Dramaku dengan Erika cukup membuat mama terhibur. Ruang rawat ini terasa ceria, dipenuhi gelak tawa mama. Padahal, ibu susuku itu masih lemas di atas brankan dengan infus yang melekat. Sejak papa meninggal, tawa mama ikut mati bersama raga papa. Kalau mama bisa tertawa seperti ini, aku akan terus melakoni drama suami-istri ini. Pokoknya, asal mama bisa senyum dan tertawa saja sudah cukup. “Aduh, aku lapar!” keluhku. Selain kopi, perutku belum terisi apa-apa sejak kemarin. Aku bahkan tidak menjamah prasmanan di pesta. “Ah, maaf ya, aku lupa masak dan lupa bawain kamu makanan,” ujar Erika sembari menepuk perutku.“Memangnya Erika bisa masak dengan baik?” Pertanyaan terlontar dari bibir mama. Pertanyaan yang membuat harga diri Bu Manajer runtuh karena hasil masakan waktu itu. Erika melirikku, mengerling tajam. “Udahlah Ma, gak usah dibahas!” ucapku. Mama menghela napas dalam, menge
Baca selengkapnya