Keesokannya harinya aku datang kesekolah untuk mengurus surat pindah namun sebelum kembali pulang aku teringat pesan Zura gegas aku mencari surat itu dan menemui Azzam di kelasnya. Kebetulan 10 menit lagi istirahat aku menunggu di taman yang tak jauh dari kelasnya, hingga bunyi bel bergema semua murid tampak berhamburan keluar, dari kelas IPS Yang tak jauh dari tempat aku duduk itu juga bisa terlihat Aletta datang dan menghampiri.
“Kak Vano, “sapanya, ketiga gadis itu bergegas mendekat“Ya ada apa Ta?”tanyaku mereka bertiga lirik-lirikan.“Kak Vano katanya mau pindah sekolah ya?”timpal janet, sedikit aku mengangguk dan berkata.“Ya.”singkatku“Zura bagaimana kabarnya?’’tanyanya.“Baik,”“Kak Vano juga kenapa ikut berhenti sekolah disini?”ujarnya,, aku menghela nafas dan berkata.“Aku harus ikuti Om, pindah ke Ameriika lagi.”sahutku menyahut-nya ogahan.“Sebenarnya yang hamilinTERIMA KASIH
Sesampai dirumah, aku memarkirkan mobil di garasi untuk sejenak aku mengatur nafasku memejamkan mata dan membuang sesak dada itu dengan nafas keras, air mataku kembali merintik untuk sejenak biar aku katupkan kelopak mata ini, untuk yang pertama kalinya aku merasakan kecewa yang begitu dalam, membayangan langkah kaki Zura pergi hanya membuat aku semakin sakit, kembali aku buka mataku dan menghapus air mata ini, aku menoleh ke arah pintu masuk sudah bisa aku lihat papa, mama menyambutku keluar. aku mendegup keluar mobil menyiapkan mental untuk menemui mereka keluar. “Dari mana kamu Azzam?”tanya papa. “Azzam abis menemui Zura pa, maaf.”singkatku kedua orang tuaku tampak tertegun sebentar. “Untuk apa?”tanyanya, aku menghela nafas dan coba berkata tegas agar terlihat tegar, “Azzam hanya ingin menemuinya, untuk terakhir kalinya dan sekarang. Dia sudah berangkat ke amerika.”ucapku
POV ALDO Perjalanan yang melelahkan setelah sampai Di LA, aku membawa Zura ke apartemenku dan Vano,aku minta untuk pulang kekediamannya bang Dirga. aku belum bisa menemui saudaraku itu karna hancurnya perusahaan papa dan selain itu dia pasti tidak suka aku datang membawa gadis belia dan terlebih lagi dalam keadaan hamil. “Kamu kembalilah Van, sampaikan salamku pada papamu.”ujarku saat melihat supir keluarga itu menjemput kami. “Lalu Om ?”tanyanya singkat. “Aku akan membawa Zura ke apartemen.”ucapku. Vano tampak menautkan alisnya “Tapikan Papa, ingin bertemu dengan Om.” “Nanti kami akan menemuinya.”ucapku, Vano melirik Zura yang hanya diam itu dan mengangguk pelan. “Ya sudah, sampai bertemu lagi.”ujarnya beranjak masuk kedalam mobil. “Om, kita mau kemana?”tanya Zura. Aku menghela nafas sedikit dan meremas bahunya. “Kita akan ke apartemennya om,”singkatku, wajahnya berubah.
Dua hari berlalu musim berganti serbuk putih telah bertebangan di udara, cuaca mulai dingin “Om….” panggil Zura dari dalam kamar, aku yang tengah berdiri di balkon apartemen itu datang menemuinya. “Ya sayang?”sahutku, bisa aku lihat anak itu gigil memegangi sikunya berselimutkan kain tebal, mukanya memerah dan bibirnya gemetar. “Kamu kenapa sayang?”tanyaku mendekat naik keatas ranjang. “Dingin.”singkatnya. “Ya ampun Zura, ini juga baru musim dingin pertama bagaimana nanti.’’ujarku dia menyandarkan kepalanya ke bahuku, reflek aku mengelus dahinya namun aku terkejut saat merasakan dahinya panas. “Sayang kamu demam?”tanyaku, dia tak menjawab aku merangkul dan membaringkannya di kasur. “Tunggu sebentar, biar om ambilkan obatnya.”ucapku pelan beranjak ke kulkas mencari persediaan obat, dua menit berlalu aku kembali dengan se embe
Sesampai didalam dia menghenyak di sofa sembari menyapu pandangan setiap sudut ruangan, aku menoleh pada Vano dengan tak habis pikir. “Sudah lama sekali aku tidak mengunjungi apartemen ini.”ucapnya aku berdengus dan beranjak kekamar mengganti pakaian handukku dan coba menghubungi Om Aldo. aku kesa sekali meliha kehadiran wanita itu di rumahku Tuuuuut Bunyi panggilan itu tersambung. Tak tabutuh waktu lama panggilan itu di jawab. “Hallo sayang.” “Om, Zura gak suka ya itu si Alice sok berkuasa dirumah kita, dia kesini dan izin tinggal. Zura gak mau.”gerutuku. “Maksudmu, Alice datang ke apartemen?”nadanya tak habis pikir. “Iya.”ketusku kesal “Berikan ponsel ini padanya.”pintanya aku kembali keluar kamar dan menemui wanita itu diruang utamanya. “Ini Om, Aldo mau bicara.”ucapku dengan bahasa inggris dia terkekeh. “Om?, kalian sangat manis sekali,’’ujarnya menyambar ponse
