Beranda / Romansa / PRAMESWARI / Pindah Rumah

Share

Pindah Rumah

last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-12 08:16:00

Dengan berat hati, Giga menjalankan apa yang diminta Peony tadi malam. Apakah itu? Mencari bayi yang bisa diadopsi di panti asuhan sebagai anak pancingan. Sebenarnya, bukan satu atau dua orang yang memberikan saran seperti itu pada mereka tapi entah mengapa, hati Giga kurang sreg. Rasa hatinya nggak enak. Masa, mengangkat anak hanya karena ingin mendapatkan momongan? Berarti, nggak tulus, dong? 

Selain pemikiran yang seperti itu, Giga juga ragu-ragu. Apakah Peony benar-benar mau dan mampu mengurus bayi? Sedangkan terhadap anak-anak kecil di sekitar rumah saja, dia kelihatan nggak suka. Jangankan beramah-tamah atau berlemah-lembut? Melihat anak-anak tetangga numpang bermain di halaman rumah saja sudah heboh. Ini lah, itu lah. Begini lah, begitu lah. Pokoknya, jauh Panggang dari api. Ah, pikiran Giga semakin semrawut sekarang. Kusut kuadrat. 

Dilema lah, pokoknya! 

"Peony, Peony!" gumam Giga sambil membuka pintu mobil, "Memangnya mudah mengurus bayi?" gumamnya lagi, setelah menghempaskan tubuh di atas jok, "Anak orang lain lagi! Apa iya, dia mau merawat dengan baik?" 

Glek! 

Giga menutup pintu mobil sambil menghela napas panjang. Dalam hati berdoa, semoga Allah memudahkan segala usahanya. Mustahil baginya, nggak menuruti keinginan Peony. Bisa-bisa jadi ribut dan hal itulah yang paling dihindarinya di rumah. Untuk apa ribut, bertengkar atau saling meluapkan emosi jika bisa bicara dari hati ke hati? Itulah mengapa, dalam banyak perbedaan, Giga memilih diam. Mengalah. Termasuk dalam hal obsesi Peony untuk mengadopsi anak. Giga memilih diam. Karena nggak ada gunanya juga melayani perdebatan yang selalu muncul dari Peony. Entahlah, Giga juga nggak habis pikir, mengapa akhir-akhir ini Peony lebih emosional. Satu-satunya alasan yang masuk di ruang akal Giga, yaaahhh, karena belum diberikan momongan. 

Twinkle twinkle little star

How I wonder what you are 

Up above the world so high

Like a diamond in the sky

Twinkle twinkle little star

How I wonder what you are

Incoming Call: Kharisma Peony

Demi melihat nama isteri tercinta tertera di layar ponsel yang bersinar terang kebiru-biruan, Giga mengurangi kecepatan mobil dan menepi, berhenti. Pantang baginya menerima telepon sambil menyetir, karena paham hal itu sangat berbahaya. Nggak sedikit lho, kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh ponsel. Maksudnya, banyak pengendara yang terlena saat menelepon atau menggunakan ponsel pada saat menyetir. 

"Halooo, ya Dek?" sapa Giga setelah menekan tombol ANSWER, "Gimana Dek, ada apa?"

Peony menanyakan, apa Giga sudah pulang dari kantor belum. Giga menyahut dengan nada suara senang, penuh semangat, "Oh, kirain kenapa. Ini aku udah pulang, Dek. Sekarang baru OTW panti asuhan, ini."

Di seberang ponsel, Peony terlonjak gembira, "Iya, Mas? Alhamdulillah. Nanti, cepet-cepet ngasih kabar ya Mas, kalau bayinya?  Terus, Mas jemput aku nanti, ya?"

Giga mengangguk sembil tersenyum lalu tersentak karena Peony mengomel panjang kali lebar sama dengan luas persegi panjang. Hehe. Terpaksa, Giga mengulangi jawabannya, "Iya Dek, nanti aku kabari kamu!"

