All Chapters of Tentang Harga Diri: Chapter 181 - Chapter 190

1073 Chapters

182. Sama-Sama Gundah

Raina masih mempelajari seluk beluk perusahaan Blanc. Mencari celah agar bisa menemui Nicko sang Direktur.Kedekatannya dengan Nicko di masa lalu membuatnya yakin kalau ia bisa mencoba meminta bantuan teman lamanya itu."Apa Nicko bisa bantu aku ya? Kasihan Paman jika usahanya semakin merosot. Punya anak satu-satunya tak bisa diandalkan. Ia malah menghambur-hamburkan uang dan berselingkuh dengan sekretarisnya," pikirnya.Sementara di sana ....Nicko masih duduk di kursi kebesarannya sambil memutar-mutar ponsel. Sesekali benda pipih itu ditempelkan di dagu dan berpikir.Panggilan dari seorang kawan lama sukses untuk membuat kacau pikirannya."Raina ... Raina, sepertinya aku harus berbicara dengannya. Ini tak bisa dibiarkan," pikirnya.Ia kembali memperhatikan nomor yang tertera saat kawan lamanya menelepon."Huh, ini bukan nomor pribadi, ini nomor perusahaan Blanc, apa ia bekerja d
Read more

183. Sebuah Nostalgia

Raina tak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya saat menangkap sosok laki-laki muda yang duduk sambil menikmati minuman dingin. Pemuda yang mengenakan celana jeans sobek pada lutut, kaos dan juga jaket jeans seperti vokalis band rock.Tak ada rasa canggung atau enggan bagi Raina mendekati sosok pemuda itu. Ia justru melenggang santai dan mengambil tempat di hadapannya."Nicko, kau ternyata tak berubah ya?" tanyanya."Eh, kau Raina. Kau mau pesan apa?" tanya Nicko ramah."Hmm masih sama seoerti favoritku dulu, fish and chips.""Itu saja, pesan apapun yang kau mau. Aku yang akan mentraktir. Bukankah dulu kau sering melakukannya padaku?" kata Nicko."Tentu kau yang harus mentraktir, kau kan sudah menjadi direktur perusahaan raksasa," canda Raina yang menciptakan tawa diantara mereka berdua.Mereka berdua pun saling membicarakan tentang masa lalu mereka. Saat mereka masih kuliah dulu, meskipun Rai
Read more

184. Jangan Bercanda!

Raina mengambil minuman dingin dan menegaknya. Ia masih terkejut dengan apa yang didapati barusan. Sahabat semasa kuliah adalah keturunan seorang Lloyd.Perempuan berkulit gelap itu pun menunduk dan mengetuk-ngetuk dinding gelas. Membiarkan uap es menyentuh kulit jemarinya, sambil menundukkan kepala dan menghembuskan napas panjang.Perlahan ia mengangkat kepala dan menatap laki-laki di seberangnya dalam-dalam. Kemudian ia pun menggelengkan kepala."Kau ini ya," balasnya, dan membuat Nicko mengernyitkan dahi."Candaanmu ini sungguh lucu. Bukankah kau dulu pernah bilang kalau kau tinggal bersama keluarga angkatmu yang memperlakukanmu sebagai pelayan?" tanya Raina kemudian menutup mulut dengan telapak tangan karena menahan tawa.Kini giliran Nicko yang menghembuskan napas panjang."Panjang ceritanya, entah bagaimana aku akan memulainya.""Aku punya waktu," balas Raina.Sambil sedikit
Read more

185. Keterkejutan Raina

"Silakan Raina!" kata Nicko membukakan pintu mobil dan membiarkan sahabatnya turun.Selama di perjalanan, mereka berdua sama-sama tak bicara. Raina sibuk dengan pikirannya sendiri. Mencoba menerka-nerka sikap dan cerita dari sahabatnya."Mobil seperti ini, apakah mungkin milik seorang direktur Richmond? Atau sebenarnya Nicko hanyalah seorang sopir?" tanyanya dalam hati."Namun jika ia seorang sopir, bagaimana mungkin ia bisa menandatangani dokumen pembatalan kerjasama dengan Blanc? Tapi kalau ia ditektur, kenapa mobilnya jelek sekali?"Sementara Nicko sendiri diam karena memang memberi waktu untuk sahabatnya berkutat dengan pikirannya sendiri. Semuanya telah ditunjukkan oleh Raina dari ekspresi wakahnya yang menegang.Raina melihat ke sekeliling dan tampak kagum dengan bangunan yang berdiri kokoh di hadapannya. Ia sering mendengar tentang Richmond group, tapi baru kali ini ia melihat kantor perusahaan berkelas itu seca
Read more

186. Deal

Wajah Raina mendadak kaku saat mendapati sahabatnya mengucapkan kalimat itu. Meskipun dalam hati ia tersenyum karena Nicko tak lupa dengan janjinya.Lagi-lagi pemuda yang penampilannya tak pernah berubah itu memberikan kejutan untuk yang kesekian kali. Membuatnya teringat akann hari kelulusannya, saat Nicko satu-satunya orang yang datang di hari istimewa itu.Keluarga angkat Raina telah meninggalkannya untuk selama-lamanya, setahun sebelum ia lulus. Sementara pamannya sibuk dengan perusahaan."Kau masih mengingatnya Nick?" tanya Raina."Tentu saja. Memangnya kau sudah lupa ya? Atau jangan-jangan kau sudah tidak menganggapku lagi?" balas Nicko dengan menunjukkan wajah yang pura-pura tersinggung.Raina pun melambaikan kedua tangannya di depan dada dan mengatakan tidak. "Bukan begitu, mana mungkin aku melupakanmu."Nicko pun mencondongkan badannya hingga lebih dekat dengan perempuan di seberangnya.
Read more

