Beranda / Romansa / PRAMESWARI / Malaikat Penolong

Share

Malaikat Penolong

last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-06 16:41:14

Dalam bus yang sudah berhenti di halte tujuan, Prameswari menguatkan hatinya yang semakin tercabik-cabik, remuk. Bagaimanapun, ini pilihan dan keputusannya, jadi dia melarang diri sendiri untuk terlihat rapuh dan cengeng. Terlebih ketika tiba-tiba bayangan Meyka datang menyelinap ke dalam benaknya. Bayangan sahabat baiknya di facebook itu mengatakan, "Ri, jangan nangis. Ini di depan umum, lho. Bahaya banget, lho. Ingat, banyak orang jahat di sekitarmu! Kamu kan, nggak lagi di pondok pesantren abahmu?" 

Prameswari mengerjap-ngerjapkan matanya yang mulai tergenang air hangat, mati-matian menahan, supaya nggak setetes pun terjatuh. Kini, ketakutan mulai merambati hatinya. Hati yang sebenarnya diguncang oleh keragu-raguan yang begitu besar, bahkan sejak pertama kali melangkahkan kakinya keluar dari rumah. Mengapa dia sampai nekat seperti itu? Karena baginya, menikah dengan Ustadz Rayyan adalah aib. Mau dikemanakan mukanya nanti, jika itu benar-benar terjadi? Teman-temannya pasti akan menghujaninya dengan olok-olokan, setiap hari. Walaupun, mungkin akan jarang-jarang bertemu Karena kegiatan sehari-hari yang tak lagi sama. Semua akan menjadi berbeda, bukan? Tapi tetap saja, Ustadz Rayyan akan menjadi sesuatu yang sangat memalukan dalam hidupnya. Beban yang sangat berat. 

"Mbak, turun di mana, Mbak?" tanya seseorang, mengejutkan sekaligus menapakkannya pada kenyataan, "Ini sudah di halte Condong Catur, Mbak." Terang seseorang yang ternyata kondektur bus, sambil menunjuk ke luar. 

Terkesiap, Prameswari merapikan kerudungnya  yang acak-acakan. Mencangklong tas ransel di pundak sebelah kiri dan dengan canggung, beringsut turun. Gontai, dia berjalan menuruni undak-undakan bus.  Tubuhnya benar-benar ringan sekarang, melayang-layang. Dia berpikir, mungkin seperti inilah rasanya ketika terdampar di luar angkasa.

Jlep, plaaasss!  

Dia baru menyadari sesuatu sekarang, setelah bus berjalan jauh meninggalkannya. Dia merasa sudah salah mengambil keputusan. Salah besar.  Terlebih ketika melihat halte yang sepi, hanya ada seorang petugas di loket pembelian tiket. Satu lagi, petugas keamanan. Apa yang bisa diharapkannya sekarang?  Dimanakah Meyka, sahabat baiknya di facebook itu berada? Batin Prameswari semakin meradang. 

"Meyka di mana, ya?" bisiknya bingung dan pedih pada diri sendiri, "Katanya dia sudah nungguin aku di sini, tadi?" Prameswari semakin bingung dan takut. 

Sementara itu, kelelahan sekaligus kelaparan membuatnya semakin lemas dan gemetar. Pusing, matanya berkunang-kunang. Maklum, selama di perjalanan dari Tangerang ke Yogyakarta, matanya nggak terpejam sama sekali. Itu semua juga karena pesan dari Meyka, "Awas Ri, jangan sampai kamu ketiduran di bus. Tahu kan, maksudku? Kamu bisa diculik dan dibawa lari, terus kita nggak jadi ketemu, and dong? Kamu mau? Mumpung di tempat kerjaanku lagi butuh banyak karyawan baru, nih!"

Otomatis, Prameswari menuruti nasehat Meyka. Menurutnya, Meyka lebih banyak pengalaman tentang dunia luar dibandingkan dirinya yang dua puluh empat jam full hanya tinggal di rumah. Eh, kalau sekolah? Nah, iya, hanya kalau sekolah saja dia bisa ke luar rumah. Selain itu, jangan tanya! Pintu pagar pesantren nggak akan sejari pun terbuka untuknya. 

