Beranda / Romansa / PRAMESWARI / Sosok Serba Hitam

Share

Sosok Serba Hitam

last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-10 19:02:02

Pyaaarrr! 

Prameswari terkejut dan terbangun, demi mendengar suara kaca pecah di lantai bawah. Tanpa berkata-kata, dia segera mengambil jilbab yang ia gantungkan di kepala tempat tidur. Satu jurus kemudian, Prameswari memakainya sambil setengah berlari ke luar kamar. Dalam hatinya bertanya-tanya, 'Jam berapa ini, kenapa Mbak Honey belum pulang juga? Itu, pintu kamarnya masih terbuka?' 

Tap, tap, tap! 

Dengan perasaan tak menentu, Prameswari berderap menuruni tangga. Siiirrr dug, dug, duuuggg!  Begitulah yang ia rasakan sekarang, demi melihat kaca jendela depan yang sudah hancur berkeping-keping dan berserakan di lantai. Sejenak, meskipun dicengkeram ketakutan, Prameswari mengedarkan pandangan ke sekeliling terutama luar jendela. Sepi. Nggak ada siapa-siapa. Mobil Mbak Honey juga belum ada di teras. Berarti benar, dia belum pulang. 

Oleh karenanya, benak Prameswari semakin kacau balau sekarang. Sekacau Aceh yang tergulung Tsunami. Hatinya meradang, 'Siapa yang sudah tega melakukan ini pada Mbak Honey yang berhati Malaikat?' 

Tap, tap, tap! 

Gadis ayu alami berkulit putih susu itu berjalan ke wastafel yang terletak di samping ruang tamu. Tepatnya, di seberang kaca jendela yang sudah hancur lebur dan berserakan di lantai itu tadi. Niat hati mau menggosok gigi dan membasuh wajah, biar lebih segar namun tiba-tiba terhenti. Sorot mata bundar besarnya menangkap sosok berpakaian serba hitam berdiri di samping jendela. Wajahnya ditutup dengan kain, sehingga hanya terlihat kedua matanya. Tentu, level ketakutan di hati Prameswari meningkat pesat.

Siiirrr dug, dug, duuuggg! 

'Ya Allah, Ya Rahman, Ya Rahim … Astaghfirullahaladhim?' dalam hati yang dijejali oleh berjuta perasaan yang tak terjemahkan, Prameswari terus memanggil Allah. Memohon penjagaan dan perlindungan. Pasrah, dia hanya bisa pasrah. 

'Ya Malik, Ya Quddus, Ya Salam!' panggil hatinya lagi sambil merintikkan air mata. 

Sekarang, Prameswari merendahkan tubuh tinggi semampainya dan merangak, menuju kolong meja makan bundar besar yang dirasa bisa dijadikan tempat berlindung. Lirih, nyaris tak terdengar bahkan oleh telinganya sendiri, "Ya Mukmin, Ya Muhaimin. A'udzubillahi minasysyaithanirrajim?" 

Dug tap, tap, tap! 

Betapa terkejutnya Prameswari, ketika baru saja duduk memeluk lutut, mendengar suara langkah kaki yang berjingkat-jingkat di sekitar meja makan. Kontan, detak jantungnya berdegup lebih kencang dari genderang mau perang. Menyakitkan, menyesakkan. Dia berpikir, mungkin inilah balasan yang harus ia dapatkan karena sudah melawan Abah. Karena sudah menyakiti hati Ummi … Membuat Abang marah, meninggalkan Mas Eiden … Semuanya. Terutama karena sudah dua kali menampakkan auratnya saat membantu Mbak Honey di kafe. Oh, ooohhh, perasaan Prameswari tak tergambarkan lagi sekarang. 

Tap, tap, tap!

Sosok menakutkan itu berjalan mendekati meja makan, berhenti di dekatnya dan berdiri lama di sana. Entah, apa yang dilakukannya. Jangan tanyakan lagi, bagaimana takutnya Prameswai! Jantungnya kesemutan dan napasnya mulai memburu, tersengal-sengal yang justru mengundang perhatian si sosok serba hitam itu. Lihatlah, dia membungkuk dan melongok ke dalam kolong meja yang terlindungi oleh taplak meja. 

