Dinar berdiri kaku tanpa menoleh ke belakang, suara yang selalu menggetarkan hatinya itu begitu dekat. Dia ingin berbalik dan memeluk tubuh pria yang selalu muncul di kotak ingatannya.
“Bentar Sayang, kita bantu tante itu ya..”
“Oteh papa... ” Air mata Dinar kembali jatuh, degup jantungnya berdetak laju. Itu suara putrinya. Suara yang baru pertama kali didengarnya itu akan dia simpan dalam memorynya. Air matanya tidak mampu untuk di bendung lagi.
‘Bunda sayang kamu, Nak.’
“Ini mbak, tadi terjatuh.” tanpa menoleh Dinar menerima barang dari tangan Dirham yang ada di sebelah kanannya. Dia lalu mengangguk beberapa kali, berharap dimengerti kalau dia sedang mengucapkan terima kasih.
“Kita makan yuk Sayang, tadi Uby lapar, kan?”
Suara itu masih terdengar jelas di telinganya, meskipun pria yang sedang menggendong anak kecil itu sudah melangkah pergi meninggalkan
Dirham seperti memenangkan tender proyek besar seumur hidupnya. Dia langsung bangkit dan berdiri ke arah jendela, tidak mau mengganggu tidur pulas putrinya.“Kirim foto atau videonya Jim, kalau memang kau mau aku percaya.”(Sudah saya kirim bos.)“Ok, aku lihat dulu.” dengan tidak sabar Dirham matikan panggilan, ia langsung membuka pesan dari Jimmy, 3 foto. Seorang gadis berjilbab, dengan pakaian berbeda. Dirham meneliti lagi foto pertama, gadis bertubuh kurus, memakai jilbab, dan masker kain. Sedang berdiri di depan mall.Dirham melihat tanggal pengambilan foto yang tertera di bawah foto. Kemarin dan mall yang sama dia pergi.Tunggu!Dirham seperti mengenali baju dan jilbab yang dipakai gadis itu. Tepatnya pernah melihat. Tapi di mana?Dirham mengetuk-ngetuk pelipisnya, memaksa otaknya untuk memutar lagi kejadian kemarin, tepatnya di mall.‘Masya Allah, jadi itu kamu, Sayang.&r
Dirham keluar dari mobil, malam sudah hampir pagi, suasana yang sepi membuatnya merasa tenang seketika. Pria itu melihat kiri-kanan sebelum membuka pintu kayu berwarna cokelat tua itu, ia sangat berhati-hati dan melakukannya tanpa mengeluarkan bunyi sama sekali, ini adalah perkara gila yang pertama dilakukan oleh seorang Dirham Assegaff, membuka pintu rumah orang dengan kunci cadangan. Tidak ubahnya seperti pencuri.Setelah ia selesai meeting jam tiga sore tadi, Diki membawanya bertemu dengan Bu Tika, pemilik kost yang disewa oleh istrinya. Dengan harapan Bu Tika akan percaya dan mengijinkan ia untuk masuk dalam rumah sewa Dinar tanpa diketahui oleh gadis itu. Dengan bukti buku nikah, dan foto pernikahannya dengan Dinar serta menceritakan sedikit masalah antara ia dan Dinar sehingga istrinya itu kabur dari rumah, berusaha membuat Bu Tika percaya padanya, dan akhirnya wanita setengah baya itu memberikan kunci cadangan pada Dirham dengan syarat, jangan ada keributan
Dinar seperti mendengar putusan hakim mahkamah. Lagi, sudah 3 kali dia dipecat dari pekerjaan. Ia menelan saliva dengan susah payah. Pahit.“Saya bisa perbaiki kinerja saya, Pak. Tolong beri saya satu kesempatan lagi.” Dinar memohon pada manager yang bernama Wisnu itu. “Maaf, aduan sudah terlalu banyak, saya tidak ingin mengambil resiko ke depannya.”Keputusan pria di depannya seolah sudah tidak dapat diganggu gugat. Gadis itu akur terima nasib.Dinar mengambil amplop yang diletakkan oleh Wisnu tepat di hadapannya.“Terima kasih pak.”Wisnu mengangguk dan mengantar Dinar keluar ruangannya dengan tatapan mata heran, entah kenapa atasannya meminta dia memecat gadis itu.Sampai di rumah kostnya, Dinar segera menghubungi Delia. Bercerita tentang masalahnya. Delia mencoba menenangkan sahabatnya dengan sebuah janji, akan segera mencari info loker untuk Dinar.“Nasib aku sepertinya harus be
