Nicko menekan tombol open pada lift yang hampir menutup, saat melihat betis seorang perempuan mulai melangkah masuk. Seperti biasa, ia tak peduli dengan siapa yang masuk lift bersamanya. Bagi Nicko ini adalah tempat umum, siapapun bebas untuk menggunakan.
Perempuan itu pun melangkah dengan elegan dan memperbaiki topi lebar yang menutupi sebagian wajahnya."Lantai berapa Nyonya?" tanya Nicko tanpa melihat ke arah perempuan di sebelahnya.Perempuan bertopi itu pun tersenyum dan melirik ke arah tombol yang menyala dan menunjukkan angka 28. Lantai tertinggi di gedung itu sebelum rooftop."Dua puluh tujuh," jawabnya dengan suara yang dibuat sedikit mendesah.Sejenak Nicko menyipitkan mata, seakan mengenal suara perempuan yang ada di sampingnya. Namun ia memilih untuk diam dan menganggap semua tidak penting, banyak orang yang memiliki suara hampir sama, begitu menurutnya.Perlahan, perempuan bertopi itu pun membuka duaNicko memutar manik matanya, lalu memalingkan wajah sejenak untuk menghindari Sabrina. Ia tebfah memikirkan bagaimana harus merespons perempuan ini. Mencoba untuk menyembunyikan kegugupannya, Nicko pun tertawa pada Sabrina. "Kau ini sedang mabuk ataukah melamun? Bisa-bisanya kau mengatakan aku adalah keturunan Lloyd," balas Nicko. Sepertinya pemuda ini lupa akan insiden Rolls Royce beberapa waktu lalu. Hingga Nicko bersikeras mengatakan kalau ia bukanlah direktur Richmond. "Kau tak perlu menyembunyikan jati dirimu lagi Tuan Muda Lloyd. Apa kau lupa dengan kejadian beberapa waktu lalu?" tanya Sabrina. Nicko hanya menyipitkan mata mendengar pertanyaan dari perempuan ini. "Memangnya berapa orang yang punya Rolls Royce di Westcoast Town? Bahkan berapa orang yang punya di negeri ini? Bukankah saat itu kau memintaku dan suamiku yang mengaku-ngaku memiliki mobil itu untuk menunjukkan kuncinya? Namun saat kami ketahuan
Nicko masih mencoba untuk tersenyum tatkala mendengar pertanyaan menyelidik yang dilontarkan Sabrina. Dalam hati ia memuji teman lama Josephine dan mengatakan kalau perempuan ini sangat kritis dan detail dalam mengingat sesuatu."Hmm sepertinya perempuan ini tak bisa kuanggap remeh," pikirnya."Bagaimana Tuan Muda, apa Anda ingin mengatakan sesuatu?""Aku mendengar percakapan suamimu dengan ketiga temannya. Mereka terdengar berang dan memaki karena dipecat tiba-tiba. Maka dari itu aku menggunakan kejadian ini untuk menjadikan senjata mengalahkan suamimu dan sahabatnya yang mencoba untuk menggoda istriku," jelas Nicko, tapi lagi-lagi ia ditertawakan oleh Sabrina.Sabrina mulai membelai dagu dan lehernya sendiri, kemudian pada dadanya dan menciptakan gerakan sensual di hadapan Nicko. Kemudian ia pun mendekat pada sosoknya yang bersandar pada dinding, dan berbisik."Kau tak pandai berbohong, Sayang.""Apa mak