Sesampai di rumah waktu di jam tanganku sudah menunjukan setengah lima sore. Aku berdesih saat mematikan mesin mobil dan beranjak turun dari mobil. "Ini sudah jam berapa Azzam?"Tanya papa, Sontak saja langkahku terhenti dan menoleh ke sofa di ruang keluarga itu, aku putar balik dan menghampiri papa yang duduk di sofa. "Maaf Pa, Azzam tadi singgah sebentar di Mall, miminya Shanum nitip sesuatu. Jadi kami harus cari "ucapku., papa tampak menghela nafas sedikit berat dan berkata. "Sepertinya kamu belum cukup paham ya, kalo papa gak suka kamu dekat dengan Shanum."ujarnya, aku menautka. Alisku dan berkata. "Tapi-"ucapanku terhenti karna di cegat olehnya. "Gak perlu debat!, papa gak izinin yang udah gak usah bantah. Papa tau kamu anak baik. Dan kamu pasti nurut sama papa."ujarnya. Aku tak habis pikir dan coba menjawab dengan sopan. "Pah, Azzam tau. Papa
Sepanjang Hari aku tidak bersemangat di sekolah, Hingga jam pulangpun aku masih murung, Suasana kelas sudah sepi. Tapi aku enggan untuk beranjak. Dengen langkah gontai aku berusaha temui kang supir di parkiran. Sesaat aku keluar dari kelas bisa aku lihat kak Azzam keluar dari perpus, aku ingin menghampirinya tapi aku takut dimarahin lagi, akhirnya aku memilih diam. Aku terus saja melihatnya keluar menuju gerbang, aku tau dia sadar diperhatikan tapi dia pilih tak peduli. Aku berdengus sedikt keras da menghela nafas panjang sembari berusaha tegar mencari kang supir di parkiran. TRAKT Pintu mobil aku hempas keras, gegas aku masuk rumah dan menuju kamarku. “Shanum, kamu kenapa nak?’’tanya mimi, aku tak peduli dan terus saja melangkah kekamar, aku kesal menghempaskan badanku di atas kasur dan menangis sejadi-jadinya. “Aku benci diriku, kenapa sih a
Sesampai disana di kediaman bang Dirga, Vano menuntun kami untuk masuk walau aku tau bakalan tidak dapatkan sambutan yang baik oleh saudaraku tapi aku harus lakukan ini, ini sudah malam aku enggan nyari-nyari hotel di cuaca dingin seperti ini, terlebih aku dah capek sekali. “Malam bang..’sapaku saat melihat bang Dirga dan istrinya tengah bersantai didepan Tv. Dia melirik kami berdua dengan tak habis pikir. “Bukannya kamu gak mau ya kesini?, ceritanya mau menghindar walau aku tau kamu masih butuh aku.”ucapnya datar dengan sedikit meledek itu. Aku mendegup dan berkata. “Alice dia kembali ke apartemen itu, akutidak mungkin bawa Zura tinggal seatap dengannya.”ujarku, miss Olivia istri bang Dirga yang berkebangsaan amerika itu tampak berdiri menyambut Zura. “Kamu cantik sekali, ayo silahkan beristirahat, kasian sekali kamu lagi hamil.”ujarnya membawa Zura, aku senang sekali dengan sambutan i
POV INA. Satu jam aku menatap layar ponselku, aku bingung mau tuliskan pesan apa pada Aldo. Aku ingin sekali mengirimkan Kado untuk Zura, maksudku hanya ingin menanyakan alamat rumah mereka yang disana. "Putriku ulang tahun, aku mau berikan dia kado dan ucapan. Berikan alamatmu."tulisku, aku dagdigdug saat chat itu di baca. Hingga Aldo mengetikpun aku masih cemas, takut-takut kalo dia gak mau berikan alamatnya. Namum kecemasanku itu tidak perlu. aldo mengirim alamatnya tanpa kata Yang lain. Aku segera menyalinnya ke kertas dan secepat kilat. Menghapus pesan itu. Hatiku teranyuh dan air mataku merintik. Aku sangat merindukan putriku. Dia masih terlalu kecil jika harus berpisah denganku. Aku tidak menyangka dia bisa tegar tanpa kami disana, begitu hebatkah pengaruh Aldo hingga sedikitpun dia tak rindukan aku. Aku berdiri dan beranjak ke meja kerjanya mas Feri mengambil secarik kertas dan pulpen. Aku menghela nafas dan coba m