Beranda / Urban / Tentang Harga Diri / Bab 191 - Bab 200

Semua Bab Tentang Harga Diri: Bab 191 - Bab 200

1073 Bab

192. Ulah Siapa Ini

Sambil mengepalkan tangan kuat dan napasnya memburu. Sekali ia melirik ponselnya kembali dan mendapati Gillian kembali menelepon. Dengan kasar, ia pun mematikan benda pipih itu."Dasar sekretaris penggoda, bisanya hanya meminta uang saja," gerutunya.Dengan menyimpan sedikit harapan, Armando pun melangkah bergegas menuju mobilnya."Aku harus melakukannya sekarang," pikirnya kemudian mengemudikan mobilnya dengan tergesa.***Gillian masih berusaha menghubungi Armando, tapi tak juga mendapatkan respons."Huh, sialan! Di saat seperti ini justru malah tidak bisa dihubungi," katanya bersungut-sungut sambil berkacak pinggang.Petugas kasir terlihat mulai kesal, sebab pelanggannya yang satu ini telah menghambat pekerjaannya. Membuatnya harus mendengar makian dari pengunjung lain yang sedang mengantri."Maaf Nyonya, jika Anda masih membutuhkan waktu silakan untuk mengantri di urutan palin
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-07-09
Baca selengkapnya

193. Tak Berubah

Pagi ini Damian tampak sibuk mengatur ruang konferensi di Hotel Windsor. Seorang tamu istimewa akan hadir di tengah-tengah mereka, yaitu Raymond Evans.Atas perintah Tuan Evans, Josephine pun datang ke hotel milik keluarganya. Tentu saja kedatangannya kali ini membuat Damian dan Ayahnya merasa tidak senang. Mereka berdua mencoba untuk mencari muka di depan Elizabeth dengan mencoba mengusir Josephine."Hei kenapa kau ada di sini?" tanya Damian sinis."Tentu saja aku akan menghadiri rapat dengan Tuan Evans," jawab Josephine santai."Huh! Aku heran dulu ada seseorang yang kesal karena tidak terpilih menjadi General Manager Hotel Windsor. Ketika giliran mendapatkan kesempatan itu, ia malah pergi dan memilih untuk menjadi General Manager di hotel lain. Sekarang malah kembali lagi ke sini dan ikut rapat. Tidakkah itu memalukan?" cibir Damian."Benar sekali. Putraku, jangan sampai kau melakukan perbuatan seperti Itu!" tambah
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-07-09
Baca selengkapnya

194. Kesialan Belum Usai

Dengan langkah yang terburu-buru dan menahan kesal, Armando pun kembali ke mobilnya. Pakaiannya sudah tak rapi seperti saat pergi tadi, dasi yang melingkar di leher pun mulai melonggar dan tak mengenakan jas."Huh sial benar, dari 5 ATM yang kudatangi, semua diblokir. Siapa yang berani melakukan ini padaku. Apa mungkin Catherine?" pikirnya.Armando memukul setirnya, dan memaki, lalu ia ingat kalau Catherine tak pernah tahu tentang rekeningnya."Rasanya tak mungkin Catherine yang melakukannya. Perempuan bodoh itu sudah kufasilitasi dengan kartu kredit unlimited yang bisa dipakai olehnya kapan saja. Dia bahkan tak tahu berapa tagihannya, dan rekening bank mana yang aku miliki," gumamnya."Jangan-jangan Gillian yang melakukan ini semua, karena aku tak mau membayar belanjaannya. Selama ini aku selalu berbagi rahasia dengannya. Sialan!" runtuknya.Tak ada pilihan lain bagi Armando selain kembali ke rumah dan mengambil semua
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-07-09
Baca selengkapnya