Tiba-tiba, dalam kondisi yang semakin tak berdaya, Prameswari terpikir untuk mencari Masjid. Iya, dia belum shalat Dhuhur. Eh, nggak shalat Dhuha juga sih, sebenarnya. Hal yang mustahil terjadi jika dia berada di rumah. Jadi, dengan sisa-sisa tenaga yang ada, Prameswari mengambil ponselnya dari dalam tas ransel blue donker yang masih tergantung di pundaknya. Niat hati mau mencari Masjid melalui aplikasi Google Map tapi apalah daya? Matanya sudah terlanjur panas dan pedih oleh kenyataan yang ada. 

'Apa? Meyka memblokir whatsapp-ku? Ya Allah, Astaghfirullahaladhim?' batinnya kembali bergemuruh, seolah-olah ada badai yang masuk dan memporak porandakan seluruh harapannya, 'Nggak, nggak mungkin. Ini pasti salah, pasti ada yang salah!'

Gemetar, karena jantungnya nyaris terlepas dari tempatnya, Prameswari mencari akun Meyka di facebook. Meykaputri Funky Girl, tapi nggak ada. Benar-benar nggak ada, menciptakan sebentuk nyeri yang begitu kuat di hati terdalam Prameswari. Nyut, nyut, nyut!  Terlebih ketika dia melihat chat mereka di messenger, You can't send messages for Meykaputri Funky Girl. 

Nyut, nyut, nyut! 

Dalam keadaan yang separah itu, Prameswari mengedarkan pandangan ke sekeliling, mencari Meyka. Sisi lain hatinya berkata, 'Siapa tahu di benar-benar sudah ada di sini tapi aku nggak tahu? Ah, coba mana, aku lihat lagi Fotonya?' 

Terbayang kembali dalam benaknya, bagaimana selama ini mereka bersahabat baik di facebook. Bertukar foto, curhat-curhatan, bercanda tertawa … Siapa sangka, Meyka tega memblokirnya? Bukannya tadi, beberapa menit yang lalu masih bisa komunikasi dengan baik?

 'Apa ponselnya hilang ya, diambil orang?' batinnya bertanya sambil terus mencari foto Meyka di Gallery, 'Terus orang yang ngambil ponselnya itu yang blokir whatsapp sama facebookku?'

Sekarang Prameswari terduduk lemas di bangku kayu samping halte. Perasaannya sudah seperti  sekaleng wafer yang terjatuh dari balkon. Meskipun begitu, senyum tipis kembali melengkung di bibir manisnya, senyum penuh harapan. 

"Alhamdulillah, akhirnya ketemu juga foto Meyka!" gumamnya sambil berdiri dari bangku kayu. Dalam hatinya muncul sebuah ide cemerlang untuk bertanya pada petugas keamanan yang sedari tadi memperhatikannya. 

'Meyka kan, sudah ke sini tadi?' bisik hatinya, 'Pasti petugas itu tahu!' 

***

Ramah dan hangat, Mbak Honey mengajak Prameswari masuk ke dalam rumah kontrakannya yang cukup besar dan mewah. Senyum manis penuh sayang terus mengembang di wajahnya yang cantik kebule-bulean. Mbak Honey-lah yang tadi menolong Prameswari sewaktu nyaris pingsan di halte bus. Kebetulan dia sedang melintas di sana, sepulang kerja dan melihat orang-orang berkerumun. Ternyata mereka sedang menolong Prameswari yang terjatuh karena lemas. 

"Duduk Ri, anggak aja rumah sendiri!" kata Mbak Honey setelah mereka sampai di ruang tamu, tak sedikit pun berkurang kehangatan dan keramahanya, "Mandi dulu apa makan dulu, Ri? Kalau mau mandi dulu, aku siapin handuk sama bath jasnya dulu, ya?" 

