Di meeting room yang masih sepi, Giga terlihat semrawut. Kesemrawutan yang bisa dikatakan langka dalam hidupnya, jika sedang berada di lingkungan kantor atau di depan umum. Giga bukan model orang yang suka menunjukkan suasana hati atau permasalahan pribadi. Giga Daneswara, pribadi yang meng-copy paste filosofi sebatang lilin. Rela meleleh, mencair dan habis untuk menerangi sekitar.
Apa yang membuat Giga semrawut di pagi yang cerah dengan cahaya matahari menyiram penuh? Peony. Ya, Peony-lah yang telah mengacak-acak seluruh suasana hati yang telah mati-matian di susun dalam waktu separuh malam terakhir tadi. Pagi-pagi sekali, Peony sudah menyerangnya dengan mempertanyakan masalah sikapnya yang mendadak dingin dan beku. Sebenarnya Giga sudah memberikan alasan dengan keterangan lengkap, selengkap buku skripsi tapi Peony
Gemetar, Prameswari menerima KTP barunya yang disodorkan Mbak Honey dengan senyumnya yang khas, ramah dan hangat. Dalam hatinya bermunculan perasaan terkejut, takjub sekaligus takut yang sama besarnya. Bergumul menjadi satu, menciptakan sebentuk pemberontakan tak kasat mata yang begitu dahsyat. Dengan rembesan air hangat dari pelupuk matanya yang pedih, dia memandangi kartu mungil yang selanjutnya akan menjadi kartu identitasnya, seumur hidup. Dalam hati yang nyaris habis tergerus oleh konfliknya dengan Abah, dia membaca deret demi deret tulisan yang tertera di sana.Nama: Paramitha AngelinaTempat Tanggal Lahir: Yogyakarta, 31 Desember 2003Jenis Kelam
Gemetar, Prameswari membaca ulasan tentang Ladies Companion. Wanita yang bekerja melayani tamu di kafe-kafe. Tapi karena sebagian besar Ladies Companion ini bekerja di kafe-kafe yang buka di malam hari, sering kali disalah artikan. Dianggap sebagai wanita malam. Padahal, pekerjaan mereka ya hanya melayani tamu atau pengunjung kafe."Subhanallah! Jadi, itu artinya Ladies Companion?" gumam Prameswari dengan perasaan lega, "Tapi, kenapa harus berpakaian seperti itu, ya? Memangnya nggak bisa ya, memakai hijab?"Lagi, Prameswari membaca ulasan-ulasan tentang Ladies Companion dengan kebingungan yang bertambah besar. Mengapa kemudian banyak yang beranggapan kalau Ladies Companion itu wanita malam? Karena pernah ada kasus, seorang LC
Tiba-tiba, hati Prameswari bergejolak. Padahal Honey Karaoke and Cafe sudah berada di depan mata. Tinggal beberapa detik lagi, mereka akan segera sampai di pelataran parkir. Dia merasa ada yang salah dengan keputusan yang telah diambilnya. Salah besar tapi nggak tahu, apa? Sejenak, hatinya menduga-duga dengan segenap perasaan pedih yang mendera. 'Salahku, karena nggak jadi melarikan diri dari rumah kontrakan Mbak Honey. Oh, nggak. Salahku, yang pasti, karena nekat pergi. Iya, kan?'Mbak Honey menepuk-nepuk lutut Prameswari yang terlihat putih mulus tanpa setitik noda dan tersenyum simpul, "Sudah sampai!"Di tempat duduknya, Prameswari terlihat seperti seseorang yang jiwanya terbagi menjadi tujuh. Satu si sini, satu di Tangeran
"Kamu jahat Wari, kamu sudah jadi anak durhaka!""Kamu jahat Wari, sampqi hati kamu tinggalkan Abah dan Ummi!""Kamu jahat, Wari! Lihatlah, abah dan ummimu sakit keras!""Abangmu juga jadi susah, mencari kamu sampai ke seluruh pelosok negeri. Tidakkah kamu tahu?""Gara-gara kamu, semua orang jadi susah! Apa yang sudah merasuki hatimu Wari, apa yang sudah meracuni otakmu, ha?""Bisa-bisanya kamu tersenyum dan tertawa, seolah-olah nggak pernah terjadi apa-apa!"
