Raina tak henti mengelus punggung pamannya. Pria paruh baya di depannya tak henti-hentinya memaki dan mengungkapkan kesedihan akan apa yang dialami barusan.
"Raina, katakan pada Paman, apa salah Paman hingga anak yang seharusnya kubanggakan mengkhianatiku?" keluh Roberto mengacak-acak rambutnya."Bukan salah Paman, Armando yang menyia-nyiakan semua pemberian Paman."Roberto kembali menegak air dingin yang ada di depannya, kemudian bersandar dan melihat keponakannya."Apa menurutmu Paman terlalu memanjakannya?"Raina tak bisa menjawab pertanyaan pria di sampingnya. Roberto Blanc memang memberikan fasilitas yang berlimpah untuk putra semata wayangnya. Bahkan sejak kecil sepupunya itu sudah digadang-gadang akan mewarisi usahanya.Raina sangat paham jika orang tua ingin memberikan hak waris untuk anak kandungnya. Untuk itulah ia tak pernah mengharapkan dirinya menjadi bagian dari perusahaan Blanc.Namun RPlak! Plak!Armando yang masih bersimpuh pun mulai menampari pipinya sendiri begitu mengetahui Catherine melangkah pergi."Aku bersalah Cathy, maafkan aku," katanya setelah membuat pipinya semakin merah.Namun kakak Josephine tetap bergeming dan melangkah menuju kamarnya. Daisy yang melihat ketidak pedulian putrinya pun meneriaki si sulung."Catherine!" seru Daisy.Edmund mulai mendekati menantu kesayangannya dan membantunya berdiri."Kau tenang saja Armando, Cathy pasti akan memaafkanmu. Biar Daisy yang berbicara padanya," kata Edmund mencoba menenangkan Armando.Mantan Direktur Blanc ini sungguh pandai berakting. Ia memasang wajah yang paling sedih sampai mata terlihat sembab seperti hendak menangis.***Perasaan pria paruh baya itu semakin kacau tatkala membaca pesan lanjutan yang dikirimkan oleh sahabat Raina. Tangannya tampak mengepal kuat-kuat kemudian memukul m
Beberapa menit sebelumnya ....Edmund menyipitkan kedua matanya tatkala mendapati dua orang petugas berseragam berdiri tegap saat ia membuka pintu depan."Selamat malam, kami mendapat laporan kalau Tuan Armando Blanc sedang berada di sini," sapa petugas polisi dengan sopan tapi tak menghilangkan ketegasan mereka."Silakan masuk, Armando memang ada di sini," kata Edmund yang memang tak menaruh curiga sama sekali.Dalam pikirannya kedua petugas ini mencari Armando pasti bukan untuk menangkapnya. Di mata pria lima puluh tahunan ini Armando adalah seorang yang sangat luar biasa dan pantas diagungkan. Armando sungguh suci."Pasti mereka berniat memberikan perlindungan pada Armando. Dia memang sungguh hebat, perusahaannya juga besar, pasti ada banyak yang iri padanya hingga harus menggunakan jasa polisi untuk memberinya perlindungan," batin Edmund.Kedua petugas polisi itu pun melangkah mengikuti Edmund menuju r
Chaterine menutup mulutnya saat mendapati dua orang polisi tengah beradu argumen dengan Armando dan ayahnya. Saat itulah pria yang pernah menikah dengannya itu datang mendekat ke arahnya. Sementara Nicko melangkah menuju pintu depan."Anda bisa tanya pada istri saya, bagaimana sikap saya selama ini, benar kan Sayang?" tanya Armando sambil merangkul Catherine dengan erat.Sepertinya hanya Catherine dan Armando yang tahu kalau di balik pelukan yang ia berikan ternyata ada sesuatu. Armando memberikan tekanan yang cukup kuat pada pundak kakak Josephine dan membuatnya harus menggigit bibir menahan perih."Katakan hal yang baik tentangku. Jangan sampai mereka tahu tentang hubungan kita, atau aku akan membuat keluargamu sengsara!" bisik Armando mengancam.Wajah perempuan berambut pirang itu tampak menegang setelah mendengar ucapan Armando. Pundaknya semakin terasa sakit, lantaran pria yang merangkulnya memberi tekanan lebih kuat.