Slap, kreeeseeek! 

Sosok menakutkan itu menyingkap taplak plastik yang menjuntai panjang, menciptakan rasa hilang dan musnah dengan sempurna dalam diri Prameswari. Siiirrr dug, dug, duuuggg … Plaaasss! Prameswari sama sekali nggak menyangka kalau bersamaan dengan peristiwa paling menakutkan itu, terdengar deru mesin mobil Mbak Honey memasuki halaman rumah. Sontak, si sosok serba hitam itu berlari keluar tanpa melontarkan sepatah kata pun. Prameswari menghela napas panjang karena lega lalu karena merasa tak berdaya lagi, dia menangis tertahan. Dalam hati dia menjerit, 'Ummi, Abah … Wari minta maaf Mi, Bah!'

"Ya Allah!" Mbak Honey berseru tercekat begitu turun dari mobil dan mendapati kaca jendelanya yang seremuk rempeyek terlindas ban mobil, "Mytha? Ya Allah, Mytha!"

Panik dan takut, Mbak Honey berlari ke dalam rumah, memanggil-manggil  Mtyha. Mencarinya ke kamar yang terletak di lantai dua lalu berderap turun lagi. Hatinya hancur, karena nggak berhasil menemukan Mytha. Sekarang, Mbak Honey menelepon Ibu, pemilik rumah kontrakan dan melaporkan apa yang terjadi. Dia merasa, ini sudah di luar kapasitasnya sebagai pengontrak. Sejujurnya, Mbak Honey dicekam ketakutan karena nggak juga menemukan Mytha padahal sudah mencarinya ke seluruh penjuru rumah. Kamar mandi, sampai gudang tapi hasilnya nol besar. Mbak Honey benar-benar dicekam ketakutan sekarang. Takut, kalau ternyata ada seseorang yang sudah menculiknya. Lebih takut lagi, ketika mengingat kejadian yang menimpa Myta tempo hari. Banyak kemungkinan yang menjejali benak Mbak Honey saat ini. Salah satunya, seseorang sudah menguntitnya semenjak kabur dari rumah dan sekarang, memanfaatkan situasi di saat Mytha berada di rumah sendiri. 

"Myhtaaa!" panggil Mbak Honey penuh rasa khawatir, "Kamu di mana, Thaaa? Ini Mbak, Thaaa!" 

Oooh, akhirnya air mata Mbak Honey tumpah juga. Sedih, takut dan perasaan bersalah campur aduk menjadi satu. Sebongkah besar penyesalan mengisi palung hati terdalamnya, 'Bodohnya aku, harusnya nggak ninggalin Mytha sendirian di rumah. Ya Alah, tolong lindungi Mytha. Kasihan dia, sudah menjadi korban keegoisan orang tuanya!'

***

Mbak Honey sedang menunggu Ibu di ruang makan, ketika tiba-tiba dia merasakan ada sesuatu yang bergerak di kolong meja. Segera, tanpa berpikir panjang, dia menyingkap taplak plastik yang menjuntai panjang. Duaaarrr! Perasaan Mbak Honey seperti tersambar petir di tengah hari yang terik, begitu menyadari kalau sesuatu yang bergerak itu tadi Prameswari. Dia, adik angkat yang sangat disayanginya itu terjatuh lemas, tak sadarkan diri. 

"Ya Allah, Mytha?" seru Mbak Honey panik, "Mytha? Ya Allah, Tha!"

Bersamaan dengan itu, datanglah Ibu yang langsung histeris demi melihat keadaan rumahnya. Wajah paruh bayanya langsung membiru lucat, berkeringat dan sekarang terduduk lemas di lantai. Untung, Mbak Honey sigap membantu, kalau nggak?  

"Ibu, kita yang sabar ya, Bu?" kata Mbak Honey sebelum akhirnya menuangkan air putih di gelas gagang untuknya, "Ini, diminum dulu, Bu. Biar lebih tenang." 

