatur naafas untuk tidak membalasnya, sepertinya dia baru datang dari luar gerbang hingga aku ta
last updateLast Updated : 2021-07-05
Read more

SURAT ZURA

POV AZZURA   “Om”lirihku menoleh padanya saat mobil mama dan papa berlalu. Priaku itu memelukku erat dan berkata   “Terima kasih telah datang padaku.”ujarnya aku mengangguk dan menghela nafas berat.   “Aku datang karna anak ini, dia tanggung jawab om Aldo, aku bahkan tak tau sekarang hidup untuk siapa.’’ujarku dia menatapku dalam dan berkata.   “Kamu hidup untukku Zura aku mencintaimu.”ujarnya, mataku sayu dan reflek merintikkan air mata.   “Semoga kali ini, yang Om katakana itu benar.”desisku pelan, Om Aldo terdengar berdesih dan merangkulku masuk.   “Ayo kita masuk, aku mohon jangan ragukan aku.”ucapnya dengan langkah gontai aku mengikuti langkahnya darahku masih terasa memanas dan badanku gemetar, bagaimana tidak, untuk pertama kalinya papa berkata kasar padaku dan bahkan sampai menyakitiku tadi, dari mulutnya terlontar kata bahwa dia telah menganggap
last updateLast Updated : 2021-07-05
Read more

RIVANO

POV ALDO.   “Duta, coba kamu kirim data karyawan penerima tunjangan.”ucapku pada gagang telpon saat aku bicara pada Duta di ruangannya tak butuh waktu lama ada data masuk di email laptopku di atas meja kerja ini.   “Misi Tuan.”ucapnya membuka pintu aku mengabaikan itu dan tetap fokus pada datanya.   “Jumlah unjuk rasa itu tak sebanding dengan karywan yang mau bertahan bekerja disini?"ucapku pelan sembari me cek dengan seksama melihat jumlah karyawan yang terbilang jauh sedikit dari perkiraanku   “Ini hanya kurang dari seribu karyawan?’’tanyaku lagi.   “Ia Tuan, kita terlalu mencemaskan ini sebelumnya, padahal masih banyak yang mau bertahan dengan gaji kecil karna memang peluang kerja di luar sana itu susah,’’ucap Duta. Aku sedikit menghela nafas dan coba berkata,   “ Ya sudah, kamu coba urus karyawan-karyawan ini, aku akan cek produksi kita, tolong kamu
last updateLast Updated : 2021-07-05
Read more

PERGI

Keesokannya harinya aku datang kesekolah untuk mengurus surat pindah namun sebelum kembali pulang aku teringat pesan Zura gegas aku mencari surat itu dan menemui Azzam di kelasnya. Kebetulan 10 menit lagi istirahat aku menunggu di taman yang tak jauh dari kelasnya, hingga bunyi bel bergema semua murid tampak berhamburan keluar, dari kelas IPS Yang tak jauh dari tempat aku duduk itu juga bisa terlihat Aletta datang dan menghampiri. “Kak Vano, “sapanya, ketiga gadis itu bergegas mendekat “Ya ada apa Ta?”tanyaku mereka bertiga lirik-lirikan. “Kak Vano katanya mau pindah sekolah ya?”timpal janet, sedikit aku mengangguk dan berkata. “Ya.”singkatku “Zura bagaimana kabarnya?’’tanyanya. “Baik,” “Kak Vano juga kenapa ikut berhenti sekolah disini?”ujarnya,, aku menghela nafas dan berkata. “Aku harus ikuti Om, pindah ke Ameriika lagi.”sahutku menyahut-nya ogahan. “Sebenarnya yang hamilin
last updateLast Updated : 2021-07-05
Read more

HARI BARU

Sesampai dirumah, aku memarkirkan mobil di garasi untuk sejenak aku mengatur nafasku memejamkan mata dan membuang sesak dada itu dengan nafas keras, air mataku kembali merintik untuk sejenak biar aku katupkan kelopak mata ini, untuk yang pertama kalinya aku merasakan kecewa yang begitu dalam, membayangan langkah kaki Zura pergi  hanya membuat aku semakin sakit, kembali aku buka mataku dan menghapus air mata ini,   aku menoleh ke arah pintu masuk sudah bisa aku lihat papa, mama menyambutku keluar. aku mendegup keluar mobil menyiapkan mental untuk menemui mereka keluar.   “Dari mana kamu Azzam?”tanya papa.   “Azzam abis menemui Zura pa, maaf.”singkatku kedua orang tuaku tampak tertegun sebentar.   “Untuk apa?”tanyanya, aku menghela nafas dan coba berkata tegas agar terlihat tegar,   “Azzam hanya ingin menemuinya, untuk terakhir kalinya dan sekarang. Dia sudah berangkat ke amerika.”ucapku
last updateLast Updated : 2021-07-05
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
18
DMCA.com Protection Status