Kedua petugas polisi itu pun memborgol tangan Armando dan membawanya keluar. Putra Roberto itu pun berteriak dan meminta maaf pada ayahnya. Namun sayang, Roberto tak peduli. Dengan perasaan segan, pria paruh baya ini pun membuka telapak tangannya dan meminta sesuatu dari keponakannya. "Raina, berikan amlop yang tadi kutitipkan," pintanya. "Ini Paman," katanya menyerahkan amplop. "Ini untukmu Cathy," kata Roberto menyerahkan sejumlah uang dalam amplop. "I ... Ini untuk apa?" tanya Catherine. "Anggap ini permintaan maaf dariku yang telah gagal mendidik anakku. Mungkin kau bisa menggunakannya untuk mengobati lukamu," kata Roberto. Catherine nampak tertegun melihat perlakuan mantan mertuanya. Dimata wanita pirang itu, Roberto memang terlihat tegas dan kaku, tapi sebenarnya hatinya baik. Sementara Jo melirik suaminya dan Raina dengan heran, seolah menuntut penjelasan. Nicko yang tahu maksud dari sang istr
Josephine melirik suaminya yang tengah mengemudikan mobil dengan manja. Lelaki yang bersamanya baru saja menurunkan Catherine di Hotel Windsor."Sayang," panggil Jo"Kenapa sayang, apa kau menginkan sesuatu?" tanya Nicko."Sebenarnya aku ingin kau mengantarkanku nanti," pinta Jo."Aku siap mengantarmu kemana saja Tuan Puteri. Katakan kau ingin kemana?"Jo pun mengungkapkan keinginannya untuk membeli unit apartemen. Uang yang telah berhasil direbut oleh Nicko dari keluarga Brighton akan ia belikan sesuatu."Aku tak ingin Ibu mengetahui hal ini. Kau sendiri tahu kan bagaimana sifatnya," kata Jo kemudian menghela napas panjang.Nicko hanya mengangguk membenarkan perkataan istrinya, dan mengusap lengan Jo lembut. Selalu memberikan rasa aman yang dibutuhkan."Aku mengerti perasaanmu Jo.""Salahkah apa yang kulakukan? Aku ingin kita hidup tanpa campur tangan kedua orang tua
Nicko menekan tombol open pada lift yang hampir menutup, saat melihat betis seorang perempuan mulai melangkah masuk. Seperti biasa, ia tak peduli dengan siapa yang masuk lift bersamanya. Bagi Nicko ini adalah tempat umum, siapapun bebas untuk menggunakan.Perempuan itu pun melangkah dengan elegan dan memperbaiki topi lebar yang menutupi sebagian wajahnya."Lantai berapa Nyonya?" tanya Nicko tanpa melihat ke arah perempuan di sebelahnya.Perempuan bertopi itu pun tersenyum dan melirik ke arah tombol yang menyala dan menunjukkan angka 28. Lantai tertinggi di gedung itu sebelum rooftop. "Dua puluh tujuh," jawabnya dengan suara yang dibuat sedikit mendesah.Sejenak Nicko menyipitkan mata, seakan mengenal suara perempuan yang ada di sampingnya. Namun ia memilih untuk diam dan menganggap semua tidak penting, banyak orang yang memiliki suara hampir sama, begitu menurutnya.Perlahan, perempuan bertopi itu pun membuka dua