Ibu mengangguk, menerima segelas air putih dari Mbak Honey dan langsung meneguknya sedikit demi sedikit dengan tangan yang bergetar. Matanya nanar, melihat kaca jendela yang hancur berkeping-keping dan berserakan di lantai. Baginya, nggak apa-apa kalau harus mengganti kaca yang baru, tapi ada apa sebenarnya?  Apa yang terjadi? Sejujurnya, Ibu khawatir dan takut. Dia juga memikirkan keselamatan Mbak Honey dan Prameswari. Karena mereka kan membayar mahal untuk bisa tinggal di rumah yang dikontrakannya ini. Artinya, keamanan dan kenyamanan mereka berdua sudah menjadi tanggung jawabnya. 

"Bu, bisa minta tolong, Bu?" pinta Mbak Honey beberapa detik kemudian sambil mendorong meja makan ke depan, "Mytha pingsan di kolong meja, Bu!" 

Tanpa berkata-kata, Ibu langsung berdiri dan berjalan mendekati Mbak Honey, menyingkap taplak meja. Tanpa bisa dicegah, Ibu menjerit histeris melihat wajah pucat Prameswari. Ibu benar-benar takut sekarang, takut kalau sampai terjadi apa-apa dengannya. Dalam hatinya yang nyaris rontok, Ibu berdoa, semoga Prameswari lekas sadarkan diri.

"Kita angkat ke sofa saja, Mbak Honey?" usul Ibu sambil memeriksa denyut nadi Prameswari, "Alhamdulillah, dia hanya pingsan, Mbak Honey. Pasti Mytha ketakutan banget, tadi?" 

Mbak Honey mengangguk, menyeka air mata yang mengalir hangat di pipi dan menguatkan diri untuk bersama-sama Ibu mengangkat tubuh Prameswari, "Iya Bu, di sofa saja dulu …!"

Pemandangan menyedihkan itu berlangsung hingga beberapa menit ke depan. Hingga Prameswari sadar dan bisa mengingat dengan jelas, semua yang terjadi tadi. Baik Ibu dan Mbak Honey sama-sama terlihat lega sekarang dan bergantian memeluk Prameswari. Pelukan kasih sayang. 

Siapakah sebenarnya sosok serba hitam itu tadi?

Benarkah dia ingin menculik Prameswari? 

Bab terkait

  • PRAMESWARI    Pindah Rumah

    Dengan berat hati, Giga menjalankan apa yang diminta Peony tadi malam. Apakah itu? Mencari bayi yang bisa diadopsi di panti asuhan sebagai anak pancingan. Sebenarnya, bukan satu atau dua orang yang memberikan saran seperti itu pada mereka tapi entah mengapa, hati Giga kurang sreg. Rasa hatinya nggak enak. Masa, mengangkat anak hanya karena ingin mendapatkan momongan? Berarti, nggak tulus, dong?Selain pemikiran yang seperti itu, Giga juga ragu-ragu. Apakah Peony benar-benar mau dan mampu mengurus bayi? Sedangkan terhadap anak-anak kecil di sekitar rumah saja, dia kelihatan nggak suka. Jangankan beramah-tamah atau berlemah-lembut? Melihat anak-anak tetangga numpang bermain di halaman rumah saja sudah heboh. Ini lah, itu lah. Begini lah, begitu lah. Pokoknya, jauh Panggang dari api. Ah, pikiran Giga semakin semrawut sekaran

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-12
  • PRAMESWARI    Keraguan Prameswari

    Mbak Honey sudah berangkat ke kafe sejak setengah jam yang lalu dan sekarang Prameswari sedang membaca memo yang tadi diberikannya. Entah mengapa, mata Prameswari berkaca-kaca, mengembun dan nyaris tumpah ketika membaca baris demi baris catatan Mbak Honey. Apakah karena catatan itu mampu mengingatkannya pada Ummi, Abah dan juga Abang di rumah? Ataukah Mas Eiden yang selama ini mengisikan manisnya rasa cinta ke dalam ceruk hati terdalamnya? Ah, atau Meyka dengan segala kebohongannya? Mungkin, mungkin semuanya karena raut wajah Prameswari terlihat begitu sendu, perlahan-lahan menjadi gelap. Selayaknya langit biru yang tersaput hitamnya mendung.Dear Mytha,Mbak minta tolong, ya?

