Home / Romansa / Dendam Birahi Penakluk Hati / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Dendam Birahi Penakluk Hati: Chapter 101 - Chapter 110

185 Chapters

Kenalan Tanpa Sebut Nama

Satpam membuka pintu pagar setelah mengenali mobil yang berhenti di depan. Jehan masih belum percaya sepenuhnya pada omongan Dirham tadi, bisa saja karena mabuk dia ngomong yang tidak-tidak. “Masnya nanti pulang naik apa kalau mobilnya dimasukkan?” pak Mansur nama satpam itu, baru seminggu ini mulai kerja lagi di rumah besar keluarga Assegaff. Jehan yang ditanya hanya tersenyum dan keluar dari mobil Dirham. “Gampang pak, saya sudah pesan Ojek online. Harus ambil mobil saya di suatu tempat.” Dirham keluar dari mobil dan memuntahkan isi perutnya. Kepalanya sakit. Perutnya mual.“Mau dibantu nggak Mas, tumben Mas Dirham pulang dalam kondisi mabuk gini.” Jehan mengurut belakang tubuh Dirham, dia melihat jam di pergelangan tangannya. 23.30“Pak Adam ada nggak pak kalau jam segini?”Jehan kuatir Dirham kena marah dengan papanya. “Biasanya sudah t
last updateLast Updated : 2021-09-07
Read more

Periksa Sama Romi

“Hai, aku Romi sepupu tercinta suami kamu, jadi kamu juga bisa aku sebut sepupu ipar tercintaku. Duduk aja lagi, jangan tegang kek suami kamu, kaku kaya balok.” senyum Romi semakin lebar melihat Dirham mengeraskan rahangnya. Ternyata Dirham tidak pernah berubah dari dulu. Dinar tersenyum lucu mendengar ucapan Romi dan kembali duduk di samping suaminya. Ia mengambil secawan kopi untuk Dirham.“Sudah Am, lanjut makan! Rom, berangkat bareng Uncle saja ya nanti. Biar Irfan antar kamu sampai sana sekalian.” Adam sudah tahu  tempat yang akan Romi tuju.“Baik uncle.” Romi duduk dan memilih sandwich untuk sarapan. Secawan kopi diberi oleh Nora padanya, disesap penuh perasaan. SementaraDirham kembali duduk dan meneruskan makannya.“Kopinya enak banget, sandwich-nya juga, aunty Nora paling top kalau soal masak.”“Ini semua Dinar yang masak, bukan aunty.”“Oh, wah pantesan.. &
last updateLast Updated : 2021-09-08
Read more

Cemburu Tidak Mengaku

Dinar terkesiap mendengar tuduhan tanpa dasar dari Dirham.“Lepas Am, sakit.” Dinar mencoba terus melepaskan diri dari cengkraman tangan Dirham, perut yang membukit membuatnya kesusahan bergerak. “Bro, jangan kasar dengan wanita bisa nggak?”Romi ingin membantu Dinar yang kini di tarik ke arah ruang tamu utama. Tapi Dirham tidak menghiraukannya.“Jangan pernah ikut campur urusan rumah tangga gue, suka-suka gue mau ngapain aja dengan dia.” “Am, wait!” Romi terus memanggil Dirham yang sekarang sudah menarik Dinar untuk ikut bersamanya menuju kamar atas. Pintu kamar dikunci dari dalam, lengan Dinar dilepaskan dengan kasar. Mereka sekarang berdiri tapi Dirham membelakangi istrinya.“Aku tidak suka anak aku kau ajak keluyuran dengan alasan periksa ke dokter.”Suara Dirham bergetar menahan emosi. “Aku tidak keluyuran, aku
last updateLast Updated : 2021-09-09
Read more

"Dia Bisa Nendang, Di'

