Setelah mengantar sang Istri, Nicko pun mendatangi kawasan pasar seperti yang disepakati oleh Russell. Begitu mobil van miliknya datang, ia sudah mendapati Russell beserta anak buahnya menunggu.
Bersama mereka telah menyusun rencana untuk mendatangi keluarga Brighton dan meminta pertanggunh jawaban mereka. Walaupun sebenarnya Nicko tak mau ambil pusing soal ini, tapi melihat kekecewaan sang istri lantaran kehilangan uang tabungan sungguh membuatnya tidak tega.Dengan kecerdasan dan pengaruh Russell, mereka pun berhasil menemukan keberadaan keluarga Brighton."Silakan Tuan Muda," kata pria berambut merah ini dengan sopan.Nicko pun mengangguk. Ia mendapatkan posisi di tengah-tengah kawanan jubah hitam yang dipimpin oleh Russell. Sengaja pengawal keluarga Blanc itu mengatur posisi demikian untuk melindungi majikan mereka.***Kehadiran Nicko bersama kelompok jubah hitam jelas menarik perhatian seantero pasar"Hei apa-apaan kau berani memerintah untuk menutup gang!" seru Ellen yang tak suka dengan seruan Russell pada anak buahnya.Wanita paruh baya yang kini tampak lusuh dan kehilangan gaya hidup mewahnya ini terlihat berani menantang Russell. Keadaan yang sangat berbeda dengan putranya.Sang putra, selain gemetar karena melihat beberapa anak buah Russell, juga menarik lengan Ibunya."I ... Ibu biar aku saja," katanya.Pemuda yang sempat dijodohkan dengan Josephine itu pun segera mengambil tempat di dekat pria berambut merah, dan segera mengambil posisi berlutut."Tu ... Tuan tolong jangan hancurkan milik kami. Kios dan bangunan di belakangnya hanyalah harta kami satu-satunya," pinta Nate sambil menangkupkan kedua tangan di depan dada."Nate apa-apaan kau ini!" seru Ellen yang tak setuju dengan sikap putranya."Ayo bangun! Kau tak pantas untuk berlutut di hadapan mereka. Memangnya mer
Nicko cuma tersenyum sinis saat melihat Nate mendongak ke arahnya. Pemuda yang tadinya berlutut itu pun perlahan-lahan bangkit.Kehadiran laki-laki yang juga berpakaian lusuh itu sangat mengganggu pandangan. Terlebih saat Nicko berdiri dengan tangan bersedekap dan raut wajah yang menantang."Kau ada masalah denganku?" tanya Nicko."Ya, kau memang selalu bermasalah denganku. Kemarin mencoba merayu istriku, lalu menghinaku dan terakhir kau dan Ibuku menipu mertuaku," tambah Nicko tak memberi kesempatan pada Nate untuk menjawab.Nate yang memang pada dasarnya tidak suka dengan Nicko pun melupakan keinginannya untuk minta ampun pada kelompok jubah hitam. Pemuda itu pun melirik ke meja dagangnya dan mengambil pisau daging. Ia sama sekali tidak takut."Huh, gembel sepertimu tak pantas untuk bersanding dengan perempuan secantik Josephine," balas Nate sambil mengayun-ayunkan pisau ke hadapan Nicko. Menunjukkan betapa berkuasan
"Hei bangun!" seru anak buah Russell sambil menarik tubuh Nate yang berpelukan dengan Ibunya, tapi pegangan mereka kuat sekali. Entah sang Ibu yang ketakutan atau berusaha melindungi putranya."Huh ternyata penantang Tuan Muda adalah seorang laki-laki pengecut yang hanya bisa bersembunyi di balik ketiak Ibunya," ejek Adam Reinhart diikuti tawa rekan-rekannya, termasuk Nicko uang sedang duduk di bangku tak jauh dari mereka.Perlu bantuan dua orang untuk bisa memisahkan Nate dengan Ibunya. Pemuda itu pun akhirnya berdiri dengan dipegangi oleh dua orang anak buah Russell. Russell mulai mengayunkan tinju pada perut Nate beberapa kali. Hingga membuat Ellen yang sedang tersungkur pun berteriak memohon."Tenang saja Nenek tua, sebentar lagi giliranmu. Kau sudah tak sabar untuk berwisata ke laut ya?" ejek salah seorang anak buah Russell yang sedang memegangi tubuh Nate.Bugh! Sekali lagi Russell menggunakan tinjunya untuk memukul pem