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-14
  • PRAMESWARI    Keputusan Hati Prameswari

    Sunyi. Sepi. Seolah-olah nggak berpenghuni.Itulah yang dirasakan Prameswari ketika kedua kakinya yang gemetar melangkah ke luar gudang menuju dapur. Perlahan-lahan, dengan sangat hati-hati, dia terus melangkah ke sana. Hanya ada satu hal yang mengisi benaknya saat ini, dia harus segera pergi dari rumah kontrakan Mbak Honey. Sesegera mungkin karena inilah kesempatan emas itu. Kesempatan yang sudah dinantikannya sejak tadi pagi, berjam-jam. Perjuangan yang nggak mudah dan terasa begitu panjang, dalam deraan kegelisahan, ketakutan dan kebingungan. Menahan haus dan lapar yang nggak sedikit, hingga perutnya melilit sakit.Dia yakin sekarang, Mbak Honey sudah pergi karena tadi sekitar dua menit yang lalu, terdengar suara mobilnya b

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-16
  • PRAMESWARI    Pelajaran Berharga Untuk Peony

    Di dalam mobil, sepulangnya dari panti asuhan Mutiara Jiwa di Jalan Godean, Giga tercenung untuk beberapa saat lamanya. Benar, apa yang dikatakan pemilik panti itu memang benar adanya. Kalau dia dan Peony bersungguh-sungguh mau mengadopsi anak, harus dengan niat dan perjuangan yang ikhlas Lillahita'ala. Bukan karena ingin mendapatkan momongan yang terlahir dari benih cinta mereka semata-mata. Kalaupun akhirnya Allah memberikan kepercayaan untuk mereka memiliki anak, itu bonus. Sudah sedari dulu Giga memahami akan hal itu.Lalu, masalah apa yang telah membuatnya tercenung? Karena Peony memiliki pemahaman yang bertolak belakang darinya. Menurut Peony, yang namanya anak pancingan, ya berarti harus difungsikan sebagaia pancing. Dipelihara dengan baik tapi tetap dijadikan pancing. Jadi, ya, hanya sebatas itu. Nggak lebih

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-19
  • PRAMESWARI    Eiden Malik

    Dengan kebahagiaan yang bermekaran di taman hati, Mbak Honey memarkir mobil di depan rumah bercat merah bata yang terletak di antara mini market Murah Jaya dan rumah makan padang Masakan Bundo. Rumah tiga lantai yang terlihat bersih, terawat dan mewah, istana Mbak Honey hasil dari jerih payahnya mengelola keuntungan dari Honey Karaoke and Cafe. Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Itulah peribahasa yang menjadi pelajaran berharga sekaligus prinsip hidupnya selama ini. Benar baginya, usaha dan kerja keras takkan pernah mengkhianati hasil. Meskipun hasil akhirnya tetap Allah yang punya kuasa, tapi usaha dan perjuangan itu sesuatu yang mutlak, bukan? Sebisa mungkin, semampunya.Sejenak, wanita cantik dengan rambut ikal sebahu itu memandangi Prameswari yang tertidur lelap di sebelahnya sambil memeluk Tata, bone

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-22
  • PRAMESWARI    Antara Harapan dan Kenyataan