“Kenapa tidak boleh, kamu mengandung anakku, wajar kan jika aku perhatian sama kamu, kalau kamu tidak makan, baby bisa sakit karena kurang asupan nutrisi.” ucapan Dirham sama sekali tidak bisa menghentikan air mata Dinar.“Hei, kenapa malah nangis, ada yang sakit?” Dirham duduk di depan istrinya, Dinar menggeleng dengan cepat. Airmata yang sudah deras mengalir diusap dengan punggung tangan. ‘Kenapa kamu tidak bisa mengerti aku Am? Hatiku yang sakit.’Dalam hatinya Dinar berbicara sendiri. “Sekarang makan ya, aku suapin.”“Aku makan sendiri aja.”“Nggak! kamu nggak akan makan kalau dibiarkan.”Selain dia masih sebal dengan Dirham dia juga malu kalau disuapin makan. Dinar tidak mau Dirham melihat luka hatinya lewat tatapan mata mereka “Aku akan makan, nanti ku habiskan. Janji!”“Tidak ada bantahan.” Dirham mengang
last updateLast Updated : 2021-09-10
Read more

Manis Berbuah Pahit

Mengandung konten 21+, yang masih di bawah umur harap skip dulu. Dirham melangkah semakin dekat dengan istrinya, wajah Dinar tampak pucat karena ketakutan, aura kemarahan tergambar jelas di wajah suaminya. Ponsel yang berada di atas lantai diambil oleh Dirham.  “Sudah berapa kali aku peringatkan sama kamu Di, jangan pernah sentuh barang-barang pribadi ku, ponsel ini juga termasuk privasi ku, jangan berani usik apapun itu!” Dirham memejamkan mata mencoba menahan amarahnya. Melihat perut istrinya yang besar entah kenapa bisa meredam emosinya. Wajah ketakutan Dinar cukup membuatnya kesal pada diri sendiri. ‘Aaaaargh, aku kenapa.. ’“Aku.. aku tidak berniat Am, aku hanya... ”“Sudah! Sekarang tidur.” Dinar mengangguk pelan, hatinya lega karena Dirham tidak meneruskan kemarahan yang tadi membuatnya takut setengah mati. Tangan Dinar diraih, membuat empunya mendongak menatap wajah sa
last updateLast Updated : 2021-09-11
Read more

"Tega kamu, Am"

“Tapi nanti, setelah anak itu lahir apa kau akan memisahkan dia dari ibunya?” “Kamu bisa menjaga dia nanti kan?”  Mendengar itu air mata Dinar tidak bisa dibendung lagi, dia benci Dirham. Sampai hati dia meminta anaknya dijaga orang lain. ‘Itu artinya? Itu artinya memang perpisahan sudah ada di depan mata, jahat kamu Am. Aku benci kamu sampai kapanpun aku benci!’ Kakinya yang lemah dipaksa untuk meninggalkan tempat itu, nampan yang tadi dibawa bersama dua cawan kopi ditinggalkan di meja ruang tamu kedua.  Hatinya sakit.  Dinar mengatur langkah menuju ke kamar atas, beberapa baju dikeluarkan dari lemari dan dimasukkan kedalam tas, dia tidak ingin menyerahkan anaknya jika harus dijaga oleh orang lain, anaknya butuh dia, dia butuh anaknya. Dinar bertekad akan membawa anaknya pergi dari rumah itu sekarang.   Di ruang kerja. “Aku nggak paham maksud mu Am.”Nana yang duduk di depan Dirham berbicara dengan
last updateLast Updated : 2021-09-12
Read more

Princess Assegaff

Dinar meringis sambil duduk bersandar di tiang, Dirham dengan panik langsung mengangkatnya horizontal. Air mata Dinar tidak henti-hentinya mengalir, dia memegang bagian bawah perutnya.“Bertahan, kita ke rumah sakit sekarang.” ucap Dirham, rasa kesalnya terhadap tindakan Dinar yang nekad pergi tanpa pertimbangan tidak diperhatikan.“Terima kasih sudah menolong istri saya.” tas baju Dinar dibawa sekalian, dia berjalan menuju mobilnya. Orang-orang yang berkerumun itu bubar setelah mendengar ucapan Dirham.Dinar dibaringkan di tempat duduk belakang. Mobil itu meluncur dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit terdekat.“Am, sakit!” “Sebentar lagi sampai, tahan dikit lagi.” Dirham menambah kecepatan mobilnya. 15 menit berlalu, akhirnya mobil Dirham sampai di depan rumah sakit, dan berhenti tepat di depan pintu IGD, Dirham kembali menggendong istrinya, dia semakin khawatir karena bagian bawah Dinar basah, dia melihat darah. Apa ini?“Sust
last updateLast Updated : 2021-09-13
Read more