Detik berikutnya, Peony mengingatkan Giga untuk jangan lupa makan siang dan yang paling penting mengirimkan foto anak-anak panti asuhan ke whatsapp-nya. Giga menyanggupi, dari pada bonyok. Peony memang aneh! Belum tentu sore ini juga Giga bisa menemukan panti asuhan yang anak-anaknya masih bayi. Iya, kan? 

Fiyuuuhhh! 

Untung ada tamu, katanya tentangga sebelah yang mau minta bibit bayam merah. Kalau nggak, bisa nggak selesai-selesai teleponnya dan akhirnya kemalaman. Kalau sudah begitu, siapa yang patut untuk disalahkan? Giga, tentu saja. Hehe. Kadang-kadang Peony memang separah itu. Untung, Giga selalau sabar dan telaten ngemong dia. Kalau nggak? Wuaaahhhh, mungkin sudah bubar dari sejak usia pernikahan mereka baru tiga hari. Sungguh. 

***

Mbak Honey sudah memutuskan untuk membawa Prameswari pindah ke rumahnya di Krapyak. Rumah hasil kerja kerasnya membangun dan mengelola Honey Karaoke and Cafe yang belum pernah dihuninya selama ini. Dia merasa, rumah kontrakan ini sudah nggak aman lagi untuk mereka, terutama Prameswari. Entahlah, dia sendiri juga takjub, mengapa masih saja berpikir kalau sosok hitam yang jahat itu punya rencana jahat terhadap Prameswari. Bahkan, sempat berpikir kalau dia adalah Meyka. 

Bisa saja kan, karena Meyka lah yang telah menipu Prameswari selama ini. Ya, yaaahhh, siapa tahu kalau sebenarnya dia itu penculik atau perampok? Karena tahu Prameswari berasal dari keluarga yang berkecukupan, makanya melalukan penipuan secara halus. Hemmm, tapi sampai detik ini Mbak Honey masih belum berani mengambil kesimpulan apapun tentang semua perbuatan Meyka. Bisa juga, Meyka hanya seseorang yang kesepian dalam hidupnya, terkucilkan lalu menjadi jahat, kan?

Mengenai keputusannya untuk pindah rumah, selain memang sudah terlanjur sayang, Mbak Honey juga semakin merasa bersalah atas kejadian semalam. Walaupun adik angkatnya itu sudah memaafkan---nggak menyalahkannya sama sekali---tetap saja hatinya dihantui perasaan bersalah yang nggak kecil. Lagipula, kalau pindah ke Krapyak, justru lebih dekat dengan kafenya yang di Jalan Parangtritis. Ah, sepertinya Prameswari juga lebih pas kalau ikut membantu di sana. Begitu, pikirnya. 

Jadi, besok pagi Mbak Honey mau sowan ke rumah Ibu untuk membicarakan tentang Keputusannya ini. Takutnya jadi salah paham. Mbak Honey nggak mau Ibu berpikir, kalau dia kecewa atau semacamnya. Sebenarnya memang ada sih, perasaan kecewa itu, sedikit dan sudah diatasinya dengan baik. Mbak Honey nggak perlu berperasaan apapun pada Ibu. Karena jelas, Ibu nggak tahu menahu soal kejadian kriminal yang hampir mencelakai Prameswari itu. Iya, kan? Hampir tiga tahun  menempatii rumah itu dan baru kali ini terjadi yang seperti itu. Benak Mbak Honey semakin meradang, 'Apa mungkin dia itu enggg siapa itu yang mau dijodohkan sama Mytha?' hatinya yang mendadak pedih bertanya, 'Ah, nggak mungkin, lah. Masa, Ustadz jahat begitu?' bantahnya kemudian dan sudah, mati-matian Mbak Honey melerai perdebatan hatinya. 

"Mytha," panggil Mbak Honey lembut dan sayang pada Prameswari yang sedang membereskan kamar, "Ada yang perlu Mbak obrolin sama kamu, bisa?"