    Semenjak berteman dengan Mas Eiden di facebook, Prameswari terlihat lebih bersemangat menjalani hari demi hari. Sebenarnya banyak chat yang masuk di messenger dari orang-orang terdekat dalam hidupnya, tapi diabaikannya. Tak sedikit pun terbersit dalam hati Prameswari, niat untuk membalas chat mereka, entah mengapa. Padahal jauh di lubuk hatinya, tercipta sebentuk rasa bahagia, haru sekaligus rindu, karena merasa telah mendapatkan perhatian yang begitu besar dari keluarganya di Al-Hidayah. Tetapi, di sisi yang lain, Prameswari nggak ingin balasannya nanti justru menjadi bumerang untuk dirinya sendiri. Karena bisa jadi, Abah dan Ummi masih terus menyebar orang-orang kepercayaan untuk mencari dan menemukannya. Membawa pulang dan tetap memaksanya menikah dengan Ustadz Rayyan. Tentu saja Prameswari nggak menginginkan hal paling pahit dan menyakitkan itu terjadi dalam hidupnya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-23
  • PRAMESWARI    Hati Tak Pernah Berdusta

    Di meeting room yang masih sepi, Giga terlihat semrawut. Kesemrawutan yang bisa dikatakan langka dalam hidupnya, jika sedang berada di lingkungan kantor atau di depan umum. Giga bukan model orang yang suka menunjukkan suasana hati atau permasalahan pribadi. Giga Daneswara, pribadi yang meng-copy paste filosofi sebatang lilin. Rela meleleh, mencair dan habis untuk menerangi sekitar.Apa yang membuat Giga semrawut di pagi yang cerah dengan cahaya matahari menyiram penuh? Peony. Ya, Peony-lah yang telah mengacak-acak seluruh suasana hati yang telah mati-matian di susun dalam waktu separuh malam terakhir tadi. Pagi-pagi sekali, Peony sudah menyerangnya dengan mempertanyakan masalah sikapnya yang mendadak dingin dan beku. Sebenarnya Giga sudah memberikan alasan dengan keterangan lengkap, selengkap buku skripsi tapi Peony

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-24
  • PRAMESWARI    Ladies Companion

    Gemetar, Prameswari menerima KTP barunya yang disodorkan Mbak Honey dengan senyumnya yang khas, ramah dan hangat. Dalam hatinya bermunculan perasaan terkejut, takjub sekaligus takut yang sama besarnya. Bergumul menjadi satu, menciptakan sebentuk pemberontakan tak kasat mata yang begitu dahsyat. Dengan rembesan air hangat dari pelupuk matanya yang pedih, dia memandangi kartu mungil yang selanjutnya akan menjadi kartu identitasnya, seumur hidup. Dalam hati yang nyaris habis tergerus oleh konfliknya dengan Abah, dia membaca deret demi deret tulisan yang tertera di sana.Nama: Paramitha AngelinaTempat Tanggal Lahir: Yogyakarta, 31 Desember 2003Jenis Kelam

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-26

Bab terbaru

  • PRAMESWARI    Demi Allah, Cinta dan si Buah Hati

    "Neng Wari, sekarang kamu sudah sah menjadi istri Ustadz Rayyan." Abah memegangi kedua pundak Prameswari. "Abah bermaksiat kepadamu, jadilah istri yang shalihah ya, Neng Wari? Taatilah suamimu, jangan kecewakan hatinya. Semoga Allah menjadikan kalian keluarga yang sakinah, mawaddah, warrahmah dan barakah."Tak urung jua, air mata Abah merembes hangat. Menetes-netes deras, selayaknya gerimis sehingga Prameswari tersentuh keharuan yang begitu mendalam. Tak terasa, tangisnya pun merebak. Membuncah tumpah ruah dalam pelukan kasih sayang Abah."Neng Wari, sudah Neng." ucap Abah lirih, sembari melepaskan pelukannya, "Abah yakin, ini yang terbaik dari Allah untuk kamu. Insya Allah Ustadz Rayyan hamba yang shalih dan amanah, Neng. Kamu tak perlu khawatir. Ada Allah yang akan selalu menjaga dan melindungi kamu. Ingat ya Neng, kalau kamu