Takut-takut, Prameswari menjawab, "Mandi dulu aja, Mbak. Wari belum shalat seharian ini." 

Setelah memastikan Mbak Honey nggak marah atau semacamnya mendengar jawabannya, Prameswari melanjutkan, "Sebelumnya, Wari makasih banyak ya, Mbak? Nggak bisa membayangkan, gimana jadinya kalau nggak ada Mbak tadi?" 

Mbak Honey menatap dalam-dalam mata Prameswari, "Iya Ri, sama-sama. Kamu nggak usah mikirin apa-apa dulu ya, Ri? Istirahat saja dulu, malam ini. Besok kita pikirkan lagi, pekerjaan apa yang pas buat kamu. Oh ya, masalah temanmu yang di facebook itu, jangan sampai membebani pikiranmu, Ri. Seorang penipu seperti itu, nggak pantas untuk kamu pikirkan. Percaya deh, sama aku!" 

Dengan berat hati, Prameswari mengangguk. Tak terasa, air matanya menetes hangat, panas. Sementara pikirannya melayang-layang ke pertemuan pertamanya dengan Meyka di facebook, tiga tahun yang lalu. Waktu itu, dia baru pertama kali memiliki akun facebook. Itu pun setelah mencuri-curi kesempatan dari pengawasan Ummi. Meykaputri Funky Girl lah, yang pertama kali menjadi temannya, sampai hari ini. Eh, tadi, beberapa jam yang lau. 

Siapa sangka, pertemanan mereka akan kandas di kedalaman lautan kebohongan seperti ini? Nggak, tentu, Prameswari nggak menyangkanya sama sekali. Terlebih, selama ini Meyka begitu baik terhadapnya. Selalu ada dalam suka dan dukanya. 

From Meykaputri Funky Girl: [Hai, aku Meyka. Kamu siapa?] 

_

From Prameswari Saidi Putri: [Hai, Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh! Aku Wari!]

Dari sanalah persahabatan mereka tersemai indah dan membahagiakan satu dengan yang lainnya. Meyka yang tumbuh dan besar di sebuah panti asuhan, merasa sangat beruntung bertemu dengan Prameswari yang seorang puteri kyai. Begitu juga sebaliknya, Prameswari merasa sangat beryukur mendapatkan sahabat sebaik dan sekuat Meyka. Sebenarnya, selain kebohongan tentang jati diri Meyka yang sebenarnya, mereka sahabat yang layak untuk mendapatkan standing applause dalam hal ketulusan dan kesetiaan. 

"Meyka," Prameswari berbisik memanggil, "Kenapa tega membohongi aku? Apa salahku, Meyka?" 

Bab terkait

  • PRAMESWARI    Honey Karaoke and Cafe

    Dengan segenap kemurkaan yang berkobar-kobar di seluruh rongga dadanya, Giga membanting pintu mobilnya. Dalam sekejap mata, mobil bercat putih bunga melati itu sudah melaju dengan kencang di jalanan yang sudah mulai sepi. Baginya, apa yang baru saja dikatakan Peony tadi benar-benar menyulut bara amarah yang selama ini dipendam di dalam hatinya. Bagaimana tidak? Peony juga selalu ikut dalam setiap check up yang mereka lakukan dan dia juga tahu, bagaimana hasil akhirnya. Sehat, mereka dalam keadaan sehat dan subur. Apa masalahnya, mengapa Peony justru menuduhkan kata terlarang itu padanya?Mandul!Kata itulah yang tadi, beberapa menit yang lalu dituduhkan Peony pada Giga, tanpa perasaan. Sebenarnya, itu bukan yang pertama kaliny

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-07
  • PRAMESWARI    Paramitha Alias Mytha

