Kami kembali ke rumah, membawa sebuah bungkusan berisi mi ayam untuk Dwi. Aku terkesiap, ketika mendapati ayah mertuaku duduk berhadapan dengan Dwi di meja makan. Masih mengenakan pakaian formal, dia datang tanpa pemberitahuan sama sekali. “Selamat malam, Papa!” sapaku. Aku mendekat ke meja makan, disusul oleh Erika di belakangku. “Sudah lama, Pa?” tanyaku. “Sekitar tiga puluh menit yang lalu,” jawabnya. Entah apa yang ayah mertua dan adik iparku bicarakan tadi, atmosfir di sini terasa panas. Sejak aku dan Erika datang, ayah mertuaku memandang ke arah Dwi yang tertunduk dengan ekspresi serius. “Erika!” panggilnya kemudian. “Iya!” Erika menyahut dari belakang konter dapur. “Apa kamu tidak bisa menjaga adikmu ini dengan baik? Masa depannya sudah hancur. Pewaris keluarga Jayanta ini, tidak bisa diharapkan lag
Terakhir Diperbarui : 2021-09-21 Baca selengkapnya