  • PRAMESWARI    Ustadz Lapuk is Back

    "Wa Wari!" Audry memanggil dengan suara parau, "Tunggu, Wari?"Prameswari menghentikan langkah, memutar setengah badan menghadap Audry. "Ya, Audry?"Prameswari berusaha menggambar senyum untuk sahabat baik sekaligus Ummi barunya itu, menghalau rasa sesak yang memaksa masuk ke dalam rongga dada. Ini bukan kesalahan Audry, bukan. Siapa yang punya kuasa untuk mengusik kehendak Allah? Berat seperti apa pun, Prameswari mengharuskan diri untuk bisa menerima Audry sebagai umminya. Toh, selama ini mereka sudah bersahabat baik, bukan? Tak ada hal yang perlu disangsikan lagi. Satu lagi, Ummi sudah tenang dan bahagia di alam sana. Tak ada kaitan apa-apa lagi dengan kehidupan dunia."Wa Wari sudah makan?" tanya Audry penuh perhatian, "Maaf ya, tadi aku eh Ummi diajak Abah ke

  • PRAMESWARI    Ummi Baru Untuk Prameswari

    "Syukurlah, suhu tubuh kamu sudah mulai normal, Yuka!" Prameswari memberi tahu sahabat dekatnya itu sembari menggambar senyum simpul gembira, "Kami khawatir banget tahu, semalam?" sebagai pemanis rasa syukur, Prameswari mencubit kecil pinggang Yuka. Gadis berdarah Jepang - Indonesia itu pun meringis kesakitan, namun tawa lirihnya terdengar melegakan."Duh, makasih ya Wari?" ungkap Yuka dengan mata berkaca-kaca merah, "Audry juga. Eh ke mana dia, Wari? Oooh, ehem ehem baru siap-siap ya? Nanti malam kan, ada yang mau datang. Hihihi … Wari, kita harus cepet-cepet nyari kado spesial nih, buat si Calon Pengantin?"Audry pura-pura marah dan menjerit menja dari balik gorden pembatas kamar, "Iiihhh, Yuka!"Bukan Yuka namanya kalau tidak malah tertawa cekikik

  • PRAMESWARI    Memaafkan Karena Allah

    "Ning Wari?" tak ada lagi keberanian yang tersisa dalam diri Evan, meskipun hanya untuk sekadar mengangkat wajah. Hanya bisa menunduk malu oleh karena perbuatan jahatnya pada Prameswari dulu.Sebenarnya Prameswari sempat ragu untuk menyapa Evan, tetapi akhirnya terucap juga dari mulutnya yang kering dan pahit. "Evan!"Resmilah sudah, itu adalah sapaan pertama Prameswari untuk Meyka palsu setelah pertemuan singkat mereka di Al-Hidayah beberapa bulan yang lalu. Pertemuan singkat yang mampu mengungkap segala tindak kejahatan Evan. Lebih tepatnya setelah Abang menjebloskannya ke dalam penjara."Apa kabar kamu, Evan?" Prameswari bertanya sambil menarik pandangan turun ke lantai ruang pengunjung nara pidana. Tercekat lagi kerongkongannya sehingga hanya itu yang m

  • PRAMESWARI    Jodoh Yang Mendekat

    Dari tempatnya berdiri, tak jauh dari rak buku di belakang Prameswari, Ustadz Rayyan menatap malu-malu. Dia hanya mengambil hak pandangan pertamanya, lalu menunduk lagi setelah itu. Membaca baris-baris kalimat yang tertulis dengan apik dan rapi di buku motivasi yang ingin dibelinya nanti.Tak pernah menyangka sebelumnya, kalau di sore yang gerimis ini, akan bertemu dengan Prameswari, sungguh. Jangankan berharap, sedangkan untuk sedikit memikirkan pun Ustadz Rayyan tak memiliki cukup keberanian. Sampai detik ini, semenjak tragedi perjodohan yang ditawarkan Abah dulu, sebisa mungkin dia melupakannya.Pasrah. Menyerahkan urusan itu pada Allah. Terlebih setelah menyadari kalau Prameswari mengalami sesuatu yang bernama amnesia atau hilang ingatan. Dia selalu berjuang untuk mengutuhkan tawakal dalam dada. Percaya sepenuhnya, kalaulah