    Prameswari sudah mengganti bath jas dengan baju tidur merah jambu bercorak bunga sepatu merah dan sekarang sedang duduk termenung di tepi tempat tidur. Rambutnya yang tergerai panjang sepinggang, terlihat berkilauan karena tertimpa cahaya lampu. Perlahan-lahan dia beringsut turun, menyalakan lampu tidur dan mematikan lampu kamar yang cahayanya terang benderang. Sejenak, dia menyingkap gorden jendela dan memandang ke luar. Oooh, hatinya kembali bergemuruh demi mengingat Meyka yang telah sampai hati membohonginya. Apa, apa maksud persahabatan baik mereka selama hampir tiga tahun ini? Oooh, Prameswari nggak kuasa lagi menahan desakan air matanya.Jebol, banjir bandang!Sebenarnya, Meyka juga sudah berjanji padanya untuk mencarika

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-08
  • PRAMESWARI    Sosok Serba Hitam

    Pyaaarrr!Prameswari terkejut dan terbangun, demi mendengar suara kaca pecah di lantai bawah. Tanpa berkata-kata, dia segera mengambil jilbab yang ia gantungkan di kepala tempat tidur. Satu jurus kemudian, Prameswari memakainya sambil setengah berlari ke luar kamar. Dalam hatinya bertanya-tanya, 'Jam berapa ini, kenapa Mbak Honey belum pulang juga? Itu, pintu kamarnya masih terbuka?'Tap, tap, tap!Dengan perasaan tak menentu, Prameswari berderap menuruni tangga. Siiirrr dug, dug, duuuggg! Begitulah yang ia rasakan sekarang, demi melihat kaca jendela depan yang sudah hancur berkeping-keping dan berserakan di lantai. Sejenak,

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-10
  • PRAMESWARI    Pindah Rumah

    Dengan berat hati, Giga menjalankan apa yang diminta Peony tadi malam. Apakah itu? Mencari bayi yang bisa diadopsi di panti asuhan sebagai anak pancingan. Sebenarnya, bukan satu atau dua orang yang memberikan saran seperti itu pada mereka tapi entah mengapa, hati Giga kurang sreg. Rasa hatinya nggak enak. Masa, mengangkat anak hanya karena ingin mendapatkan momongan? Berarti, nggak tulus, dong?Selain pemikiran yang seperti itu, Giga juga ragu-ragu. Apakah Peony benar-benar mau dan mampu mengurus bayi? Sedangkan terhadap anak-anak kecil di sekitar rumah saja, dia kelihatan nggak suka. Jangankan beramah-tamah atau berlemah-lembut? Melihat anak-anak tetangga numpang bermain di halaman rumah saja sudah heboh. Ini lah, itu lah. Begini lah, begitu lah. Pokoknya, jauh Panggang dari api. Ah, pikiran Giga semakin semrawut sekaran

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-12
  • PRAMESWARI    Keraguan Prameswari

    Mbak Honey sudah berangkat ke kafe sejak setengah jam yang lalu dan sekarang Prameswari sedang membaca memo yang tadi diberikannya. Entah mengapa, mata Prameswari berkaca-kaca, mengembun dan nyaris tumpah ketika membaca baris demi baris catatan Mbak Honey. Apakah karena catatan itu mampu mengingatkannya pada Ummi, Abah dan juga Abang di rumah? Ataukah Mas Eiden yang selama ini mengisikan manisnya rasa cinta ke dalam ceruk hati terdalamnya? Ah, atau Meyka dengan segala kebohongannya? Mungkin, mungkin semuanya karena raut wajah Prameswari terlihat begitu sendu, perlahan-lahan menjadi gelap. Selayaknya langit biru yang tersaput hitamnya mendung.Dear Mytha,Mbak minta tolong, ya?

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-14
  • PRAMESWARI    Keputusan Hati Prameswari

    Sunyi. Sepi. Seolah-olah nggak berpenghuni.Itulah yang dirasakan Prameswari ketika kedua kakinya yang gemetar melangkah ke luar gudang menuju dapur. Perlahan-lahan, dengan sangat hati-hati, dia terus melangkah ke sana. Hanya ada satu hal yang mengisi benaknya saat ini, dia harus segera pergi dari rumah kontrakan Mbak Honey. Sesegera mungkin karena inilah kesempatan emas itu. Kesempatan yang sudah dinantikannya sejak tadi pagi, berjam-jam. Perjuangan yang nggak mudah dan terasa begitu panjang, dalam deraan kegelisahan, ketakutan dan kebingungan. Menahan haus dan lapar yang nggak sedikit, hingga perutnya melilit sakit.Dia yakin sekarang, Mbak Honey sudah pergi karena tadi sekitar dua menit yang lalu, terdengar suara mobilnya b