Sejak ia menginjakkan kaki di Hotel Pasifik dadanya sudah berombak kencang, Hotel yang baru diresmikan 7 bulan lalu, kerja sama antara dia, Adam sang ayah dan Alex Rayyan, dokter muda keluarga Assegaff yang ternyata adalah seorang pengusaha sukses sebuah cafe dan restoran di daerah Semarang. Tapi karena Alex Rayyan lebih minat dalam bidang kedokteran jadi dia memilih ada di balik layar saja. Sementara Adam kembali memegang AAD Group di bantu oleh Romi dan Aldiano.Sekarang Dirham memegang tampuk kepemimpinan di Hotel Pacifik. Menjalankan amanah dari papa serta sahabat dekatnya. Hotel itu adalah bukti kerja keras dan kegigihannya. Ketekunan dan kesungguhannya selama ini membuahkan hasil yang sangat membanggakan.Dirham tersenyum di depan laptopnya. Ya, dia sekarang tengah memperhatikan seorang staf bagian housekeeping yang sedang sibuk dengan pekerjaannya, gerak gerik staf itu sangat menarik perhatian dan menyenangkan hatinya, mem
Suara Dewi mengagetkan gadis itu, buru-buru dia mengusap air mata dengan belakang tangan.“Itu Bos besar hotel ini, bersama putri dan calon istrinya.” ucapan Dewi seolah mengaduk perasaan Dinar. Calon istri?‘Tadi begitu manis dan membuat aku percaya, tapi lihatlah sekarang, entah aku harus percaya siapa.’“Malah melamun, ayo naik ke tingkat 3.…”“Kamu nyari aku?” Dinar tidak mau terlalu memikirkan ucapan Dewi tadi, bisa saja itu hanya gosip.“Iya, aku butuh partner lagi untuk membersihkan ruang serbaguna, ada orang penting yang mau membuat acara besar, ayo.” Dewi selaku supervisor di bagian housekeeping mengajak Dinar untuk bergabung dengan staf lainnya.Dinar terus mengikuti langkah Dewi, kesibukan yang dilakukan membuatnya sedikit melupakan kegelisahan hatinya. Tapi telinganya menangkap anak kecil sedang tertawa riang seperti
“Untuk apa aku cemburu?” Dinar menepuk-nepuk punggung Ruby, saat putrinya itu bergerak-gerak dan sedikit merengek.“Aku tidak ada hubungan apa-apa dengan Nana, itu yang perlu kamu tahu.” Dinar tidak menyahut. Tidak mudah untuk dia percaya begitu saja.‘Tidak ada hubungan? Mustahil bisa lupa begitu saja. Dulu, waktu aku sentuh dikit soal Nana langsung marah, dan untuk percaya langsung dengan ucapan Dirham, tidak akan aku lakukan, aku belum siap sakit hati.’Mobil meluncur dengan kecepatan sedang membelah jalanan senja yang makin memerah, kebisuan kembali menyelimuti mereka. Meskipun awalnya menolak untuk membantu Dirham membawa Ruby pulang, tapi tetap saja dia akur dengan kemauan sang pria itu. Entah apa yang akan ia jawab nanti saat ketemu mertuanya.Halaman luas itu terlihat sepi, Dirham keluar dari mobilnya, Ruby yang masih tertidur pulas sudah diambil alih dan diangkat secara horisontal.Mata Dinar berkaca-kaca me
Degup jantung Dinar semakin laju saat Dirham menariknya dalam dekapan, bahkan dia juga bisa mendengar detak jantung pria itu, entah karena sempat emosi dengannya tadi atau karena grogi berada di dekatnya.Eh, tapi tidak mungkin pria sekelas Dirham sampai grogi sama dia.“Aku mau pulang.” Dirham memejamkan matanya, bukan itu yang mau didengarnya, ternyata tidak mudah membuat istrinya percaya lagi padanya.Tapi Dirham akur. Dia akan sedikit bersabar kali ini. Mungkin Dinar masih butuh bukti kesungguhan dan keikhlasannya.“Aku antar.” tangan Dinar dituntun untuk masuk ke dalam mobil.Mereka melanjutkan perjalanan.Mata Dirham tidak berhenti melirik ke arah Dinar, dia rindu dengan raut wajah polos itu, dia rindu dengan apa saja yang ada pada diri gadis di sampingnya, ada kesempatan sedikit saja dia akan terus menatap wajah ayu yang selalu membuatnya tidak bisa tidur, apa
“Kembali? Aku takut terluka lagi, kau tahu, Am? Dulu waktu pertama kenal denganmu, aku percaya kamu tulus mendekatiku, tapi siapa sangka, kalau aku hanya alat untukmu membalas dendam. Aku nekad pergi, meskipun masa depanku telah kau hancurkan, aku menjauhimu, mencoba melupakan dan memaafkanmu, tapi seolah takdir terus menginginkan kita bertemu lagi, aku mengandung, aku putus asa, hampir saja aku membuangnya dulu. Tapi aku segera sadar, dia juga ingin lahir ke dunia, sangat tidak adil kalau aku membencinya. Yang kutanamkan dalam hati adalah kebencianku padamu. Tapi sekali lagi kita dipertemukan, menjalani hari bersamamu membuat aku merasa dilindungi. Aku tidak pernah berniat menjual putriku, aku saat itu sangat bingung, amanah yang diberikan ayah sebelum meninggal adalah menjaga Arfa dan ibu, tapi lihat apa yang kuberikan pada ibu, aku membuatnya menangis, membuat beliau kecewa, bahkan aku mencoreng arang di mukanya, mencoreng nama baik ayah yang sudah tiada, a