Gemetar karena menahan marah, Peony mengangkat voice call dari Giga. Malam ini, lagi-lagi dia terlambat pulang, sama seperti tiga malam sebelumnya membuat Peony semakin uring-uringan. Tentu saja, dia merasa semakin kesepian. Biasanya, sepulang Giga dari kantor, mereka makan malam bersama lalu duduk-duduk santai sambil menonton film atau video-video lucu di ruang keluarga. Nah, kalau Giga pulang sampai larut malam, otomatis semuanya buyar. Nggak mungkin kan, mereka begadang semalam suntuk hanya untuk menonton fim atau video? Wah, bisa-bisa keesokan paginya mereka berantakan kacau balau."Ya, Mas?" bersungut-sungut, Peony menyapa Giga yang sudah menunggunya di teras, menunggu dibukakan pintu, "Gimana, Mas?""Kamu gimana sih Dek, aku s
Di depan Instalasi Rawat Darurat sebuah rumah sakit swasta ternama di Yogyakarta, Mbak Honey terlihat sangat kecewa, karena Giga nggak memberikan tanggapan baik atas apa yang menjadi kepentingan daruratnya sekarang. Bahkan, nggak berusaha untuk mencari tahu apa yang terjadi. Dengan chat, misalnya. Malah, ketika Mbak Honey meneleponnya lagi, ponselnya sudah nggak aktif. Chat-nya juga checklist dan yang membuatnya merasa aneh, SMS pun nggak ada notifikasi delivered. Padahal, Giga sendiri yang meminta padanya untuk segera menghubungi kalau ada hal-hal yang bersifat darurat. Tapi ini, sekarang ini, di saat Mbak Honey benar-benar membutuhkan bantuan dia malah mengingkari ucapannya sendiri. Batin Mbak Honey memprotes sakit, 'Mana yang katanya walaupun sudah menikah, dia tetap menyediakan dua puluh empat jam penuh waktunya untukku? Mana yang katanya aku tetap menjadi prioriatas tertingginya? Giga bohong, jahat!'
Betapa terkejutnya Giga ketika membaca semua chat Mbak Honey di kantor, keesokan harinya. Sama sekali nggak menyangka kalau ternyata separuh jiwanya itu tengah terhempas badai permasalahan yang luar biasa besarnya. Tanpa berpikir panjang dan berliku-liku, Giga segera mengemasi tas kerja dan berpamitan pada Irfan, kalau pagi ini dia ada meeting penting dengan klien baru. Tentu saja, Irfan hanya bisa memasang sikap percaya dan patuh pada pimpinannya itu. Bagaimanapun, Giga 1000 lah mata air kehidupannya. Jadi, jangankan harus menggantikan Giga untuk memberikan briefing kepada seluruh karyawan, andai harus membersihkan semua kamar mandi pun dia rela. Terpenting, kepercayaan Giga padanya tetap terjaga dengan baik, begitu juga dengan uangnya, mengalir deras sebagai bonus tambahan. Nah, yang ke dua itu intinya. Namanya juga Irfan sang pemburu bonus dan tiket tutup mulut. Hehe.