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-16
  • PRAMESWARI    Pelajaran Berharga Untuk Peony

    Di dalam mobil, sepulangnya dari panti asuhan Mutiara Jiwa di Jalan Godean, Giga tercenung untuk beberapa saat lamanya. Benar, apa yang dikatakan pemilik panti itu memang benar adanya. Kalau dia dan Peony bersungguh-sungguh mau mengadopsi anak, harus dengan niat dan perjuangan yang ikhlas Lillahita'ala. Bukan karena ingin mendapatkan momongan yang terlahir dari benih cinta mereka semata-mata. Kalaupun akhirnya Allah memberikan kepercayaan untuk mereka memiliki anak, itu bonus. Sudah sedari dulu Giga memahami akan hal itu.Lalu, masalah apa yang telah membuatnya tercenung? Karena Peony memiliki pemahaman yang bertolak belakang darinya. Menurut Peony, yang namanya anak pancingan, ya berarti harus difungsikan sebagaia pancing. Dipelihara dengan baik tapi tetap dijadikan pancing. Jadi, ya, hanya sebatas itu. Nggak lebih

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-19
  • PRAMESWARI    Eiden Malik

    Dengan kebahagiaan yang bermekaran di taman hati, Mbak Honey memarkir mobil di depan rumah bercat merah bata yang terletak di antara mini market Murah Jaya dan rumah makan padang Masakan Bundo. Rumah tiga lantai yang terlihat bersih, terawat dan mewah, istana Mbak Honey hasil dari jerih payahnya mengelola keuntungan dari Honey Karaoke and Cafe. Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Itulah peribahasa yang menjadi pelajaran berharga sekaligus prinsip hidupnya selama ini. Benar baginya, usaha dan kerja keras takkan pernah mengkhianati hasil. Meskipun hasil akhirnya tetap Allah yang punya kuasa, tapi usaha dan perjuangan itu sesuatu yang mutlak, bukan? Sebisa mungkin, semampunya.Sejenak, wanita cantik dengan rambut ikal sebahu itu memandangi Prameswari yang tertidur lelap di sebelahnya sambil memeluk Tata, bone

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-22

Bab terbaru

  • PRAMESWARI    Demi Allah, Cinta dan si Buah Hati

    "Neng Wari, sekarang kamu sudah sah menjadi istri Ustadz Rayyan." Abah memegangi kedua pundak Prameswari. "Abah bermaksiat kepadamu, jadilah istri yang shalihah ya, Neng Wari? Taatilah suamimu, jangan kecewakan hatinya. Semoga Allah menjadikan kalian keluarga yang sakinah, mawaddah, warrahmah dan barakah."Tak urung jua, air mata Abah merembes hangat. Menetes-netes deras, selayaknya gerimis sehingga Prameswari tersentuh keharuan yang begitu mendalam. Tak terasa, tangisnya pun merebak. Membuncah tumpah ruah dalam pelukan kasih sayang Abah."Neng Wari, sudah Neng." ucap Abah lirih, sembari melepaskan pelukannya, "Abah yakin, ini yang terbaik dari Allah untuk kamu. Insya Allah Ustadz Rayyan hamba yang shalih dan amanah, Neng. Kamu tak perlu khawatir. Ada Allah yang akan selalu menjaga dan melindungi kamu. Ingat ya Neng, kalau kamu

