Aku terbatuk, tubuhku memerosot terduduk di tanah. Seorang pria tegap, bertubuh kekar dengan seragam polisi mengarahkan pistolnya ke arah Rey. “Letakkan senjatamu, angkat tangan lalu jongkok!” teriaknya. Disudutkan oleh tiga orang polisi, Rey menurut pasrah. Diletakkannya pistol itu ke tanah lalu berjongkok. Tangan Rey diborgor oleh salah satu polisi, begitu pun dengan Yus, tangannya diborgol oleh rekan polisi satunya. “Kamu gak apa-apa. Pras?” tanyanya padaku. “Enggak, kok,” ucapku dalam napas yang tersengal. “Apa Bapak ini teman Erika?” tanyaku. Pria itu mengangguk sembari membantuku untuk berdiri. “Iya. Teman lama. Kamu gak apa-apa, kan?” “Enggak, kok. Makasih, ya.” “Kamu pulanglah dulu, kami akan urus mereka berdua. Salam untuk Erika, ya,” ucapnya. Kulirik nama yang tertempel di da
Baca selengkapnya