Home / Romansa / Kelabu / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Kelabu: Chapter 1 - Chapter 10

22 Chapters

Prolog

Brakk...   “Lepaskan saya!”   Seorang wanita yang tengah sesegukan itu tak menghiraukan perkataan lelaki yang merupakan suaminya. Dia terus memeluk kaki lelakinya, menahannya untuk meninggalkan dirinya.   ”Kamu tuli? Saya bilang lepaskan saya, wanita bodoh!" gertaknya sambil menendang wanita itu hingga membuatnya tersungkur. Kata-katanya yang halus berubah menjadi kasar.    Wanita itu merintih, memohon dengan suara serak. "Mas, jangan pergi ...." pintanya berusaha menggapai kaki suaminya. "Tidak ada gunanya saya mempertahankan keluarga ini. Kamu hanya menghabiskan harta saya karena biaya pengobatanmu yang sialan itu!"   "Kamu terlihat menjijikkan, kamu seharusnya sadar!" 
last updateLast Updated : 2021-05-06
Read more

BAB 1

Aku segera membuka mata saat merasakan sentuhan hangat dipipiku. “Kakak, ayo bangun,” ucapnya sambil menowel pipi kiriku membuat lekuk dibibirku melengkung.   “Iya, ini sudah bangun,” jawabku segera kemudian memperbaiki posisiku.   Cahaya yang menembus gorden berhasil membuat wajahku terasa hangat. Aku duduk sambil menatap lelaki kecil di hadapanku ini. Dia sedang berdiri, menatapku dengan tatapan polosnya. Aku masih mencoba mengumpulkan kesadaranku sesekali menutup mulutku segera mungkin karena menguap.    “Leo kemarin makan tidak?”   Dia mengangguk, membuat kedua alisku terangkat.    “Benarkah?” tanyaku memastikan.   Dia menggangguk lagi. “Iya, waktu kakak kerja kak Raka datang bawain Leo nasi goreng,” jelasnya dengan senang.   Aku menghela nafas kemudian tersenyum simpul kearahnya. Aku merasa lega untuk sesaat, jika tidak ada
last updateLast Updated : 2021-05-09
Read more

BAB 2

"Dania!" seruhan itu refleks membuatku berbalik ke arah suara. Sial.Kalau saja bukan karena bukuku yang tertinggal tadi, aku tidak  harus memutar arahku kembali ke kelas saat tiba di tempat parkir dan lagi, aku  tidak akan bertemu dengan pengganggu ini. Aku menatapnya malas, ingin sekali rasanya kuabaikan.Seperti biasa dia selalu memasang wajah arrogannya. Dia melangkah pelan sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Tak lupa pula dua gadis  yang kurasa menggantungkan hidup mereka padanya berdiri mensejajarkan langkahnya. Yah, siapa lagi kalau bukan Ceri dan teman-temannya. Gadis yang selalu menggangguku. Hal yang masih membuatku bingung hingga sekarang adalah aku tidak tahu alasan mengapa dia membenciku padahal, dulu aku terbilang dekat dengannya.Dia mengibaskan rambutnya dan mulai menatapku meremehkan. Aku mengerutkan keningku dengan tatapan yang tak lepas dari gadis it
last updateLast Updated : 2021-05-15
Read more

BAB 3

Dania terdiam dalam duduknya setelah bangun dari tidur. Gadis itu tengah larut dalam lamunannya memandangi sisa- sisa air yang menempel pada jendela setelah hujan semalam. Langit pun masih tampak murung, tidak secerah kemarin. Dia beralih menatap tubuh mungil Leo yang meringkuk dibalik selimut. Gadis itu masih mengumpulkan kesadarannya. Kamar itu terasa hampa baginya, hanya bunyi peralatan rumah sakit yang terdengar. Bunyi peralatan yang menempel pada tubuh ibunya.  Tak lama ia dikejutkan oleh kotak hitam yang ia letakk
last updateLast Updated : 2021-05-28
Read more

BAB 4

“Dania, tolong antarkan ini ke meja nomor tujuh ya,” seru Rani sembari meletakkan secangkir kopi hasil racikannya.Dengan cepat namun tak tergesa, Dania mengambil pesanan itu. Kemudian bergegas mengantarkannya ke pelanggan. Matanya bergerak mencari nomor meja tujuh. Dengan segera ia melangkah setelah kedua netranya menangkap nomor meja itu.Suasana cafe hari ini cukup ramai. Keringat yang membasahi anak rambut gadis itu tampak mengkilap terkena sinar samar matahari. “Satu cangkir kopi tubruk,” ucapnya ramah sembari meletakkan kopi yang sedari tadi berada di dalam nampan itu ke atas meja. Gadis itu sedikit membungkuk sembari tersenyum kecil sebelum berpaling.Setelah mengantarkan pesanan, ia segera bergegas kembali membantu Rani. Rani menoleh singkat, “Sepertinya suasana hatimu hari ini sedang baik.”Dania tampak mengambil nafas sambil berpindah dari satu tempat ke tempat
last updateLast Updated : 2021-07-20
Read more