"Baik Tuan Muda," kata seorang petugas keamanan."Silakan ikut kami Nyonya," kata salah seorang dari mereka dengan sopan dan berharap perempuan di depan mereka bersikap kooperatif.Lidah perempuan ini mendadak kelu, saat kedua lengannya dipegang oleh dua petugas. Bibirnya ingin sekali memanggil Nicko yang saat itu melenggang meninggalkan dirinya."Hih apa-apaan kalian, singkirkan tangan kotor kalian dariku. Aku ini sahabat dari Istri Tuan Muda kalian. Apa kalian ingin kehilangan pekerjaan?" ancam Sabrina yang malah membuat dirinya terlihat bodoh.Melihat Sabrina yang berontak, kedua petugas yang mengapitnya pun terpaksa untuk mencengkeram lengannya lebih kuat."Sialan kalian sudah mulai berani ya. Kau tahu aku akan membuat kalian kehilangan pekerjaan karena telah menyakitiku!" lagi-lagi Sabrina mengancam.Petugas berkepala plontos yang bernama Paul akhirnya buka suara."Jika memang Anda kenal
Sabrina memperhatikan kertas itu lagi. Kemudian ia pun memandang ke arah dua petugas yang berdiri di belakangnya bergantian.Kedua mata indahnya mulai berkaca-kaca. Dengan sikap memelas ia pun mencoba untuk meminta belas kasih.Tentu saja Sabrina tak ingin ada yang mengetahui tentang skandal yang ia buat. Dengan menandatangani surat pernyataan sama saja ia menyerah kalah, dan ia tak bisa memikirkan langkah selanjutnya.Sabrina berencana untuk mengadakan gencatan senjata sementara. Sambil menunggu waktu, ia akan meminta orang suruhannya untuk menghapus rekaman cctv kejadian dalam lift tadi."Bagaiamana Nyonya? Atau Anda memang betah berada di sini?" tanya Tuan Nelson lagi."Hei, kau harusnya bersyukur karena Tuan Muda masih memaafkanmu, tidak mengirimmu ke penjara. Atau kau memang lebih suka ada di penjara," walker, rekan Paul kali ini angkat bicara."Tuan Muda berencana melaporkanku?" tanya Sabrina mencoba
Seorang pria dengan pakaian rapi langsung menghampiri Sabrina, begitu melihat sosoknya berjalan dengan iringan petugas. Wajah perempuan yang tengah hamil muda itu tampak lesu dan kusut."Sabrina, Istriku," panggilnya."Erick, kenapa kau ada di sini?" tanya Sabrina sedikit merasa gugup.Erick tak menjawab pertanyaan sang istri, tapi ia melepaskan jas nya dan memakaikan pada tubuh sang istri."Kau pakai ini ya agar tak ada lagi yang melihatmu berpakaian begitu kusut," katanya kemudian menggandeng sang istri untuk naik ke mobil.Sedikit aneh bagi Sabrina mendapati suaminya berada di sini tiba-tiba. Namun sepertinya ia tak lagi mampu untuk mencari jawaban bagaimana laki-laki yang belum lama menikahinya ini hadir."Mungkin kebetulan Erick ada di sini, atau ia melacak keberadaan ponselku karena khawatir akan diriku dan janin dalam kandunganku."Sesekali sang suami meliriknya dengan tatapan yang aneh
Erick membelokkan mobilnya ke arah kiri. Jalur yang tak biasa dilewati mereka jika pulang ke rumah. Tentu saja hal ini semakin membuat Sabrina emosi."Kita akan kemana Erick?" tanyanya dengan nada tinggi. Namun suaminya tetap saja bergeming.Mobil lamborghini yang dikemudikan Erick pun terus saja melaju sampai akhirnya tiba di sebuah rumah yang cukup dikenal Sabrina. Sebuah rumah dengan pekarangan yang tak terlalu luas dan ditumbuhi pagar kayu di depannya.Rumah ini adalah milik orang tua Sabrina, tempat tinggal masa kecilnya dulu. Selama pernikahannya dengan Erick, ia hanya berkunjung kemari senanyak dua kali. Sabrina terlalu sibuk dengan lingkungan sosialita barunya.Bukan karena Erick atau kelurga suaminya melarang dirinya untuk bertemu orang tua kandungnya. Namun Sabrina sendiri yang sibuk dengan kegiatan sosialita. Pesta di sana sini, berbelanja ataupun kegiatan amal untuk mendapatkan foto yang cantik."Turunlah!"