Sambil tersenyum, Nicko mengemudikan mobilnya dan menjemput sang Istri. Di sampingnya sudah ada uang tiga ratus juta yang akan diberikan untuk mengganti uang sang istri.Nyonya Brighton terpaksa menandatangani permohonan gadai untuk rumah tinggal dan kiosnya pada bank. Kemudian wanita itu memberikan semua uangnya pada Nicko dan wajib mencicil pada bank jika ingin surat-suratnya kembali.Meski keseluruhannya hanya mendapat setengah dari uang Jo, dan Nicko harus menambah kekurangannya. Namun ia cukup senang karena istrinya bisa mendapat uangnya kembali."Semoga saja Daisy tidak tahu akan hal ini. Kalaupun tahu, semoga Jo tak memberikannya pada sang Ibu lagi," gumam Nicko sambil terus mengemudi.***Armando pun melangkah dengan gontai sambil membawa kopornya. Uang di dalam dompetnya hanya ada beberapa lembar, yang mungkin hanya cukup untuk bertahan hidup selama seminggu.Sepatu pantofel yang ia kenakan embuat
"Untuk apa kau kemari?" bentak Catherine saat lelaki yang pernah bersamanya datang mendekat."Tentu saja karena aku merindukanmu Catherine," kata Armando kemudian mencoba menyentuh wajah pualam Catherine dengan lembut.Sejenak, kakak Josephine memejamkan mata dan menikmati sentuhan yang ia rindukan. Terlalu lama melihat kemesraan sang adik dengan suaminya membuat dirinya rindu belaian seorang lelaki.Kembali Armando menyentuh kulit wajah lalu lengannya lembut dan berbisik,"Aku tahu kau merindukanku."Namun ternyata bisikan itu malah menyadarkan Catherine untuk tidak terlena akan laki-laki itu. Armando bukanlah laki-laki yang pantas untuk dihormati olehnya."Bagaimana dengan perceraian yang kau daftarkan Armando?" tanya Catherine dengan maksud menyindir.Armando menghela napas panjang dan mengacak rambutnya. Kemudian ia meraih tubuh Catherine dan mendudukkan pada pangkuan. Bukannya kenyamanan
Raina tak henti mengelus punggung pamannya. Pria paruh baya di depannya tak henti-hentinya memaki dan mengungkapkan kesedihan akan apa yang dialami barusan."Raina, katakan pada Paman, apa salah Paman hingga anak yang seharusnya kubanggakan mengkhianatiku?" keluh Roberto mengacak-acak rambutnya."Bukan salah Paman, Armando yang menyia-nyiakan semua pemberian Paman."Roberto kembali menegak air dingin yang ada di depannya, kemudian bersandar dan melihat keponakannya."Apa menurutmu Paman terlalu memanjakannya?"Raina tak bisa menjawab pertanyaan pria di sampingnya. Roberto Blanc memang memberikan fasilitas yang berlimpah untuk putra semata wayangnya. Bahkan sejak kecil sepupunya itu sudah digadang-gadang akan mewarisi usahanya.Raina sangat paham jika orang tua ingin memberikan hak waris untuk anak kandungnya. Untuk itulah ia tak pernah mengharapkan dirinya menjadi bagian dari perusahaan Blanc.Namun R