195. Salah Tak Mengaku Salah

Plak! Tanpa belas kasih pria tangan besi itu menampar pipi putranya. Tidak hanya sekali, tapi berkali-kali dan membuat pipi Armando memerah.Sesekali Raina memegangi punggung Pamannya agar pria itu bisa mengontrol emosi. Perempuan berambut panjang ini tampak khawatir akan kesehatan Pamannya."Paman, tenang Paman," kata Raina."Kurang ajar Kau Armando. Apa kurangnya Ayah padamu. Kau kubesarkan dengan segala kasih, bahkan untukmu Ayah rela tidak menikah lagi dan kau membalas semuanya dengan ini!" seru Roberto dengan berapi-api.Mendengar ucapan sang Ayah Armando bukannya menyesal, ia malah melirik ke arah saudara sepupunya dengan tatapan yang merendahkan."Huh, memberi kasih sayang apa? Si anak pungut itu yang justru mendapatkan fasilitas darimu!" gumam Armando mencibir."Kau tak perlu menghina Raina! Dia lebih layak jika dibandingkan denganmu!" seru Roberto."Ayah! Dia ini bukan siapa-sia
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-07-11
Baca selengkapnya

196. Rencana Russell

Setelah mengantar sang Istri, Nicko pun mendatangi kawasan pasar seperti yang disepakati oleh Russell. Begitu mobil van miliknya datang, ia sudah mendapati Russell beserta anak buahnya menunggu.Bersama mereka telah menyusun rencana untuk mendatangi keluarga Brighton dan meminta pertanggunh jawaban mereka. Walaupun sebenarnya Nicko tak mau ambil pusing soal ini, tapi melihat kekecewaan sang istri lantaran kehilangan uang tabungan sungguh membuatnya tidak tega.Dengan kecerdasan dan pengaruh Russell, mereka pun berhasil menemukan keberadaan keluarga Brighton."Silakan Tuan Muda," kata pria berambut merah ini dengan sopan.Nicko pun mengangguk. Ia mendapatkan posisi di tengah-tengah kawanan jubah hitam yang dipimpin oleh Russell. Sengaja pengawal keluarga Blanc itu mengatur posisi demikian untuk melindungi majikan mereka.***Kehadiran Nicko bersama kelompok jubah hitam jelas menarik perhatian seantero pasar
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-07-11
Baca selengkapnya

197. Perdebatan Ibu dan Anak

"Hei apa-apaan kau berani memerintah untuk menutup gang!" seru Ellen yang tak suka dengan seruan Russell pada anak buahnya.Wanita paruh baya yang kini tampak lusuh dan kehilangan gaya hidup mewahnya ini terlihat berani menantang Russell. Keadaan yang sangat berbeda dengan putranya.Sang putra, selain gemetar karena melihat beberapa anak buah Russell, juga menarik lengan Ibunya."I ... Ibu biar aku saja," katanya.Pemuda yang sempat dijodohkan dengan Josephine itu pun segera mengambil tempat di dekat pria berambut merah, dan segera mengambil posisi berlutut. "Tu ... Tuan tolong jangan hancurkan milik kami. Kios dan bangunan di belakangnya hanyalah harta kami satu-satunya," pinta Nate sambil menangkupkan kedua tangan di depan dada."Nate apa-apaan kau ini!" seru Ellen yang tak setuju dengan sikap putranya."Ayo bangun! Kau tak pantas untuk berlutut di hadapan mereka. Memangnya mer
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-07-11
Baca selengkapnya

198. Hilang Kesombongan

Nicko cuma tersenyum sinis saat melihat Nate mendongak ke arahnya. Pemuda yang tadinya berlutut itu pun perlahan-lahan bangkit.Kehadiran laki-laki yang juga berpakaian lusuh itu sangat mengganggu pandangan. Terlebih saat Nicko berdiri dengan tangan bersedekap dan raut wajah yang menantang."Kau ada masalah denganku?" tanya Nicko."Ya, kau memang selalu bermasalah denganku. Kemarin mencoba merayu istriku, lalu menghinaku dan terakhir kau dan Ibuku menipu mertuaku," tambah Nicko tak memberi kesempatan pada Nate untuk menjawab.Nate yang memang pada dasarnya tidak suka dengan Nicko pun melupakan keinginannya untuk minta ampun pada kelompok jubah hitam. Pemuda itu pun melirik ke meja dagangnya dan mengambil pisau daging. Ia sama sekali tidak takut."Huh, gembel sepertimu tak pantas untuk bersanding dengan perempuan secantik Josephine," balas Nate sambil mengayun-ayunkan pisau ke hadapan Nicko. Menunjukkan betapa berkuasan
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-07-12
Baca selengkapnya