  • PRAMESWARI    Ustadz Lapuk is Back

    "Wa Wari!" Audry memanggil dengan suara parau, "Tunggu, Wari?"Prameswari menghentikan langkah, memutar setengah badan menghadap Audry. "Ya, Audry?"Prameswari berusaha menggambar senyum untuk sahabat baik sekaligus Ummi barunya itu, menghalau rasa sesak yang memaksa masuk ke dalam rongga dada. Ini bukan kesalahan Audry, bukan. Siapa yang punya kuasa untuk mengusik kehendak Allah? Berat seperti apa pun, Prameswari mengharuskan diri untuk bisa menerima Audry sebagai umminya. Toh, selama ini mereka sudah bersahabat baik, bukan? Tak ada hal yang perlu disangsikan lagi. Satu lagi, Ummi sudah tenang dan bahagia di alam sana. Tak ada kaitan apa-apa lagi dengan kehidupan dunia."Wa Wari sudah makan?" tanya Audry penuh perhatian, "Maaf ya, tadi aku eh Ummi diajak Abah ke

  • PRAMESWARI    Ummi Baru Untuk Prameswari

    "Syukurlah, suhu tubuh kamu sudah mulai normal, Yuka!" Prameswari memberi tahu sahabat dekatnya itu sembari menggambar senyum simpul gembira, "Kami khawatir banget tahu, semalam?" sebagai pemanis rasa syukur, Prameswari mencubit kecil pinggang Yuka. Gadis berdarah Jepang - Indonesia itu pun meringis kesakitan, namun tawa lirihnya terdengar melegakan."Duh, makasih ya Wari?" ungkap Yuka dengan mata berkaca-kaca merah, "Audry juga. Eh ke mana dia, Wari? Oooh, ehem ehem baru siap-siap ya? Nanti malam kan, ada yang mau datang. Hihihi … Wari, kita harus cepet-cepet nyari kado spesial nih, buat si Calon Pengantin?"Audry pura-pura marah dan menjerit menja dari balik gorden pembatas kamar, "Iiihhh, Yuka!"Bukan Yuka namanya kalau tidak malah tertawa cekikik

  • PRAMESWARI    Memaafkan Karena Allah

    "Ning Wari?" tak ada lagi keberanian yang tersisa dalam diri Evan, meskipun hanya untuk sekadar mengangkat wajah. Hanya bisa menunduk malu oleh karena perbuatan jahatnya pada Prameswari dulu.Sebenarnya Prameswari sempat ragu untuk menyapa Evan, tetapi akhirnya terucap juga dari mulutnya yang kering dan pahit. "Evan!"Resmilah sudah, itu adalah sapaan pertama Prameswari untuk Meyka palsu setelah pertemuan singkat mereka di Al-Hidayah beberapa bulan yang lalu. Pertemuan singkat yang mampu mengungkap segala tindak kejahatan Evan. Lebih tepatnya setelah Abang menjebloskannya ke dalam penjara."Apa kabar kamu, Evan?" Prameswari bertanya sambil menarik pandangan turun ke lantai ruang pengunjung nara pidana. Tercekat lagi kerongkongannya sehingga hanya itu yang m

  • PRAMESWARI    Jodoh Yang Mendekat

    Dari tempatnya berdiri, tak jauh dari rak buku di belakang Prameswari, Ustadz Rayyan menatap malu-malu. Dia hanya mengambil hak pandangan pertamanya, lalu menunduk lagi setelah itu. Membaca baris-baris kalimat yang tertulis dengan apik dan rapi di buku motivasi yang ingin dibelinya nanti.Tak pernah menyangka sebelumnya, kalau di sore yang gerimis ini, akan bertemu dengan Prameswari, sungguh. Jangankan berharap, sedangkan untuk sedikit memikirkan pun Ustadz Rayyan tak memiliki cukup keberanian. Sampai detik ini, semenjak tragedi perjodohan yang ditawarkan Abah dulu, sebisa mungkin dia melupakannya.Pasrah. Menyerahkan urusan itu pada Allah. Terlebih setelah menyadari kalau Prameswari mengalami sesuatu yang bernama amnesia atau hilang ingatan. Dia selalu berjuang untuk mengutuhkan tawakal dalam dada. Percaya sepenuhnya, kalaulah