Plak! Plak!Armando yang masih bersimpuh pun mulai menampari pipinya sendiri begitu mengetahui Catherine melangkah pergi."Aku bersalah Cathy, maafkan aku," katanya setelah membuat pipinya semakin merah.Namun kakak Josephine tetap bergeming dan melangkah menuju kamarnya. Daisy yang melihat ketidak pedulian putrinya pun meneriaki si sulung."Catherine!" seru Daisy.Edmund mulai mendekati menantu kesayangannya dan membantunya berdiri."Kau tenang saja Armando, Cathy pasti akan memaafkanmu. Biar Daisy yang berbicara padanya," kata Edmund mencoba menenangkan Armando.Mantan Direktur Blanc ini sungguh pandai berakting. Ia memasang wajah yang paling sedih sampai mata terlihat sembab seperti hendak menangis.***Perasaan pria paruh baya itu semakin kacau tatkala membaca pesan lanjutan yang dikirimkan oleh sahabat Raina. Tangannya tampak mengepal kuat-kuat kemudian memukul m
Beberapa menit sebelumnya ....Edmund menyipitkan kedua matanya tatkala mendapati dua orang petugas berseragam berdiri tegap saat ia membuka pintu depan."Selamat malam, kami mendapat laporan kalau Tuan Armando Blanc sedang berada di sini," sapa petugas polisi dengan sopan tapi tak menghilangkan ketegasan mereka."Silakan masuk, Armando memang ada di sini," kata Edmund yang memang tak menaruh curiga sama sekali.Dalam pikirannya kedua petugas ini mencari Armando pasti bukan untuk menangkapnya. Di mata pria lima puluh tahunan ini Armando adalah seorang yang sangat luar biasa dan pantas diagungkan. Armando sungguh suci."Pasti mereka berniat memberikan perlindungan pada Armando. Dia memang sungguh hebat, perusahaannya juga besar, pasti ada banyak yang iri padanya hingga harus menggunakan jasa polisi untuk memberinya perlindungan," batin Edmund.Kedua petugas polisi itu pun melangkah mengikuti Edmund menuju r
Matthew tidak berkata apa-apa, bahkan bereaksi terhadap Josephine yang masih keheranan. Ia malah menunjukkan sikap dingin pada Josephine. Saat ini jantung Josephine pun bergetar penuh ketakutan, ia langsung memeluk tubuh Ian yang saat ini sudah tertidur dengan erat.Matthew melirik sejenak dan tak mempedulikan Jo, ia malah melangkah keluar dan kembali dengan membawa kejutan. Matthew langsung menarik tubuh dua penjaga yang sedang pingsan ke dalam dan menggulingkannya pada tumpukan jerami.Tanpa diduga Matthew pun mendekat ke arah Jo dan melepas jaketnya dan memberikan pada Josephine, “Pakai ini di luar akan dingin!”Sedikit ragu Josephine pun menerima dan memakai jaket milik Matthew. Pemuda asing itu pun mengangkat tubuh Ian pada pundaknya dan mengangguk , “Aku akan mengantarmu ke kota, setelah itu hubungi suamimu untuk menjemput! Kita harus cepat sebelum mereka semua bangun!” ajak Matthew.
“Jadi ini perbuatanmu?” tanya Nicko dengan geram. Kali ini wajahnya memerah dan matanya menatap tajam ke depan.“Ha ha ha kenapa? Apa ini terdengar menyakitkan untukmu? Baguslah kalau ini terdengar menyakitkan untukmu. Setidaknya dengan begini kau tahu telah berhadapan dengan siapa, dan kau bisa berpikir ulang untuk menghianati putriku!”“Watson, kau!” amuk Nicko. Kali ini ia benar-benar marah sampai tidak bisa berkata apa-apa lagi. Tangannya mulai mengepal kuat dan memaki pria yang meneleponnya. Tak ada yang pernaha mengira kalau Robert Watson, ayah Camilla terlibat penculikan istri dan anaknya sekarang.“Brengsek kau Watson, apa maumu! Aku peringaktan kau kalau aku tidak pernah mengkhianati putrimu. Itu hanya sebuah permainan konyol di masa kecil!” balas Nicko.“Permainan konyol masa kecil katamu? Sayang sekali sampai sekarang putriku masih saja