  • PRAMESWARI    Kecewa dan Terluka Lagi

    "Wari!" Yuka memanggil dari balik gorden yang membatasi kamar mereka, "Kamu sudah tidur belum, Wari?"Sebenarnya Wari sudah mengantuk tapi karena Yuka memanggil, dia kembali duduk di tepi tempat tidur. Memandang ke arah tempat tidur Yuka sambil memeluk selimut yang masih terlihat rapi."Ada apa, Yuka?" Prameswari bertanya dengan memelankan suara, takut mengganggu Audry. Di antara mereka bertiga, Audry-lah yang memiliki jam tidur paling awal."Aku boleh ke kamarmu, sebentar?" Yuka balik bertanya membuat Prameswari tersenyum geli."Boleh," sahut Prameswari dengan dahi berkerut. Selama mereka menuntut ilmu di AISYAH baru kali ini Yuka seperti ini. Biasanya, menunggu pagi dulu baru menemui Prameswari. Kecual

  • PRAMESWARI    Menjaga Amanah Mbak Honey

    "Mytha," Mbak Honey memanggil lembut dan manja, "Kamu tahu nggak kenapa Mbak nakal?" kali ini Mbak Honey mengalihkan seluruh pandangan dan konsentrasi pada Prameswari yang tak dapat menutupi rasa terkejutnya. Dalam hati ia membatin, 'Kenapa tiba-tiba Mbak Honey bertanya seperti itu, ada apa?'Prameswari menggeleng-gelengkan kepala. "Nggak Mbak, Mytha nggak tahu. Enggg tapi menurut Mytha, Mbak Honey nggak nakal, kok. Mbak Honey baik, kok. Baik banget malah."Penuh sayang, Mbak Honey mencuil pipi Prameswari. "Hehehehe … Bisa aja nih, adek Mbak yang cantik kayak embun pagi?"Karena Mbak Honey mengembalikan pandangan ke kaca jendela, Prameswari pun melakukan hal yang sama. Menembus kaca jendela dengan kata bulat besar dan beningnya yang mulai terasa hangat. Terharu sekali

  • PRAMESWARI    Kesempatan Emas Untuk Prameswari

    Prameswari masih terlihat lemas di tempat tidur tapi tetap saja menggambar senyum tipis yang manis begitu tahu kalau Yuka datang menjenguknya. "Yuka … Kangen banget, tahu?"Tanpa basa basi dalam bentuk apa pun lagi, Yuka mendekati tempat tidur Prameswari. Menarik kursi tunggu dan menghempaskan tubuh langsingnya seolah-olah itu kasur empuk. Tak dirasakan lagi, bagaimana tulang ekornya terasa berdenyut saat itu terpenting bisa segera memeluk sahabat dekatnya. Ya, walaupun belum berani memeluk erat-erat seperti biasa, sih. Karena kan, luka bekas operasi di perut Prameswari masih belum sembuh. Masih belum dilepas pun perbannya. Alhasil, hanya pelukan pelepas rindu sajalah yang tercipta. Itu pun sudah sangat pantas untuk disyukuri. Sebab bagaimanapun Allah masih memberikan keselamatan pada Prameswari. Jika tidak?"Maaf,

  • PRAMESWARI    Wanita Ke Dua

    To: Prameswari Shalihatun NisaAssalamu'alaikum Warrahmatullahi WabarakatuhIzinkan saya, Hayyina Khansa memilih engkau untuk menjadi pendamping hidup suami saya, Eiden Malik. Jika engkau bersedia menerima apa yang menjadi maksud dan tujuan saya ini, tolong segera memberi kabar di nomor chat room ini: 082 … 272 atas nama Hayyina Khansa.Demikian surat ini saya tulis karena Allah Ta'ala. Semoga Allah memudahkan dan memberkahi setiap urusan kita. Aamiin Yaa Allah.Assalamu'alaikum Warrahmatullahi WabarakatuhFrom: Hayyina KhansaLagi dan lagi, Prameswari membaca surat dari Mbak Hayyina. Surat pina

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status