Ditanya seperti itu oleh Mbak Honey, Prameswari tersenyum manja, "Bisa, Mbak. Memangnya ada apa sih, Mbak?"

Mbak Honey mengajak Prameswari duduk di karpet bulu yang terbentang di lantai. Karpet bulu merah jambu bercorak bunga mawar, yang dibelinya khusus untuk Prameswari. Dengan penuh tanda tanya, Prameswari mengikuti Mbak Honey, duduk bersimpuh di sana. 

"Mytha," 

"Ya, Mbak Honey?" 

Sejenak, mereka saling memandang. Mbak Honey memandang Prameswari dengan perasaan rikuh, sedangkan Prameswari memandang Mbak Honey dengan penuh tanda tanya. Jauh di dasar hatinya tercipta perasaan nggak enak dan takut. Nggak enaknya, karena merasa sudah merepotkan dan menyusahkan Mbak Honey. Takutnya? Takut, kalau dia harus terpisah darinya. Harus kemana mencari perlindungan? Satu-satunya teman di Yogyakarta yang dia kenal baik selama ini hanya Meyka. Oh, tiba-tiba sebentuk kesedihan mencengkeram hatinya yang serapuh tissue. 

"Sssttt, Mytha …!" Mbak Honey memberi kode pada Prameswari untuk membicarakan semuanya dengan sangat hati-hati, karena ini rahasia keluarga, "Kita harus pindah rumah, Mytha!" 

Perlahan-lahan namun pasti, Mbak Honey menjelaskan pada Prameswari, kemama mereka akan pindah. Mbak Honey juga memberi tahu tentang kemungkinan Prameswari untuk membantunya di kafe. Karena untuk sementara ini Mbak Honey harus mengurus cabang Honey Karaoke and Cafe yang di Jalan Kaliurang. Itu cabang baru, masih banyak membutuhkan sentuhan jiwa dan raganya. 

Menanggapi semua yang dikatakan Mbak Honey itu, Prameswari tersenyum haru. Bahagia. Kabut yang tadi sempat menyaput hatinya, perlahan-lahan terberai dan menghilang. Meskipun sisi batinnya menjerit tentang dia harus membantu Mbak Honey di kafe, tapi Prameswari berusaha untuk tegar. Jauh, jauuuhhh di dasar hatinya, dia sama sekali nggak ingin membuka jilbabnya. 

Bagaimana lagi?

Bab terkait

  • PRAMESWARI    Keraguan Prameswari

    Mbak Honey sudah berangkat ke kafe sejak setengah jam yang lalu dan sekarang Prameswari sedang membaca memo yang tadi diberikannya. Entah mengapa, mata Prameswari berkaca-kaca, mengembun dan nyaris tumpah ketika membaca baris demi baris catatan Mbak Honey. Apakah karena catatan itu mampu mengingatkannya pada Ummi, Abah dan juga Abang di rumah? Ataukah Mas Eiden yang selama ini mengisikan manisnya rasa cinta ke dalam ceruk hati terdalamnya? Ah, atau Meyka dengan segala kebohongannya? Mungkin, mungkin semuanya karena raut wajah Prameswari terlihat begitu sendu, perlahan-lahan menjadi gelap. Selayaknya langit biru yang tersaput hitamnya mendung.Dear Mytha,Mbak minta tolong, ya?

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-14
  • PRAMESWARI    Keputusan Hati Prameswari

    Sunyi. Sepi. Seolah-olah nggak berpenghuni.Itulah yang dirasakan Prameswari ketika kedua kakinya yang gemetar melangkah ke luar gudang menuju dapur. Perlahan-lahan, dengan sangat hati-hati, dia terus melangkah ke sana. Hanya ada satu hal yang mengisi benaknya saat ini, dia harus segera pergi dari rumah kontrakan Mbak Honey. Sesegera mungkin karena inilah kesempatan emas itu. Kesempatan yang sudah dinantikannya sejak tadi pagi, berjam-jam. Perjuangan yang nggak mudah dan terasa begitu panjang, dalam deraan kegelisahan, ketakutan dan kebingungan. Menahan haus dan lapar yang nggak sedikit, hingga perutnya melilit sakit.Dia yakin sekarang, Mbak Honey sudah pergi karena tadi sekitar dua menit yang lalu, terdengar suara mobilnya b