Pria yang dikenal Josephine melipat tangannya di depan dada lalu berjalan mendekati Josephine. “Kau ingin tahu kenapa aku bisa berada di sini? Tentu saja karena aku ingin bertemu denganmu manisku.”Tentu saja pria itu adalah Gerlad Jones, laki-laki paling egois yang pernah dikenal oleh Josephine.“Apa kau tidak bosan menggangguku terus menerus? Bukankah kau sudah tahu kalau aku dan kau tidak lagi ada hubungan apa-apa?” balas Josephine dengan ketus.Gerald langsung berjongkok dan menjajari posisinya dengan Josephine. Kali ini ia menyentuh lembut pipi Josephine dan membuat mantan kekasihnya itu jijik.Josephine tampak menepiskan tangan Gerald yang terus saja berusaha untuk menyentuhnya. Semakin Josephine menghindar semakin ia senang untuk menggodanya.“Kulitmu tetap saja mulus dan lembut, hanya saja sekarang kau sedikit berbeda. Sepertinya kau sedikit
Sore ini Nicko tengah menemani Josephine dan Ian untuk pergi ke taman. Kali ini mereka hanya ditemani oleh Jacklyn dan juga Owen pengawal Ian dan Jo.Sepertinya sudah cukup lama Josephine tidak menghabiskan waktu bertiga seperti sekarang ini. Belakangan, Nicko memang sibuk dengan segala aktivitasnya sendiri dan juga dunia pengobatan yang baru saja didapatkan olehnya. Kini mereka pun berpikir untuk beristirahat sejenak, lagipula semalam Jo berkata kalau ia ingin berbagi.Dengan bantuan Owen dan juga Jacklyn mereka pun menggelar meja dan meletakkan beberapa kotak makanan di sana yang akan diberikan pada siapapun yang membutuhkan secara cuma-cuma. Kali ini bukan hanya Jo saja yang terlihat begitu senang, tapi juga Ian, karena ia sudah lama tidak menghabiskan waktu bersama ayah angkatnya itu.Begitu Nicko selesai membereskan meja dan meletakkan beberapa makanan, seorang wanita paruh baya dengan pakaian lusuh pun mendatangi mereka. Dilihat dari pakaian yang dikenakan sepertinya dia adalah
Saat ini Andrew Young benar-benar terdesak. Ia benar-benar tidak menyangka akan mengalami nasib seperti ini.Orang yang dulu pernah dia remehkan tiba-tiba saja membalikkan keadaan hanya dalam hitungan beberapa menit saja. Dulu ia menganggap remeh keluarga Watson karena mereka memiliki kelas ekonomi di bawahnya.Apalagi dengan Nicko, dia justru tak pernah memperhitungkan pemuda itu sama sekali. Justru menganggap Nicko seperti hama yang harus segera dibasmi. Namun sekarang dialah hama itu. Bahkan Chuck yang jadi sekutunya juga menyalahkan dirinya.“Chuck, kau tidak menganggapku lagi? Apa kau tidak mengingat hubungan baik kita terdahulu?” tanya Tuan Young dengan suara yang terdengar bergetar karena mengandung kesedihan.Chuck menggeleng dan kembali berkata, “Apa kau tidak dengar apa yang telah dikatakan oleh pamanku tadi? Kami keluarga Watson sama sekali tidak menyambut kedatangan seorang pembohong. Sekarang lebih baik kau pergi dari sini!”“Chuck kau,—” Andrew tak lagi melanjutkan ucapa
Tubuh Andrew Young tiba-tiba terasa kaku dan lemas. Sekarang ia sudah tidak punya uang lagi dan itu sangat menyakitkan. Sekarang ia mendengar kabar kalau putra bungsunya mati bunuh diri, hidupnya benar-benar hancur saat ini.Dengan langkah yang gontai ia pun berjalan ke arah panggung kembali. Saat itu ia sudah melihat keadaan yang porak poranda. Semuanya penuh dengan sampah dan tak ada satu orangpun di sana.Ia pun berjalan dengan gontai, tapi seketika seorang pelayan pun datang untuk mengejarnya, “Maaf Tuan Young, ini tagihan untuk acara malam ini!”Saat itulah Andrew Young langsung menepuk dahinya dan bergumam kalau ia hampir lupa dengan tagihan yang harus dilunasinya. Saat menyewa tempat ini memang ia baru membayar setengah dari total layanan banket yang dipesan olehnya.Saat ini ia masih bisa bernapas lega sebab dalam saldo rekeningnya masih tersisa uang untuk biaya pelunasan acara kali ini. Namun untuk setelah itu ia tidak tahu harus bagaimana. Bahkan tidak yakin bisa membeli tik
