Home / Romansa / PRAMESWARI / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of PRAMESWARI : Chapter 1 - Chapter 10

93 Chapters

Meyka

Yogyakarta, di suatu hari yang terik. Prameswari turun di terminal bus Giwangan dengan perasaan bercampur aduk menjadi satu. Marah, kecewa, benci, takut tapi juga sedih. Dalam benaknya yang sehancur Bantul seusai diguncang gempa tahun 2006 silam, berjejalan banyak pertanyaan tentang Abah dan Ummi yang telah sampai hati menjodohkannya dengan Ustadz Rayyan. Sosok yang selama ini menjadi bahan candaan di kalangan santriwati, termasuk dirinya sendiri. Mengapa begitu? Karena Ustadz Rayyan masih belum menikah juga padahal umurnya sudah empat puluh lima tahun. Ustadz Lapuk. Begitulah Prameswari dan teman-teman memberikan label padanya. Siapapun orangnya, jika ketahuan berpapasan atau berdekatan dengannya, pasti habis, dibercandai. Ba
Read more

Malaikat Penolong

Dalam bus yang sudah berhenti di halte tujuan, Prameswari menguatkan hatinya yang semakin tercabik-cabik, remuk. Bagaimanapun, ini pilihan dan keputusannya, jadi dia melarang diri sendiri untuk terlihat rapuh dan cengeng. Terlebih ketika tiba-tiba bayangan Meyka datang menyelinap ke dalam benaknya. Bayangan sahabat baiknya di facebook itu mengatakan, "Ri, jangan nangis. Ini di depan umum, lho. Bahaya banget, lho. Ingat, banyak orang jahat di sekitarmu! Kamu kan, nggak lagi di pondok pesantren abahmu?" Prameswari mengerjap-ngerjapkan matanya yang mulai tergenang air hangat, mati-matian menahan, supaya nggak setetes pun terjatuh. Kini, ketakutan mulai merambati hatinya. Hati yang sebenarnya diguncang oleh keragu-raguan yang begitu besar, bahkan sejak pertama kali melangkahkan kakinya keluar dari rumah. Mengapa dia sampai ne
Read more

Honey Karaoke and Cafe

Dengan segenap kemurkaan yang berkobar-kobar di seluruh rongga dadanya, Giga membanting pintu mobilnya. Dalam sekejap mata, mobil bercat putih bunga melati itu sudah melaju dengan kencang di jalanan yang sudah mulai sepi. Baginya, apa yang baru saja dikatakan Peony tadi benar-benar menyulut bara amarah yang selama ini dipendam di dalam hatinya. Bagaimana tidak? Peony juga selalu ikut dalam setiap check up yang mereka lakukan dan dia juga tahu, bagaimana hasil akhirnya. Sehat, mereka dalam keadaan sehat dan subur. Apa masalahnya, mengapa Peony justru menuduhkan kata terlarang itu padanya?  Mandul!Kata itulah yang tadi, beberapa menit yang lalu dituduhkan Peony pada Giga, tanpa perasaan. Sebenarnya, itu bukan yang pertama kaliny
Read more

Paramitha Alias Mytha

Prameswari sudah mengganti bath jas dengan baju tidur merah jambu bercorak bunga sepatu merah dan sekarang sedang duduk termenung di tepi tempat tidur. Rambutnya yang tergerai panjang sepinggang, terlihat berkilauan karena tertimpa cahaya lampu. Perlahan-lahan dia beringsut turun, menyalakan lampu tidur dan mematikan lampu kamar yang cahayanya terang benderang. Sejenak, dia menyingkap gorden jendela dan memandang ke luar. Oooh, hatinya kembali bergemuruh demi mengingat Meyka yang telah sampai hati membohonginya. Apa, apa maksud persahabatan baik mereka selama hampir tiga tahun ini? Oooh, Prameswari nggak kuasa lagi menahan desakan air matanya. Jebol, banjir bandang! Sebenarnya, Meyka juga sudah berjanji padanya untuk mencarika
Read more

Sosok Serba Hitam

Pyaaarrr! Prameswari terkejut dan terbangun, demi mendengar suara kaca pecah di lantai bawah. Tanpa berkata-kata, dia segera mengambil jilbab yang ia gantungkan di kepala tempat tidur. Satu jurus kemudian, Prameswari memakainya sambil setengah berlari ke luar kamar. Dalam hatinya bertanya-tanya, 'Jam berapa ini, kenapa Mbak Honey belum pulang juga? Itu, pintu kamarnya masih terbuka?' Tap, tap, tap! Dengan perasaan tak menentu, Prameswari berderap menuruni tangga. Siiirrr dug, dug, duuuggg!  Begitulah yang ia rasakan sekarang, demi melihat kaca jendela depan yang sudah hancur berkeping-keping dan berserakan di lantai. Sejenak,
Read more