'Maafkan Bunda'

“Azankan dulu dia, kalau tidak bisa azan, biar suster tadi memanggil perawat lelaki.” suara ketus itu membuat Dirham terkesiap. Ia segera menoleh pada Dinar yang tidak melihatnya sama sekali.  Sepertinya mood Dinar sedang tidak baik. “Aku bisa, Di. Aku sendiri yang akan melakukannya.” Dengan tangan gemetar Dirham mengangkat bayi mungil itu, seumur hidup inilah kali pertama dia memegang bayi yang baru lahir, matanya berkaca-kaca. Senyumnya mekar melihat wajah mungil itu, Bayi itu begitu cantik persis seperti wajah Dinar, tapi hidung dan bibirnya ikut dia. Ini sangat luar biasa.   Dirham mulai melafalkan azan di telinga kanan putrinya. Bayi itu begitu nyaman tidur dalam dekapan hangat papanya, melihat itu Dinar berlinang air mata, apa benar dia tidak ada hak lagi atas putrinya seperti yang tertera pada surat perjanjian bodoh yang pernah disetujuinya dulu.  Bayi mungil itu menangis kencang ketika Dirham mele
last updateLast Updated : 2021-09-15
Read more

Kehilangan

“Del, aku mau minta tolong, kita bisa bertemu sekarang?”(Di, ada apa? Bisa kok. Mau ketemu di mana?)“Jangan ajak Mas Zaky, ini penting Del, kumohon.” Dinar sudah nekad.(Mas Zaky keluar kok, ketemu sama klien dia.)“Bisa ambil aku di Rumah Sakit Bunda Sehat?”(Kamu sakit?)“Nanti aku cerita, aku tunggu di luar gerbang, cepat Del.. tolong jangan sampai lama.”(Iya, aku tahu Rumah sakit itu, dekat kok dari sini.)Dinar menutup panggilan. Dia tidak tahu lagi harus meminta tolong siapa. Yang terlintas di benaknya hanya nama Delia sekarang.  ‘Ruby, baru berapa menit Bunda sudah kangen kamu, nak.’ air mata kembali mengalir, diseka, mengalir lagi, begitu terus. Hingga hidungnya merah. Di kamar rawatan, Santi melangkah masuk sambil membawa segelas air teh untuk Dinar. “Maaf Non, antri banget tadi di kantin jad
last updateLast Updated : 2021-09-15
Read more

Too Late

“Katakan pada Am kalau ini tidak benar, Ma. Tolong katakan kalau ini hanya mimpi.” Dirham menangis dalam pelukan sang bunda.“Sabar Am, dengarkan Mama. Mama yakin ini akan terjadi karena Mama tahu, di lubuk hati Am yang paling dalam, Am mencintai Dinar. Am sudah lama jatuh cinta dengan istri Am, tapi Am tak menyadarinya. kenapa? Karena Am ego. Am tidak mau mengakui itu semua.”Nora yang sudah mendengar cerita dari Santi secara garis besarnya tadi merasa iba melihat keadaan putranya. Tangannya mengusap rambut anaknya, menepuk-nepuk punggung Dirham dan memberi semangat untuknya. “Am menyesal Ma, ternyata setelah dia pergi baru Am sadar, kalau dia bagian dari diri Am, dia pemilik hati Am.” Baru tiga hari ditinggal oleh Dinar tapi sudah berantakan seperti kematian istri 7 harinya. Dia yakin Dirham akan menyesal karena telah melukai perasaan istrinya, dulu sudah diperingatkan, tapi bandel. Nora ti
last updateLast Updated : 2021-09-16
Read more
PREV
1
...
910111213
...
19
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status