Andrew Young tersentak dengan pernyataan mantan pengawalnya itu. Apalagi mereka malah menahannya dan membuat dirinya tidak lagi bisa bergerak dan mengumpankan pada orang-orang yang kini memburunya.Sebenarnya sekarang dia sudah benar-benar terjepit, tak ada yang bisa menolongnya. Ingin berteriak dan meminta tolong pada Matthew tapi sekarang anak muda itu sudah tidak bersamanya lagi. Lalu Tuan Watson, seharusnya pria itu bisa diandalkan olehnya. Sementara Chuck, adalah benar-benar sekutu baginya. Namun posisi mereka terlalu jauh dan tak memungkinkan untuknya berteriak.Kalaupun ia berteriak meminta bantuan mereka, sebelum Chuck datang ke sini dirinya pun sudah babak belur.Kini yang bisa dilakukannya hanya menggertak mantan pengawalnya lagi agar mau melindunginya. Pengawal yang telah dipecatnya adalah kumpulan orang-orang bodoh dengan badan yang kekar. Dengan memberikan mereka sedikit harapan saja, mereka pasti akan bergerak melindunginya, tak peduli sesulit apa rintangan yang harus di
Andrew Young mencoba untuk mengejar Nyonya Eleanor yang sekarang sudah menuruni panggung dan mengarah pada jalan keluar. Ia terus saja memanggil wanita itu dan memintanya untuk kembali.Namun sayang saat ia baru saja menuruni panggung ia sudah dihadang oleh beberapa orang yang telah membeli obatnya.Salah satunya adalah Tuan Austin. Ia berdiri merentangkan tangan dan menghalanginya untuk pergi. “Kau mau kemana? Segera bertanggung jawab atas apa yang telah kau lakukan pada kami! Kembalikan uang kami!”Beberapa yang telah membeli obat itu pun ikut membantu Tuan Austin. Mereka semua tampak mengepungnya.“Cepat kembalikan uang kami!” seru orang-orang itu sambil berteriak marah.Andrew Young justru menggelengkan kepala dan mencoba untuk menolak, “Tidak … tidak kalian sudah tahu kan kalau jika barang yang sudah dibeli tidak dapat dikembalikan.”Namun orang-orang tidak mau mengerti dan berkata kepadanya dengan lantang, “Tidak bisa, uang ini harus dikembalikan karena kau telah melakukan penip
Andrew Young tersenyum dan menggelengkan kepalanya, “Tentu tidak Tuan. Harga itu adalah harga yang sangat sepadan dengan apa yang kalian dapatkan.”“Huh kau pasti ingin merampok kami dengan membayar biaya yang tak sedikit itu! Aku tak mau membeli!” seru salah satu pengunjung.Andrew Young pun tersenyum sinis an berkata, “Aku tidak memiliki niat merampok pada kalian. Aku menetapkan harga yang pantas. Seperti yang kalian lihat pada pesta ulang tahun Tuan Watson, dan juga perubahan pada diriku. Kalian semua bahkan sudah menyentuhku dan merasakan perbedaan yang terjadi. Jadi menurutku 2,5 miliar itu sangat pantas.”Para pengunjung yang mengerubunginya pun berbicara seperti dengung kumbang. Setelah itu ia pun berkata lagi dengan memberikan penjelasan pada semuanya. “Apa kalian semua tidak tahu kalau di masa muda kita banyak menghabiskan waktu untuk bekerja keras, memikirkan banyak hal bahkan membuat kita lupa akan makan dan kurang tidur. Seringkali kita harus memakan makanan cepat saji unt