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-16
  • PRAMESWARI    Pelajaran Berharga Untuk Peony

    Di dalam mobil, sepulangnya dari panti asuhan Mutiara Jiwa di Jalan Godean, Giga tercenung untuk beberapa saat lamanya. Benar, apa yang dikatakan pemilik panti itu memang benar adanya. Kalau dia dan Peony bersungguh-sungguh mau mengadopsi anak, harus dengan niat dan perjuangan yang ikhlas Lillahita'ala. Bukan karena ingin mendapatkan momongan yang terlahir dari benih cinta mereka semata-mata. Kalaupun akhirnya Allah memberikan kepercayaan untuk mereka memiliki anak, itu bonus. Sudah sedari dulu Giga memahami akan hal itu.Lalu, masalah apa yang telah membuatnya tercenung? Karena Peony memiliki pemahaman yang bertolak belakang darinya. Menurut Peony, yang namanya anak pancingan, ya berarti harus difungsikan sebagaia pancing. Dipelihara dengan baik tapi tetap dijadikan pancing. Jadi, ya, hanya sebatas itu. Nggak lebih

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-19
  • PRAMESWARI    Eiden Malik

    Dengan kebahagiaan yang bermekaran di taman hati, Mbak Honey memarkir mobil di depan rumah bercat merah bata yang terletak di antara mini market Murah Jaya dan rumah makan padang Masakan Bundo. Rumah tiga lantai yang terlihat bersih, terawat dan mewah, istana Mbak Honey hasil dari jerih payahnya mengelola keuntungan dari Honey Karaoke and Cafe. Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Itulah peribahasa yang menjadi pelajaran berharga sekaligus prinsip hidupnya selama ini. Benar baginya, usaha dan kerja keras takkan pernah mengkhianati hasil. Meskipun hasil akhirnya tetap Allah yang punya kuasa, tapi usaha dan perjuangan itu sesuatu yang mutlak, bukan? Sebisa mungkin, semampunya.Sejenak, wanita cantik dengan rambut ikal sebahu itu memandangi Prameswari yang tertidur lelap di sebelahnya sambil memeluk Tata, bone

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-22
  • PRAMESWARI    Antara Harapan dan Kenyataan

    Semenjak berteman dengan Mas Eiden di facebook, Prameswari terlihat lebih bersemangat menjalani hari demi hari. Sebenarnya banyak chat yang masuk di messenger dari orang-orang terdekat dalam hidupnya, tapi diabaikannya. Tak sedikit pun terbersit dalam hati Prameswari, niat untuk membalas chat mereka, entah mengapa. Padahal jauh di lubuk hatinya, tercipta sebentuk rasa bahagia, haru sekaligus rindu, karena merasa telah mendapatkan perhatian yang begitu besar dari keluarganya di Al-Hidayah. Tetapi, di sisi yang lain, Prameswari nggak ingin balasannya nanti justru menjadi bumerang untuk dirinya sendiri. Karena bisa jadi, Abah dan Ummi masih terus menyebar orang-orang kepercayaan untuk mencari dan menemukannya. Membawa pulang dan tetap memaksanya menikah dengan Ustadz Rayyan. Tentu saja Prameswari nggak menginginkan hal paling pahit dan menyakitkan itu terjadi dalam hidupnya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-23
  • PRAMESWARI    Hati Tak Pernah Berdusta

