Dalam bus yang sudah berhenti di halte tujuan, Prameswari menguatkan hatinya yang semakin tercabik-cabik, remuk. Bagaimanapun, ini pilihan dan keputusannya, jadi dia melarang diri sendiri untuk terlihat rapuh dan cengeng. Terlebih ketika tiba-tiba bayangan Meyka datang menyelinap ke dalam benaknya. Bayangan sahabat baiknya di facebook itu mengatakan, "Ri, jangan nangis. Ini di depan umum, lho. Bahaya banget, lho. Ingat, banyak orang jahat di sekitarmu! Kamu kan, nggak lagi di pondok pesantren abahmu?" Prameswari mengerjap-ngerjapkan matanya yang mulai tergenang air hangat, mati-matian menahan, supaya nggak setetes pun terjatuh. Kini, ketakutan mulai merambati hatinya. Hati yang sebenarnya diguncang oleh keragu-raguan yang begitu besar, bahkan sejak pertama kali melangkahkan kakinya keluar dari rumah. Mengapa dia sampai ne
Read more