"Mbak Honey," panggil Giga dengan suara bergetar dan napas terengah-engah, "Gimana, Mbak? Ada apa, apa yang sebenarnya terjadi?"Dengan langkah gontai, Giga mendekati Mbak Honey yang menangis tersedu-sedu di depan ruang Intensive Care Unit, menyentuh pundaknya yang terguncang-guncang, "Mbak Honey!"Baru kali ini Giga melihat Mbak Honey hancur berkeping-keping, seperti toples kaca yang terjatuh dari puncak rak piring, sehingga hatinya pun ikut hancur. Bagaimana tidak? Selama ini dia hanya menginginkan kebahagiaan untuk Mbak Honey, sang Kekasih Sejati. Meskipun sudah diberikan Peony sebagai pendamping hidup namun baginya Mbak Honey adalah segala-galanya. Nggak ada satu orang pun yang bisa menggantikan posisi Mbak Honey di hatiny
"Neng Wari, sekarang kamu sudah sah menjadi istri Ustadz Rayyan." Abah memegangi kedua pundak Prameswari. "Abah bermaksiat kepadamu, jadilah istri yang shalihah ya, Neng Wari? Taatilah suamimu, jangan kecewakan hatinya. Semoga Allah menjadikan kalian keluarga yang sakinah, mawaddah, warrahmah dan barakah."Tak urung jua, air mata Abah merembes hangat. Menetes-netes deras, selayaknya gerimis sehingga Prameswari tersentuh keharuan yang begitu mendalam. Tak terasa, tangisnya pun merebak. Membuncah tumpah ruah dalam pelukan kasih sayang Abah."Neng Wari, sudah Neng." ucap Abah lirih, sembari melepaskan pelukannya, "Abah yakin, ini yang terbaik dari Allah untuk kamu. Insya Allah Ustadz Rayyan hamba yang shalih dan amanah, Neng. Kamu tak perlu khawatir. Ada Allah yang akan selalu menjaga dan melindungi kamu. Ingat ya Neng, kalau kamu
"Wa Wari!" Audry memanggil dengan suara parau, "Tunggu, Wari?"Prameswari menghentikan langkah, memutar setengah badan menghadap Audry. "Ya, Audry?"Prameswari berusaha menggambar senyum untuk sahabat baik sekaligus Ummi barunya itu, menghalau rasa sesak yang memaksa masuk ke dalam rongga dada. Ini bukan kesalahan Audry, bukan. Siapa yang punya kuasa untuk mengusik kehendak Allah? Berat seperti apa pun, Prameswari mengharuskan diri untuk bisa menerima Audry sebagai umminya. Toh, selama ini mereka sudah bersahabat baik, bukan? Tak ada hal yang perlu disangsikan lagi. Satu lagi, Ummi sudah tenang dan bahagia di alam sana. Tak ada kaitan apa-apa lagi dengan kehidupan dunia."Wa Wari sudah makan?" tanya Audry penuh perhatian, "Maaf ya, tadi aku eh Ummi diajak Abah ke
"Syukurlah, suhu tubuh kamu sudah mulai normal, Yuka!" Prameswari memberi tahu sahabat dekatnya itu sembari menggambar senyum simpul gembira, "Kami khawatir banget tahu, semalam?" sebagai pemanis rasa syukur, Prameswari mencubit kecil pinggang Yuka. Gadis berdarah Jepang - Indonesia itu pun meringis kesakitan, namun tawa lirihnya terdengar melegakan."Duh, makasih ya Wari?" ungkap Yuka dengan mata berkaca-kaca merah, "Audry juga. Eh ke mana dia, Wari? Oooh, ehem ehem baru siap-siap ya? Nanti malam kan, ada yang mau datang. Hihihi … Wari, kita harus cepet-cepet nyari kado spesial nih, buat si Calon Pengantin?"Audry pura-pura marah dan menjerit menja dari balik gorden pembatas kamar, "Iiihhh, Yuka!"Bukan Yuka namanya kalau tidak malah tertawa cekikik
"Ning Wari?" tak ada lagi keberanian yang tersisa dalam diri Evan, meskipun hanya untuk sekadar mengangkat wajah. Hanya bisa menunduk malu oleh karena perbuatan jahatnya pada Prameswari dulu.Sebenarnya Prameswari sempat ragu untuk menyapa Evan, tetapi akhirnya terucap juga dari mulutnya yang kering dan pahit. "Evan!"Resmilah sudah, itu adalah sapaan pertama Prameswari untuk Meyka palsu setelah pertemuan singkat mereka di Al-Hidayah beberapa bulan yang lalu. Pertemuan singkat yang mampu mengungkap segala tindak kejahatan Evan. Lebih tepatnya setelah Abang menjebloskannya ke dalam penjara."Apa kabar kamu, Evan?" Prameswari bertanya sambil menarik pandangan turun ke lantai ruang pengunjung nara pidana. Tercekat lagi kerongkongannya sehingga hanya itu yang m