    Di meeting room yang masih sepi, Giga terlihat semrawut. Kesemrawutan yang bisa dikatakan langka dalam hidupnya, jika sedang berada di lingkungan kantor atau di depan umum. Giga bukan model orang yang suka menunjukkan suasana hati atau permasalahan pribadi. Giga Daneswara, pribadi yang meng-copy paste filosofi sebatang lilin. Rela meleleh, mencair dan habis untuk menerangi sekitar.Apa yang membuat Giga semrawut di pagi yang cerah dengan cahaya matahari menyiram penuh? Peony. Ya, Peony-lah yang telah mengacak-acak seluruh suasana hati yang telah mati-matian di susun dalam waktu separuh malam terakhir tadi. Pagi-pagi sekali, Peony sudah menyerangnya dengan mempertanyakan masalah sikapnya yang mendadak dingin dan beku. Sebenarnya Giga sudah memberikan alasan dengan keterangan lengkap, selengkap buku skripsi tapi Peony

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-24
  • PRAMESWARI    Ladies Companion

    Gemetar, Prameswari menerima KTP barunya yang disodorkan Mbak Honey dengan senyumnya yang khas, ramah dan hangat. Dalam hatinya bermunculan perasaan terkejut, takjub sekaligus takut yang sama besarnya. Bergumul menjadi satu, menciptakan sebentuk pemberontakan tak kasat mata yang begitu dahsyat. Dengan rembesan air hangat dari pelupuk matanya yang pedih, dia memandangi kartu mungil yang selanjutnya akan menjadi kartu identitasnya, seumur hidup. Dalam hati yang nyaris habis tergerus oleh konfliknya dengan Abah, dia membaca deret demi deret tulisan yang tertera di sana.Nama: Paramitha AngelinaTempat Tanggal Lahir: Yogyakarta, 31 Desember 2003Jenis Kelam

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-26
  • PRAMESWARI    Rok Mini dan High Heels

    Gemetar, Prameswari membaca ulasan tentang Ladies Companion. Wanita yang bekerja melayani tamu di kafe-kafe. Tapi karena sebagian besar Ladies Companion ini bekerja di kafe-kafe yang buka di malam hari, sering kali disalah artikan. Dianggap sebagai wanita malam. Padahal, pekerjaan mereka ya hanya melayani tamu atau pengunjung kafe."Subhanallah! Jadi, itu artinya Ladies Companion?" gumam Prameswari dengan perasaan lega, "Tapi, kenapa harus berpakaian seperti itu, ya? Memangnya nggak bisa ya, memakai hijab?"Lagi, Prameswari membaca ulasan-ulasan tentang Ladies Companion dengan kebingungan yang bertambah besar. Mengapa kemudian banyak yang beranggapan kalau Ladies Companion itu wanita malam? Karena pernah ada kasus, seorang LC

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-30

Bab terbaru

  • PRAMESWARI    Demi Allah, Cinta dan si Buah Hati

    "Neng Wari, sekarang kamu sudah sah menjadi istri Ustadz Rayyan." Abah memegangi kedua pundak Prameswari. "Abah bermaksiat kepadamu, jadilah istri yang shalihah ya, Neng Wari? Taatilah suamimu, jangan kecewakan hatinya. Semoga Allah menjadikan kalian keluarga yang sakinah, mawaddah, warrahmah dan barakah."Tak urung jua, air mata Abah merembes hangat. Menetes-netes deras, selayaknya gerimis sehingga Prameswari tersentuh keharuan yang begitu mendalam. Tak terasa, tangisnya pun merebak. Membuncah tumpah ruah dalam pelukan kasih sayang Abah."Neng Wari, sudah Neng." ucap Abah lirih, sembari melepaskan pelukannya, "Abah yakin, ini yang terbaik dari Allah untuk kamu. Insya Allah Ustadz Rayyan hamba yang shalih dan amanah, Neng. Kamu tak perlu khawatir. Ada Allah yang akan selalu menjaga dan melindungi kamu. Ingat ya Neng, kalau kamu

