Share

'Maafkan Bunda'

“Azankan dulu dia, kalau tidak bisa azan, biar suster tadi memanggil perawat lelaki.”

suara ketus itu membuat Dirham terkesiap.

Ia segera menoleh pada Dinar yang tidak melihatnya sama sekali. 

Sepertinya mood Dinar sedang tidak baik.

“Aku bisa, Di. Aku sendiri yang akan melakukannya.”

Dengan tangan gemetar Dirham mengangkat bayi mungil itu, seumur hidup inilah kali pertama dia memegang bayi yang baru lahir, matanya berkaca-kaca. Senyumnya mekar melihat wajah mungil itu, Bayi itu begitu cantik persis seperti wajah Dinar, tapi hidung dan bibirnya ikut dia. Ini sangat luar biasa.

Dirham mulai melafalkan azan di telinga kanan putrinya. Bayi itu begitu nyaman tidur dalam dekapan hangat papanya, melihat itu Dinar berlinang air mata, apa benar dia tidak ada hak lagi atas putrinya seperti yang tertera pada surat perjanjian bodoh yang pernah disetujuinya dulu. 

Bayi mungil itu menangis kencang ketika Dirham mele

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status