Nicko memutar manik matanya, lalu memalingkan wajah sejenak untuk menghindari Sabrina. Ia tebfah memikirkan bagaimana harus merespons perempuan ini. Mencoba untuk menyembunyikan kegugupannya, Nicko pun tertawa pada Sabrina. "Kau ini sedang mabuk ataukah melamun? Bisa-bisanya kau mengatakan aku adalah keturunan Lloyd," balas Nicko. Sepertinya pemuda ini lupa akan insiden Rolls Royce beberapa waktu lalu. Hingga Nicko bersikeras mengatakan kalau ia bukanlah direktur Richmond. "Kau tak perlu menyembunyikan jati dirimu lagi Tuan Muda Lloyd. Apa kau lupa dengan kejadian beberapa waktu lalu?" tanya Sabrina. Nicko hanya menyipitkan mata mendengar pertanyaan dari perempuan ini. "Memangnya berapa orang yang punya Rolls Royce di Westcoast Town? Bahkan berapa orang yang punya di negeri ini? Bukankah saat itu kau memintaku dan suamiku yang mengaku-ngaku memiliki mobil itu untuk menunjukkan kuncinya? Namun saat kami ketahuan
Nicko masih mencoba untuk tersenyum tatkala mendengar pertanyaan menyelidik yang dilontarkan Sabrina. Dalam hati ia memuji teman lama Josephine dan mengatakan kalau perempuan ini sangat kritis dan detail dalam mengingat sesuatu."Hmm sepertinya perempuan ini tak bisa kuanggap remeh," pikirnya."Bagaimana Tuan Muda, apa Anda ingin mengatakan sesuatu?""Aku mendengar percakapan suamimu dengan ketiga temannya. Mereka terdengar berang dan memaki karena dipecat tiba-tiba. Maka dari itu aku menggunakan kejadian ini untuk menjadikan senjata mengalahkan suamimu dan sahabatnya yang mencoba untuk menggoda istriku," jelas Nicko, tapi lagi-lagi ia ditertawakan oleh Sabrina.Sabrina mulai membelai dagu dan lehernya sendiri, kemudian pada dadanya dan menciptakan gerakan sensual di hadapan Nicko. Kemudian ia pun mendekat pada sosoknya yang bersandar pada dinding, dan berbisik."Kau tak pandai berbohong, Sayang.""Apa mak
Matthew tidak berkata apa-apa, bahkan bereaksi terhadap Josephine yang masih keheranan. Ia malah menunjukkan sikap dingin pada Josephine. Saat ini jantung Josephine pun bergetar penuh ketakutan, ia langsung memeluk tubuh Ian yang saat ini sudah tertidur dengan erat.Matthew melirik sejenak dan tak mempedulikan Jo, ia malah melangkah keluar dan kembali dengan membawa kejutan. Matthew langsung menarik tubuh dua penjaga yang sedang pingsan ke dalam dan menggulingkannya pada tumpukan jerami.Tanpa diduga Matthew pun mendekat ke arah Jo dan melepas jaketnya dan memberikan pada Josephine, “Pakai ini di luar akan dingin!”Sedikit ragu Josephine pun menerima dan memakai jaket milik Matthew. Pemuda asing itu pun mengangkat tubuh Ian pada pundaknya dan mengangguk , “Aku akan mengantarmu ke kota, setelah itu hubungi suamimu untuk menjemput! Kita harus cepat sebelum mereka semua bangun!” ajak Matthew.