199. Serahkan Atau Jadi Santapan Hiu

"Hei bangun!" seru anak buah Russell sambil menarik tubuh Nate yang berpelukan dengan Ibunya, tapi pegangan mereka kuat sekali. Entah sang Ibu yang ketakutan atau berusaha melindungi putranya."Huh ternyata penantang Tuan Muda adalah seorang laki-laki pengecut yang hanya bisa bersembunyi di balik ketiak Ibunya," ejek Adam Reinhart diikuti tawa rekan-rekannya, termasuk Nicko uang sedang duduk di bangku tak jauh dari mereka.Perlu bantuan dua orang untuk bisa memisahkan Nate dengan Ibunya. Pemuda itu pun akhirnya berdiri dengan dipegangi oleh dua orang anak buah Russell. Russell mulai mengayunkan tinju pada perut Nate beberapa kali. Hingga membuat Ellen yang sedang tersungkur pun berteriak memohon."Tenang saja Nenek tua, sebentar lagi giliranmu. Kau sudah tak sabar untuk berwisata ke laut ya?" ejek salah seorang anak buah Russell yang sedang memegangi tubuh Nate.Bugh! Sekali lagi Russell menggunakan tinjunya untuk memukul pem
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-07-12
Baca selengkapnya

200. Kedatangan Armando

Sambil tersenyum, Nicko mengemudikan mobilnya dan menjemput sang Istri. Di sampingnya sudah ada uang tiga ratus juta yang akan diberikan untuk mengganti uang sang istri.Nyonya Brighton terpaksa menandatangani permohonan gadai untuk rumah tinggal dan kiosnya pada bank. Kemudian wanita itu memberikan semua uangnya pada Nicko dan wajib mencicil pada bank jika ingin surat-suratnya kembali.Meski keseluruhannya hanya mendapat setengah dari uang Jo, dan Nicko harus menambah kekurangannya. Namun ia cukup senang karena istrinya bisa mendapat uangnya kembali."Semoga saja Daisy tidak tahu akan hal ini. Kalaupun tahu, semoga Jo tak memberikannya pada sang Ibu lagi," gumam Nicko sambil terus mengemudi.***Armando pun melangkah dengan gontai sambil membawa kopornya. Uang di dalam dompetnya hanya ada beberapa lembar, yang mungkin hanya cukup untuk bertahan hidup selama seminggu.Sepatu pantofel yang ia kenakan embuat
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-07-12
Baca selengkapnya

201. Penolakan Catherine

"Untuk apa kau kemari?" bentak Catherine saat lelaki yang pernah bersamanya datang mendekat."Tentu saja karena aku merindukanmu Catherine," kata Armando kemudian mencoba menyentuh wajah pualam Catherine dengan lembut.Sejenak, kakak Josephine memejamkan mata dan menikmati sentuhan yang ia rindukan. Terlalu lama melihat kemesraan sang adik dengan suaminya membuat dirinya rindu belaian seorang lelaki.Kembali Armando menyentuh kulit wajah lalu lengannya lembut dan berbisik,"Aku tahu kau merindukanku."Namun ternyata bisikan itu malah menyadarkan Catherine untuk tidak terlena akan laki-laki itu. Armando bukanlah laki-laki yang pantas untuk dihormati olehnya."Bagaimana dengan perceraian yang kau daftarkan Armando?" tanya Catherine dengan maksud menyindir.Armando menghela napas panjang dan mengacak rambutnya. Kemudian ia meraih tubuh Catherine dan mendudukkan pada pangkuan. Bukannya kenyamanan
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-07-13
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1819202122
...
108
DMCA.com Protection Status