  • PRAMESWARI    Ustadz Lapuk is Back

    "Wa Wari!" Audry memanggil dengan suara parau, "Tunggu, Wari?"Prameswari menghentikan langkah, memutar setengah badan menghadap Audry. "Ya, Audry?"Prameswari berusaha menggambar senyum untuk sahabat baik sekaligus Ummi barunya itu, menghalau rasa sesak yang memaksa masuk ke dalam rongga dada. Ini bukan kesalahan Audry, bukan. Siapa yang punya kuasa untuk mengusik kehendak Allah? Berat seperti apa pun, Prameswari mengharuskan diri untuk bisa menerima Audry sebagai umminya. Toh, selama ini mereka sudah bersahabat baik, bukan? Tak ada hal yang perlu disangsikan lagi. Satu lagi, Ummi sudah tenang dan bahagia di alam sana. Tak ada kaitan apa-apa lagi dengan kehidupan dunia."Wa Wari sudah makan?" tanya Audry penuh perhatian, "Maaf ya, tadi aku eh Ummi diajak Abah ke

  • PRAMESWARI    Ummi Baru Untuk Prameswari

    "Syukurlah, suhu tubuh kamu sudah mulai normal, Yuka!" Prameswari memberi tahu sahabat dekatnya itu sembari menggambar senyum simpul gembira, "Kami khawatir banget tahu, semalam?" sebagai pemanis rasa syukur, Prameswari mencubit kecil pinggang Yuka. Gadis berdarah Jepang - Indonesia itu pun meringis kesakitan, namun tawa lirihnya terdengar melegakan."Duh, makasih ya Wari?" ungkap Yuka dengan mata berkaca-kaca merah, "Audry juga. Eh ke mana dia, Wari? Oooh, ehem ehem baru siap-siap ya? Nanti malam kan, ada yang mau datang. Hihihi … Wari, kita harus cepet-cepet nyari kado spesial nih, buat si Calon Pengantin?"Audry pura-pura marah dan menjerit menja dari balik gorden pembatas kamar, "Iiihhh, Yuka!"Bukan Yuka namanya kalau tidak malah tertawa cekikik

  • PRAMESWARI    Memaafkan Karena Allah

    "Ning Wari?" tak ada lagi keberanian yang tersisa dalam diri Evan, meskipun hanya untuk sekadar mengangkat wajah. Hanya bisa menunduk malu oleh karena perbuatan jahatnya pada Prameswari dulu.Sebenarnya Prameswari sempat ragu untuk menyapa Evan, tetapi akhirnya terucap juga dari mulutnya yang kering dan pahit. "Evan!"Resmilah sudah, itu adalah sapaan pertama Prameswari untuk Meyka palsu setelah pertemuan singkat mereka di Al-Hidayah beberapa bulan yang lalu. Pertemuan singkat yang mampu mengungkap segala tindak kejahatan Evan. Lebih tepatnya setelah Abang menjebloskannya ke dalam penjara."Apa kabar kamu, Evan?" Prameswari bertanya sambil menarik pandangan turun ke lantai ruang pengunjung nara pidana. Tercekat lagi kerongkongannya sehingga hanya itu yang m

  • PRAMESWARI    Jodoh Yang Mendekat

    Dari tempatnya berdiri, tak jauh dari rak buku di belakang Prameswari, Ustadz Rayyan menatap malu-malu. Dia hanya mengambil hak pandangan pertamanya, lalu menunduk lagi setelah itu. Membaca baris-baris kalimat yang tertulis dengan apik dan rapi di buku motivasi yang ingin dibelinya nanti.Tak pernah menyangka sebelumnya, kalau di sore yang gerimis ini, akan bertemu dengan Prameswari, sungguh. Jangankan berharap, sedangkan untuk sedikit memikirkan pun Ustadz Rayyan tak memiliki cukup keberanian. Sampai detik ini, semenjak tragedi perjodohan yang ditawarkan Abah dulu, sebisa mungkin dia melupakannya.Pasrah. Menyerahkan urusan itu pada Allah. Terlebih setelah menyadari kalau Prameswari mengalami sesuatu yang bernama amnesia atau hilang ingatan. Dia selalu berjuang untuk mengutuhkan tawakal dalam dada. Percaya sepenuhnya, kalaulah