187. Jangan Sebar Berita Bohong

Hari sudah gelap saat Raina datang ke kediaman Blanc. Saat itu di ruang duduk terlihat Armando yang tengah berbicara dengan ayahnya.Pria berkulit tanning ini langsung menutup hidungnya begitu melihat sosok Raina masuk."Hmm bau busuk apa ini?" tanyanya dengan maksud menyindir Raina.Perempuan berambut panjang itu pun langsung mengambil tempat duduk di dekat pamannya yang terlihat dingin."Dari mana saja kau Raina?" tanya Roberto dengan nada tegas.Meskipun Raina bukan darah dagingnya, tapi Roberto begitu menyayangi gadis ini. Terlebih semenjak adiknya tiada, Raina menjadi tanggung jawabnya. Roberto yang masih kolot tentu saja akan mencari tahu kemana saja ia hari ini."Pasti dia bersenang-senang dengan kekasih gembelnya itu," sindir Armando.Sepertinya Roberto telah sedikit terpengaruh oleh putranya, hingga ia memandang keponakannya dengan tatapan yang menyelidik."Apa kau sudah
Read more

188. Mencoba Mengadu Domba

Roberto yang sudah terbius oleh kesuksesan Raina pun melirik ke arah putranya. Memberikan isyarat agar laki-laki itu pergi meninggalkan mereka berdua.Helaan napas lega ditunjukkan oleh Armando. Ia tak perlu lagi repot mencari alasan untuk menyembunyikan kegugupannya. Ucapan Raina tentang kejanggalan dalam laporan keuangan benar-benar mengusiknya."Ya, aku mengerti, aku akan pergi," katanya sambil melirik Raina dengan tatapan tidak bersahabat. Raina sendiri menanggapi tatapan Armando dengan senyuman yang sinis.***"Katakan Raina, apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Roberto sambil membungkukkan badan mendekat ke arah Raina.Raina langsung mengambil laporan keuangan yang tadi sengaja dicetak olehnya. Kemudian memberikan pada Pamannya dengan penuh hormat."Ini Paman, maafkan jika tidak berkenan.""Biar kubaca lebih dulu," balas Roberto begitu menerima kertas laporan dari Raina.Gadis
Read more

189. Ini Salahmu

Nicko yang baru menyelesaikan pejerjaan rutinnya pun masuk ke kamar dan memeluk istrinya dari belakang. Kala itu Josephine tengan menyisir rambutnya yang panjang."Kau kelihatan lebih rileks kali ini, Sayang," bisik Nicko kemudian mencium tengkuknya lembut."Ya, akhirnya aku bisa sedikit bernapas lega," katanya."O ya? Apa ada sesuatu yang membuatmu merasa lebih baik?"Jo memutar tubuhnya dan duduk sambil menghadap ke arah suaminya. Ia pun mulai menceritakan apa yang terjadi padanya siang tadi."Tuan Evans meneleponku tadi, mereka ingin bicara dengan keluarga besarku," katanya dengan manja. Nicko mengerutkan dahi dan menatap istrinya.Bersikap seolah-olah ia tidak tahu dengan apa yang akan disampaikan istrinya."Memangnya kenapa Tuan Evans meneleponmu? Apa beliau memberimu tugas tambahan?"Jo menggeleng, "Bukan itu, Sayang.""Lalu?""Tuan Evans ingin meng
Read more

190. Rencana Spontan Raina

"Raina, pagi ini kau bisa berangkat dengan sopir kan? Aku ada keperluan mendesak," kata Armando yang terlihat terburu-buru, sampai-sampai melewatkan sarapan pagi bersama Ayahnya.Dalam hati Raina bertanya ada apa dengan sepupunya kali ini. Tumben sekali dia beriskap ramah dan sopan terhadapnya."Apakah ia mendengar pembicaraanku dengan Paman semalam ya?" pikir Raina."Kau mau kemana?" tanya Roberto sedikit curiga."Ayah, aku ada perlu dengan Tuan Zachary Wilson, aku akan mengurus perceraianku dengan wanita sialan itu," katanya.Roberto hanya tertawa sinis, seperti tak setuju jika putranya menyebut Catherine wanita sialan."Tak perlu terus menghinanya, selama menjadi istri dia selalu patuh terhadapmu," kata Roberto."Aku tak keberatan berangkat dengan sopir. Pergilah, dan selesaikan urusanmu segera. Setelah itu kembali ke kantor dan kembali bekerja seperti biasa!" kata Raina tegas.
Read more

191. Eksekusi

Gillian terlihat tampak memilih-milih snack untuk putra kembarnya di sebuah supermarket. Ia sengaja memilih untuk berbelanja di supermarket dekat kantor Blanc agar bisa sekalian bekerja, dan pusat perbelanjaan ini memang buka 24 jam."Huh gara-gara Direktur baru itu aku tak bisa mengajak anakku untuk ikut berbelanja. Aku juga harus merogoh tabunganku sendiri gara-gara tidak ada Tuan Armando," keluhnya dalam hati.Wanita itu pun mendorong trollynya cepat-cepat dan mengambil apa yang ia butuhkan. Sesekali ia melirik jam yang ada pada tangannya. Ia harus cepat, karena tak ingin mengundang kemarahan Direktur baru itu.Wanita berambut pendek itu kini mengantre di kasir. Masih ada dua orang yang harus dilayani sebelum gilirannya, dan itu membuat dirinya gelisah. Sampai-sampai ia harus mengetuk-ngetukkan telapak kakinya secara perlahan di lantai.Sementara itu, Armando ...."Apa? Dibekukan?" tanya Armando pada petugas pelayan
Read more
PREV
1
...
1718192021
...
108
DMCA.com Protection Status