Pindah Rumah

Dengan berat hati, Giga menjalankan apa yang diminta Peony tadi malam. Apakah itu? Mencari bayi yang bisa diadopsi di panti asuhan sebagai anak pancingan. Sebenarnya, bukan satu atau dua orang yang memberikan saran seperti itu pada mereka tapi entah mengapa, hati Giga kurang sreg. Rasa hatinya nggak enak. Masa, mengangkat anak hanya karena ingin mendapatkan momongan? Berarti, nggak tulus, dong? Selain pemikiran yang seperti itu, Giga juga ragu-ragu. Apakah Peony benar-benar mau dan mampu mengurus bayi? Sedangkan terhadap anak-anak kecil di sekitar rumah saja, dia kelihatan nggak suka. Jangankan beramah-tamah atau berlemah-lembut? Melihat anak-anak tetangga numpang bermain di halaman rumah saja sudah heboh. Ini lah, itu lah. Begini lah, begitu lah. Pokoknya, jauh Panggang dari api. Ah, pikiran Giga semakin semrawut sekaran
Read more

Keraguan Prameswari

Mbak Honey sudah berangkat ke kafe sejak setengah jam yang lalu dan sekarang Prameswari sedang membaca memo yang tadi diberikannya. Entah mengapa, mata Prameswari berkaca-kaca, mengembun dan nyaris tumpah ketika membaca baris demi baris catatan Mbak Honey. Apakah karena catatan itu mampu mengingatkannya pada Ummi, Abah dan juga Abang di rumah? Ataukah Mas Eiden yang selama ini mengisikan manisnya rasa cinta ke dalam ceruk hati terdalamnya? Ah, atau Meyka dengan segala kebohongannya? Mungkin, mungkin semuanya karena raut wajah Prameswari terlihat begitu sendu, perlahan-lahan menjadi gelap. Selayaknya langit biru yang tersaput hitamnya mendung. Dear Mytha,Mbak minta tolong, ya?
Read more

Keputusan Hati Prameswari

Sunyi. Sepi. Seolah-olah nggak berpenghuni. Itulah yang dirasakan Prameswari ketika kedua kakinya yang gemetar melangkah ke luar gudang menuju dapur. Perlahan-lahan, dengan sangat hati-hati, dia terus melangkah ke sana. Hanya ada satu hal yang mengisi benaknya saat ini, dia harus segera pergi dari rumah kontrakan Mbak Honey. Sesegera mungkin karena inilah kesempatan emas itu. Kesempatan yang sudah dinantikannya sejak tadi pagi, berjam-jam. Perjuangan yang nggak mudah dan terasa begitu panjang, dalam deraan kegelisahan, ketakutan dan kebingungan. Menahan haus dan lapar yang nggak sedikit, hingga perutnya melilit sakit. Dia yakin sekarang, Mbak Honey sudah pergi karena tadi sekitar dua menit yang lalu, terdengar suara mobilnya b
Read more

Pelajaran Berharga Untuk Peony

Di dalam mobil, sepulangnya dari panti asuhan Mutiara Jiwa di Jalan Godean, Giga tercenung untuk beberapa saat lamanya. Benar, apa yang dikatakan pemilik panti itu memang benar adanya. Kalau dia dan Peony bersungguh-sungguh mau mengadopsi anak, harus dengan niat dan perjuangan yang  ikhlas Lillahita'ala. Bukan karena ingin mendapatkan momongan yang terlahir dari benih cinta mereka semata-mata. Kalaupun akhirnya Allah memberikan kepercayaan untuk mereka memiliki anak, itu bonus. Sudah sedari dulu Giga memahami akan hal itu. Lalu, masalah apa yang telah membuatnya tercenung? Karena Peony memiliki pemahaman yang bertolak belakang darinya. Menurut Peony, yang namanya anak pancingan, ya berarti harus difungsikan sebagaia pancing. Dipelihara dengan baik tapi tetap dijadikan pancing. Jadi, ya, hanya sebatas itu. Nggak lebih
Read more

Eiden Malik

Dengan kebahagiaan yang bermekaran di taman hati, Mbak Honey memarkir mobil di depan rumah bercat merah bata yang terletak di antara mini market Murah Jaya dan rumah makan padang Masakan Bundo. Rumah tiga lantai yang terlihat bersih, terawat dan mewah, istana Mbak Honey hasil dari jerih payahnya mengelola keuntungan dari Honey Karaoke and Cafe.  Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Itulah peribahasa yang menjadi pelajaran berharga sekaligus prinsip hidupnya selama ini. Benar baginya, usaha dan kerja keras takkan pernah mengkhianati hasil. Meskipun hasil akhirnya tetap Allah yang punya kuasa, tapi usaha dan perjuangan itu sesuatu yang mutlak, bukan? Sebisa mungkin, semampunya. Sejenak, wanita cantik dengan rambut ikal sebahu itu memandangi Prameswari yang tertidur lelap di sebelahnya sambil memeluk Tata, bone
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status