Dari tempatnya berdiri, tak jauh dari rak buku di belakang Prameswari, Ustadz Rayyan menatap malu-malu. Dia hanya mengambil hak pandangan pertamanya, lalu menunduk lagi setelah itu. Membaca baris-baris kalimat yang tertulis dengan apik dan rapi di buku motivasi yang ingin dibelinya nanti.Tak pernah menyangka sebelumnya, kalau di sore yang gerimis ini, akan bertemu dengan Prameswari, sungguh. Jangankan berharap, sedangkan untuk sedikit memikirkan pun Ustadz Rayyan tak memiliki cukup keberanian. Sampai detik ini, semenjak tragedi perjodohan yang ditawarkan Abah dulu, sebisa mungkin dia melupakannya.Pasrah. Menyerahkan urusan itu pada Allah. Terlebih setelah menyadari kalau Prameswari mengalami sesuatu yang bernama amnesia atau hilang ingatan. Dia selalu berjuang untuk mengutuhkan tawakal dalam dada. Percaya sepenuhnya, kalaulah
"Wari!" Yuka memanggil dari balik gorden yang membatasi kamar mereka, "Kamu sudah tidur belum, Wari?"Sebenarnya Wari sudah mengantuk tapi karena Yuka memanggil, dia kembali duduk di tepi tempat tidur. Memandang ke arah tempat tidur Yuka sambil memeluk selimut yang masih terlihat rapi."Ada apa, Yuka?" Prameswari bertanya dengan memelankan suara, takut mengganggu Audry. Di antara mereka bertiga, Audry-lah yang memiliki jam tidur paling awal."Aku boleh ke kamarmu, sebentar?" Yuka balik bertanya membuat Prameswari tersenyum geli."Boleh," sahut Prameswari dengan dahi berkerut. Selama mereka menuntut ilmu di AISYAH baru kali ini Yuka seperti ini. Biasanya, menunggu pagi dulu baru menemui Prameswari. Kecual
"Mytha," Mbak Honey memanggil lembut dan manja, "Kamu tahu nggak kenapa Mbak nakal?" kali ini Mbak Honey mengalihkan seluruh pandangan dan konsentrasi pada Prameswari yang tak dapat menutupi rasa terkejutnya. Dalam hati ia membatin, 'Kenapa tiba-tiba Mbak Honey bertanya seperti itu, ada apa?'Prameswari menggeleng-gelengkan kepala. "Nggak Mbak, Mytha nggak tahu. Enggg tapi menurut Mytha, Mbak Honey nggak nakal, kok. Mbak Honey baik, kok. Baik banget malah."Penuh sayang, Mbak Honey mencuil pipi Prameswari. "Hehehehe … Bisa aja nih, adek Mbak yang cantik kayak embun pagi?"Karena Mbak Honey mengembalikan pandangan ke kaca jendela, Prameswari pun melakukan hal yang sama. Menembus kaca jendela dengan kata bulat besar dan beningnya yang mulai terasa hangat. Terharu sekali
Prameswari masih terlihat lemas di tempat tidur tapi tetap saja menggambar senyum tipis yang manis begitu tahu kalau Yuka datang menjenguknya. "Yuka … Kangen banget, tahu?"Tanpa basa basi dalam bentuk apa pun lagi, Yuka mendekati tempat tidur Prameswari. Menarik kursi tunggu dan menghempaskan tubuh langsingnya seolah-olah itu kasur empuk. Tak dirasakan lagi, bagaimana tulang ekornya terasa berdenyut saat itu terpenting bisa segera memeluk sahabat dekatnya. Ya, walaupun belum berani memeluk erat-erat seperti biasa, sih. Karena kan, luka bekas operasi di perut Prameswari masih belum sembuh. Masih belum dilepas pun perbannya. Alhasil, hanya pelukan pelepas rindu sajalah yang tercipta. Itu pun sudah sangat pantas untuk disyukuri. Sebab bagaimanapun Allah masih memberikan keselamatan pada Prameswari. Jika tidak?"Maaf,
To: Prameswari Shalihatun NisaAssalamu'alaikum Warrahmatullahi WabarakatuhIzinkan saya, Hayyina Khansa memilih engkau untuk menjadi pendamping hidup suami saya, Eiden Malik. Jika engkau bersedia menerima apa yang menjadi maksud dan tujuan saya ini, tolong segera memberi kabar di nomor chat room ini: 082 … 272 atas nama Hayyina Khansa.Demikian surat ini saya tulis karena Allah Ta'ala. Semoga Allah memudahkan dan memberkahi setiap urusan kita. Aamiin Yaa Allah.Assalamu'alaikum Warrahmatullahi WabarakatuhFrom: Hayyina KhansaLagi dan lagi, Prameswari membaca surat dari Mbak Hayyina. Surat pina