Share

Kedai Muram

Matahari tepat berada di atas kepala manusia yang pergi ke mana pun itu, melawan panas yang menyengat kulit. Jalanan kota masih begitu padat, suara klakson bersahutan, ingin segera keluar dari kerumunan padat benda besi. Gorden yang tersibak langsung mempersilahkan bias matahari masuk ke kamar rawat VIP.

    Di jendela, aku menopang dagu, memandang ke bawah sana. Pemandangan dari atas memang sanat bagus. Meski pun di bawah sana kecil tapi, mata bisa menjangkau semuanya.

“Pras!” Suara mama lirih, membuyarku dari lamunan singkat.

    Mama baru bangun dari tdurnya, kemudian mencoba bersandar pada bantal. Aku mendekat, membantu mama meningggikan bantal.

“Sebaiknya berbaring saja,” saranku.

“Mama capek kalau tiduran terus,” ucapnya.

“Kamu gak pergi ke kedai?”

“Gak bisa ninggalin Mama sendirian.”

     Aku mengerutkan badan, menyembunyikan  ekspresi kalutku tentang kedai.

“Terjadi sesuatu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status