“Jadi ini perbuatanmu?” tanya Nicko dengan geram. Kali ini wajahnya memerah dan matanya menatap tajam ke depan.“Ha ha ha kenapa? Apa ini terdengar menyakitkan untukmu? Baguslah kalau ini terdengar menyakitkan untukmu. Setidaknya dengan begini kau tahu telah berhadapan dengan siapa, dan kau bisa berpikir ulang untuk menghianati putriku!”“Watson, kau!” amuk Nicko. Kali ini ia benar-benar marah sampai tidak bisa berkata apa-apa lagi. Tangannya mulai mengepal kuat dan memaki pria yang meneleponnya. Tak ada yang pernaha mengira kalau Robert Watson, ayah Camilla terlibat penculikan istri dan anaknya sekarang.“Brengsek kau Watson, apa maumu! Aku peringaktan kau kalau aku tidak pernah mengkhianati putrimu. Itu hanya sebuah permainan konyol di masa kecil!” balas Nicko.“Permainan konyol masa kecil katamu? Sayang sekali sampai sekarang putriku masih saja
Pria yang dikenal Josephine melipat tangannya di depan dada lalu berjalan mendekati Josephine. “Kau ingin tahu kenapa aku bisa berada di sini? Tentu saja karena aku ingin bertemu denganmu manisku.”Tentu saja pria itu adalah Gerlad Jones, laki-laki paling egois yang pernah dikenal oleh Josephine.“Apa kau tidak bosan menggangguku terus menerus? Bukankah kau sudah tahu kalau aku dan kau tidak lagi ada hubungan apa-apa?” balas Josephine dengan ketus.Gerald langsung berjongkok dan menjajari posisinya dengan Josephine. Kali ini ia menyentuh lembut pipi Josephine dan membuat mantan kekasihnya itu jijik.Josephine tampak menepiskan tangan Gerald yang terus saja berusaha untuk menyentuhnya. Semakin Josephine menghindar semakin ia senang untuk menggodanya.“Kulitmu tetap saja mulus dan lembut, hanya saja sekarang kau sedikit berbeda. Sepertinya kau sedikit
Sore ini Nicko tengah menemani Josephine dan Ian untuk pergi ke taman. Kali ini mereka hanya ditemani oleh Jacklyn dan juga Owen pengawal Ian dan Jo.Sepertinya sudah cukup lama Josephine tidak menghabiskan waktu bertiga seperti sekarang ini. Belakangan, Nicko memang sibuk dengan segala aktivitasnya sendiri dan juga dunia pengobatan yang baru saja didapatkan olehnya. Kini mereka pun berpikir untuk beristirahat sejenak, lagipula semalam Jo berkata kalau ia ingin berbagi.Dengan bantuan Owen dan juga Jacklyn mereka pun menggelar meja dan meletakkan beberapa kotak makanan di sana yang akan diberikan pada siapapun yang membutuhkan secara cuma-cuma. Kali ini bukan hanya Jo saja yang terlihat begitu senang, tapi juga Ian, karena ia sudah lama tidak menghabiskan waktu bersama ayah angkatnya itu.Begitu Nicko selesai membereskan meja dan meletakkan beberapa makanan, seorang wanita paruh baya dengan pakaian lusuh pun mendatangi mereka. Dilihat dari pakaian yang dikenakan sepertinya dia adalah
Saat ini Andrew Young benar-benar terdesak. Ia benar-benar tidak menyangka akan mengalami nasib seperti ini.Orang yang dulu pernah dia remehkan tiba-tiba saja membalikkan keadaan hanya dalam hitungan beberapa menit saja. Dulu ia menganggap remeh keluarga Watson karena mereka memiliki kelas ekonomi di bawahnya.Apalagi dengan Nicko, dia justru tak pernah memperhitungkan pemuda itu sama sekali. Justru menganggap Nicko seperti hama yang harus segera dibasmi. Namun sekarang dialah hama itu. Bahkan Chuck yang jadi sekutunya juga menyalahkan dirinya.“Chuck, kau tidak menganggapku lagi? Apa kau tidak mengingat hubungan baik kita terdahulu?” tanya Tuan Young dengan suara yang terdengar bergetar karena mengandung kesedihan.Chuck menggeleng dan kembali berkata, “Apa kau tidak dengar apa yang telah dikatakan oleh pamanku tadi? Kami keluarga Watson sama sekali tidak menyambut kedatangan seorang pembohong. Sekarang lebih baik kau pergi dari sini!”“Chuck kau,—” Andrew tak lagi melanjutkan ucapa