BAB 5

Langkah kaki terdengar menggema di lorong rumah yang cukup megah itu. Musik clasic pun tampak terdengar bebas. Pria berjas yang cukup tinggi berjalan tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun. Pikirannya fokus pada satu ruangan dengan pintu besar yang letaknya berada di ujung lorong.Orang-orang yang berdiri di sisi ruangan membungkuk saat pria itu melewati mereka. Saat sampai di depan pintu, ia mengetuk tiga kali.Hingga, suara lemah lembut mempersilahkan ia untuk masuk.Ia melangkah dengan pelan dan membungkuk sebelum mulai mengeluarkan suara. "Dia menolak madam," Hembusan nafas terdengar sangat jelas dari balik kursi. "Apa yang ia katakan?""Dia menolak untuk datang," jelas pria itu."Apa yang engkau katakan?""Saya mengatakan seperti yang madam perintahkan."Keheningan terjadi untuk beberapa detik, hingga perempuan itu berdiri dari kursinya dan berbalik."Biarkan saya yang berbicara."
last updateLast Updated : 2021-07-21
Read more

BAB 6

Ini sudah ketiga kalinya Dania membasuh wajahnya dengan air. Sejenak ia menatap pantulan dirinya pada cermin didepannya. Menatap kedua matanya sendiri. Jantungnya berdegup begitu cepat, serasa sebentar lagi jantungnya akan melompat keluar. “Kau lemah.” ucapnya sambil menatap pantulannya. Kini make up tipisnya telah hilang karena air, menyisahkan lipstik yang masih membuat bibirnya berwarna pink kemerahan. Namun, itu tidak menghapus kecantikan gadis itu.  Apa yang telah Raka lakukan beberapa menit yang lalu ternyata cukup membuatnya takut. Rasa takut yang aneh, kepanikan yang timbul begitu saja. Dania memutuskan untuk keluar dari toilet setelah cukup lama berdiam diri di sana. Gadis itu terkejut saat melihat sosok yang tengah berdiri sesaat setelah ia membuka pintu. Dania menatap mata yang menatapnya silih berganti. Gadis itu mencoba melewati celah dan mengabaikannya.  “Wets, hati-hati dong,” Ceri langsung menghadang jalan gad
last updateLast Updated : 2021-07-22
Read more

BAB 7

Pria itu mendaratkan kakinya di Indonesia setelah penerbangan dengan durasi  sejam lebih. Ia membuka kacamata hitamnya setelah turun dari pesawat pribadi. Tanpa membawa tas atau pun barang, pria itu segera bergegas menuju tempat tujuannya.  “Yey ke tempat gajah!” seru Leo sambil melompat kegirangan. “Leo, hati-hati nanti jatuh!” panggil Dania dengan sedikit berteriak. Dia menggeleng pelan sambil memasukkan kacang ke dalam mulutnya.  Raka tampak memperhatikan Leo yang melompat-lompat di depannya. Mereka bertiga sedang berada di taman safari. Hari ini hari libur, makanya mereka bertiga berjalan-jalan sebentar. “Kakak.. kakak.. lihat itu gajahnya!” seru Leo sambil menunjuk gajah yang mulai tertangkap penglihatannya. Dania mengangguk-angguk sambil tertawa kecil melihat adiknya yang begitu bahagia. Terimakasih Raka. “Aku bosan,” sahut Raka tiba-tiba. Dania menoleh, “Kita baru tiba lima belas menit yang
last updateLast Updated : 2021-07-23
Read more

BAB 8

“Kakak” “Kakak” “KAKAK” panggil Leo  untuk ketiga kalinya sembari menggoyangkan lengan Dania. “Iya kenapa?”  “Leo mau serang Dinosaurusnya, kakak kok malah bengong sih?” protes anak itu. Dania menggaruk kepalanya, “Ah... Iya, maaf maaf hehe.” jawabnya cengengesan. Bibir Leo mengerucut, menampakkan ekspresi cemberut karena kakaknya yang sedari tadi bengong sambil menggoyangkan mainan dinosaurus yang dipegangnya dengan asal. Kejadian di ruang tamu tadi adalah penyebab gadis itu melamun. Dia terus memikirkan situasi apa yang sedang terjadi. Mengira-ngira siapa pria berjas yang tengah duduk berhadapan dengan ayah Raka. Itu pertama kalinya ia melihat pria itu. Dari penampilannya, ia tampak sudah tua. Itu karena beberapa helai rambut putih yang tertangkap mata Dania saat melewatinya.  Hening, begitulah situasi di ruang tamu beberapa saat setelah Raka duduk.  “Maafkan atas kedatangan saya ya
last updateLast Updated : 2021-07-29
Read more

BAB 9

Aku kembali menegadah setelah mengucapkan terimakasih. Keadaan ini tidaklah canggung, hanya saja ada rasa aneh yang tidak aku tahu pasti itu apa.“Raka, kau pandai mengepang rambut?” “Apa itu?” Aku membulatkan kedua mataku, “Kau tidak tahu apa itu?” tanyaku tak percaya.Raka mengangguk pelan. “Kenapa? Kau mau dikepang?” Aku menggeleng cepat, “Tidak, nanti rambutku berantakan karenamu.” tolakku.“Yasudah.” Suasana diantara kami menjadi hening kemudian. Aku menoleh saat mendengar Raka bergerak. Ia memilih berbaring, menjadikan kedua lengannya sebagai pengalas kepala.Tidak ada percakapan yang terjadi diantara kami. Ku pandangi wajahnya  yang tampak tenang dengan kedua mata yang terpejam.Aku menajamkan netraku, memperhatikan setiap detail wajahnya. Aku tidak melihat tanda-tanda kegundahan ataupun kemarahan disana. 
last updateLast Updated : 2021-08-02
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status