  • PRAMESWARI    Kecewa dan Terluka Lagi

    "Wari!" Yuka memanggil dari balik gorden yang membatasi kamar mereka, "Kamu sudah tidur belum, Wari?"Sebenarnya Wari sudah mengantuk tapi karena Yuka memanggil, dia kembali duduk di tepi tempat tidur. Memandang ke arah tempat tidur Yuka sambil memeluk selimut yang masih terlihat rapi."Ada apa, Yuka?" Prameswari bertanya dengan memelankan suara, takut mengganggu Audry. Di antara mereka bertiga, Audry-lah yang memiliki jam tidur paling awal."Aku boleh ke kamarmu, sebentar?" Yuka balik bertanya membuat Prameswari tersenyum geli."Boleh," sahut Prameswari dengan dahi berkerut. Selama mereka menuntut ilmu di AISYAH baru kali ini Yuka seperti ini. Biasanya, menunggu pagi dulu baru menemui Prameswari. Kecual

  • PRAMESWARI    Menjaga Amanah Mbak Honey

    "Mytha," Mbak Honey memanggil lembut dan manja, "Kamu tahu nggak kenapa Mbak nakal?" kali ini Mbak Honey mengalihkan seluruh pandangan dan konsentrasi pada Prameswari yang tak dapat menutupi rasa terkejutnya. Dalam hati ia membatin, 'Kenapa tiba-tiba Mbak Honey bertanya seperti itu, ada apa?'Prameswari menggeleng-gelengkan kepala. "Nggak Mbak, Mytha nggak tahu. Enggg tapi menurut Mytha, Mbak Honey nggak nakal, kok. Mbak Honey baik, kok. Baik banget malah."Penuh sayang, Mbak Honey mencuil pipi Prameswari. "Hehehehe … Bisa aja nih, adek Mbak yang cantik kayak embun pagi?"Karena Mbak Honey mengembalikan pandangan ke kaca jendela, Prameswari pun melakukan hal yang sama. Menembus kaca jendela dengan kata bulat besar dan beningnya yang mulai terasa hangat. Terharu sekali

  • PRAMESWARI    Kesempatan Emas Untuk Prameswari

    Prameswari masih terlihat lemas di tempat tidur tapi tetap saja menggambar senyum tipis yang manis begitu tahu kalau Yuka datang menjenguknya. "Yuka … Kangen banget, tahu?"Tanpa basa basi dalam bentuk apa pun lagi, Yuka mendekati tempat tidur Prameswari. Menarik kursi tunggu dan menghempaskan tubuh langsingnya seolah-olah itu kasur empuk. Tak dirasakan lagi, bagaimana tulang ekornya terasa berdenyut saat itu terpenting bisa segera memeluk sahabat dekatnya. Ya, walaupun belum berani memeluk erat-erat seperti biasa, sih. Karena kan, luka bekas operasi di perut Prameswari masih belum sembuh. Masih belum dilepas pun perbannya. Alhasil, hanya pelukan pelepas rindu sajalah yang tercipta. Itu pun sudah sangat pantas untuk disyukuri. Sebab bagaimanapun Allah masih memberikan keselamatan pada Prameswari. Jika tidak?"Maaf,

  • PRAMESWARI    Wanita Ke Dua

    To: Prameswari Shalihatun NisaAssalamu'alaikum Warrahmatullahi WabarakatuhIzinkan saya, Hayyina Khansa memilih engkau untuk menjadi pendamping hidup suami saya, Eiden Malik. Jika engkau bersedia menerima apa yang menjadi maksud dan tujuan saya ini, tolong segera memberi kabar di nomor chat room ini: 082 … 272 atas nama Hayyina Khansa.Demikian surat ini saya tulis karena Allah Ta'ala. Semoga Allah memudahkan dan memberkahi setiap urusan kita. Aamiin Yaa Allah.Assalamu'alaikum Warrahmatullahi WabarakatuhFrom: Hayyina KhansaLagi dan lagi, Prameswari membaca surat dari Mbak Hayyina. Surat pina

DMCA.com Protection Status