Tubuh Andrew Young tiba-tiba terasa kaku dan lemas. Sekarang ia sudah tidak punya uang lagi dan itu sangat menyakitkan. Sekarang ia mendengar kabar kalau putra bungsunya mati bunuh diri, hidupnya benar-benar hancur saat ini.Dengan langkah yang gontai ia pun berjalan ke arah panggung kembali. Saat itu ia sudah melihat keadaan yang porak poranda. Semuanya penuh dengan sampah dan tak ada satu orangpun di sana.Ia pun berjalan dengan gontai, tapi seketika seorang pelayan pun datang untuk mengejarnya, “Maaf Tuan Young, ini tagihan untuk acara malam ini!”Saat itulah Andrew Young langsung menepuk dahinya dan bergumam kalau ia hampir lupa dengan tagihan yang harus dilunasinya. Saat menyewa tempat ini memang ia baru membayar setengah dari total layanan banket yang dipesan olehnya.Saat ini ia masih bisa bernapas lega sebab dalam saldo rekeningnya masih tersisa uang untuk biaya pelunasan acara kali ini. Namun untuk setelah itu ia tidak tahu harus bagaimana. Bahkan tidak yakin bisa membeli tik
Andrew Young tersentak dengan pernyataan mantan pengawalnya itu. Apalagi mereka malah menahannya dan membuat dirinya tidak lagi bisa bergerak dan mengumpankan pada orang-orang yang kini memburunya.Sebenarnya sekarang dia sudah benar-benar terjepit, tak ada yang bisa menolongnya. Ingin berteriak dan meminta tolong pada Matthew tapi sekarang anak muda itu sudah tidak bersamanya lagi. Lalu Tuan Watson, seharusnya pria itu bisa diandalkan olehnya. Sementara Chuck, adalah benar-benar sekutu baginya. Namun posisi mereka terlalu jauh dan tak memungkinkan untuknya berteriak.Kalaupun ia berteriak meminta bantuan mereka, sebelum Chuck datang ke sini dirinya pun sudah babak belur.Kini yang bisa dilakukannya hanya menggertak mantan pengawalnya lagi agar mau melindunginya. Pengawal yang telah dipecatnya adalah kumpulan orang-orang bodoh dengan badan yang kekar. Dengan memberikan mereka sedikit harapan saja, mereka pasti akan bergerak melindunginya, tak peduli sesulit apa rintangan yang harus di
Andrew Young mencoba untuk mengejar Nyonya Eleanor yang sekarang sudah menuruni panggung dan mengarah pada jalan keluar. Ia terus saja memanggil wanita itu dan memintanya untuk kembali.Namun sayang saat ia baru saja menuruni panggung ia sudah dihadang oleh beberapa orang yang telah membeli obatnya.Salah satunya adalah Tuan Austin. Ia berdiri merentangkan tangan dan menghalanginya untuk pergi. “Kau mau kemana? Segera bertanggung jawab atas apa yang telah kau lakukan pada kami! Kembalikan uang kami!”Beberapa yang telah membeli obat itu pun ikut membantu Tuan Austin. Mereka semua tampak mengepungnya.“Cepat kembalikan uang kami!” seru orang-orang itu sambil berteriak marah.Andrew Young justru menggelengkan kepala dan mencoba untuk menolak, “Tidak … tidak kalian sudah tahu kan kalau jika barang yang sudah dibeli tidak dapat dikembalikan.”Namun orang-orang tidak mau mengerti dan berkata kepadanya dengan lantang, “Tidak bisa, uang ini harus dikembalikan karena kau telah melakukan penip
Andrew Young tersenyum dan menggelengkan kepalanya, “Tentu tidak Tuan. Harga itu adalah harga yang sangat sepadan dengan apa yang kalian dapatkan.”“Huh kau pasti ingin merampok kami dengan membayar biaya yang tak sedikit itu! Aku tak mau membeli!” seru salah satu pengunjung.Andrew Young pun tersenyum sinis an berkata, “Aku tidak memiliki niat merampok pada kalian. Aku menetapkan harga yang pantas. Seperti yang kalian lihat pada pesta ulang tahun Tuan Watson, dan juga perubahan pada diriku. Kalian semua bahkan sudah menyentuhku dan merasakan perbedaan yang terjadi. Jadi menurutku 2,5 miliar itu sangat pantas.”Para pengunjung yang mengerubunginya pun berbicara seperti dengung kumbang. Setelah itu ia pun berkata lagi dengan memberikan penjelasan pada semuanya. “Apa kalian semua tidak tahu kalau di masa muda kita banyak menghabiskan waktu untuk bekerja keras, memikirkan banyak hal bahkan membuat kita lupa akan makan dan kurang tidur. Seringkali kita harus memakan makanan cepat saji unt