  • PRAMESWARI    Kecewa dan Terluka Lagi

    "Wari!" Yuka memanggil dari balik gorden yang membatasi kamar mereka, "Kamu sudah tidur belum, Wari?"Sebenarnya Wari sudah mengantuk tapi karena Yuka memanggil, dia kembali duduk di tepi tempat tidur. Memandang ke arah tempat tidur Yuka sambil memeluk selimut yang masih terlihat rapi."Ada apa, Yuka?" Prameswari bertanya dengan memelankan suara, takut mengganggu Audry. Di antara mereka bertiga, Audry-lah yang memiliki jam tidur paling awal."Aku boleh ke kamarmu, sebentar?" Yuka balik bertanya membuat Prameswari tersenyum geli."Boleh," sahut Prameswari dengan dahi berkerut. Selama mereka menuntut ilmu di AISYAH baru kali ini Yuka seperti ini. Biasanya, menunggu pagi dulu baru menemui Prameswari. Kecual

  • PRAMESWARI    Menjaga Amanah Mbak Honey

    "Mytha," Mbak Honey memanggil lembut dan manja, "Kamu tahu nggak kenapa Mbak nakal?" kali ini Mbak Honey mengalihkan seluruh pandangan dan konsentrasi pada Prameswari yang tak dapat menutupi rasa terkejutnya. Dalam hati ia membatin, 'Kenapa tiba-tiba Mbak Honey bertanya seperti itu, ada apa?'Prameswari menggeleng-gelengkan kepala. "Nggak Mbak, Mytha nggak tahu. Enggg tapi menurut Mytha, Mbak Honey nggak nakal, kok. Mbak Honey baik, kok. Baik banget malah."Penuh sayang, Mbak Honey mencuil pipi Prameswari. "Hehehehe … Bisa aja nih, adek Mbak yang cantik kayak embun pagi?"Karena Mbak Honey mengembalikan pandangan ke kaca jendela, Prameswari pun melakukan hal yang sama. Menembus kaca jendela dengan kata bulat besar dan beningnya yang mulai terasa hangat. Terharu sekali

  • PRAMESWARI    Kesempatan Emas Untuk Prameswari

    Prameswari masih terlihat lemas di tempat tidur tapi tetap saja menggambar senyum tipis yang manis begitu tahu kalau Yuka datang menjenguknya. "Yuka … Kangen banget, tahu?"Tanpa basa basi dalam bentuk apa pun lagi, Yuka mendekati tempat tidur Prameswari. Menarik kursi tunggu dan menghempaskan tubuh langsingnya seolah-olah itu kasur empuk. Tak dirasakan lagi, bagaimana tulang ekornya terasa berdenyut saat itu terpenting bisa segera memeluk sahabat dekatnya. Ya, walaupun belum berani memeluk erat-erat seperti biasa, sih. Karena kan, luka bekas operasi di perut Prameswari masih belum sembuh. Masih belum dilepas pun perbannya. Alhasil, hanya pelukan pelepas rindu sajalah yang tercipta. Itu pun sudah sangat pantas untuk disyukuri. Sebab bagaimanapun Allah masih memberikan keselamatan pada Prameswari. Jika tidak?"Maaf,

  • PRAMESWARI    Wanita Ke Dua

    To: Prameswari Shalihatun NisaAssalamu'alaikum Warrahmatullahi WabarakatuhIzinkan saya, Hayyina Khansa memilih engkau untuk menjadi pendamping hidup suami saya, Eiden Malik. Jika engkau bersedia menerima apa yang menjadi maksud dan tujuan saya ini, tolong segera memberi kabar di nomor chat room ini: 082 … 272 atas nama Hayyina Khansa.Demikian surat ini saya tulis karena Allah Ta'ala. Semoga Allah memudahkan dan memberkahi setiap urusan kita. Aamiin Yaa Allah.Assalamu'alaikum Warrahmatullahi WabarakatuhFrom: Hayyina KhansaLagi dan lagi, Prameswari membaca surat dari Mbak Hayyina. Surat pina

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status