Nicko menghempaskan tubuhnya begitu tiba di ruangannya. Ia sangat tak habis pikir bagaimana wanita itu bisa berbuat nekad terhadapnya."Huh, aku heran dengan kelakuan perempuan jaman sekarang. Bisa-bisanya mereka berbuat gila setelah tahu siapa diriku sebenarnya," gumamnya."Sepertinya pepatah pesona uang lebih berpengaruh dibanding penampilan ataupun kebaikan," tambahnya. Nicko memperhatikan pakaiannya dan seketika ia menutup hidungnya."Sial, aroma parfumnya kuat sekali!" keluhnya.Pemuda ini pun mencari cara bagaimana bisa menghilangkan aroma ini. Ia takut kalau-kalau istrinya curiga dan berpikiran yang tidak-tidak terhadapnya."Huh, sepertinya aku harus meminta pesuruh untuk membelikanku kaos dan jaket," katanya kemudian menekan tombol dan meminta Jeremiah untuk menyiapkan kebutuhannya.***Situasi yang berbeda terjadi pada Catherine kali ini. Perempuan yang kini menjabat sebagai man
Josephine tak canggung untuk memeluk dan mencium suaminya di pelataran parkir Hotel Emerald, tatkala lelaki itu menjemputnya. Ia sadar kalau beberapa pasang mata memandangnya dengan tatapan yang heran. Bagaiamana mungkin seorang General Manager Hotel berbintang bersuamikan laki-laki yang lusuh.Tak jarang ia mendengar kasak-kusuk yang mengatakan kalau ia adalah seorang sugarmommy. Namun Josephine tak peduli dengan itu semua. Bagi perempuan berambut pirang ini, Nicko adalah segalanya."Sayang, aku sudah mengatakan pada Catherine kalau kali ini kau tak bisa menjemputnya," kata Jo manja sambil kedua lengannya masih melingkar pada leher suaminya."Benarkah itu? Lalu apa katanya?""Dia tak masalah. Dia bisa pulang dengan taxi ataupun mobil hotel."Nicko pun mengangguk. Kembali Josephine mengingatkan sang suami tentang rencananya untuk mencari apartemen."Sayang, kau tidak lupa dengan rencana kita kan?" tanya Jo
Matthew tidak berkata apa-apa, bahkan bereaksi terhadap Josephine yang masih keheranan. Ia malah menunjukkan sikap dingin pada Josephine. Saat ini jantung Josephine pun bergetar penuh ketakutan, ia langsung memeluk tubuh Ian yang saat ini sudah tertidur dengan erat.Matthew melirik sejenak dan tak mempedulikan Jo, ia malah melangkah keluar dan kembali dengan membawa kejutan. Matthew langsung menarik tubuh dua penjaga yang sedang pingsan ke dalam dan menggulingkannya pada tumpukan jerami.Tanpa diduga Matthew pun mendekat ke arah Jo dan melepas jaketnya dan memberikan pada Josephine, “Pakai ini di luar akan dingin!”Sedikit ragu Josephine pun menerima dan memakai jaket milik Matthew. Pemuda asing itu pun mengangkat tubuh Ian pada pundaknya dan mengangguk , “Aku akan mengantarmu ke kota, setelah itu hubungi suamimu untuk menjemput! Kita harus cepat sebelum mereka semua bangun!” ajak Matthew.
“Jadi ini perbuatanmu?” tanya Nicko dengan geram. Kali ini wajahnya memerah dan matanya menatap tajam ke depan.“Ha ha ha kenapa? Apa ini terdengar menyakitkan untukmu? Baguslah kalau ini terdengar menyakitkan untukmu. Setidaknya dengan begini kau tahu telah berhadapan dengan siapa, dan kau bisa berpikir ulang untuk menghianati putriku!”“Watson, kau!” amuk Nicko. Kali ini ia benar-benar marah sampai tidak bisa berkata apa-apa lagi. Tangannya mulai mengepal kuat dan memaki pria yang meneleponnya. Tak ada yang pernaha mengira kalau Robert Watson, ayah Camilla terlibat penculikan istri dan anaknya sekarang.“Brengsek kau Watson, apa maumu! Aku peringaktan kau kalau aku tidak pernah mengkhianati putrimu. Itu hanya sebuah permainan konyol di masa kecil!” balas Nicko.“Permainan konyol masa kecil katamu? Sayang sekali sampai sekarang putriku masih saja
Pria yang dikenal Josephine melipat tangannya di depan dada lalu berjalan mendekati Josephine. “Kau ingin tahu kenapa aku bisa berada di sini? Tentu saja karena aku ingin bertemu denganmu manisku.”Tentu saja pria itu adalah Gerlad Jones, laki-laki paling egois yang pernah dikenal oleh Josephine.“Apa kau tidak bosan menggangguku terus menerus? Bukankah kau sudah tahu kalau aku dan kau tidak lagi ada hubungan apa-apa?” balas Josephine dengan ketus.Gerald langsung berjongkok dan menjajari posisinya dengan Josephine. Kali ini ia menyentuh lembut pipi Josephine dan membuat mantan kekasihnya itu jijik.Josephine tampak menepiskan tangan Gerald yang terus saja berusaha untuk menyentuhnya. Semakin Josephine menghindar semakin ia senang untuk menggodanya.“Kulitmu tetap saja mulus dan lembut, hanya saja sekarang kau sedikit berbeda. Sepertinya kau sedikit
Sore ini Nicko tengah menemani Josephine dan Ian untuk pergi ke taman. Kali ini mereka hanya ditemani oleh Jacklyn dan juga Owen pengawal Ian dan Jo.Sepertinya sudah cukup lama Josephine tidak menghabiskan waktu bertiga seperti sekarang ini. Belakangan, Nicko memang sibuk dengan segala aktivitasnya sendiri dan juga dunia pengobatan yang baru saja didapatkan olehnya. Kini mereka pun berpikir untuk beristirahat sejenak, lagipula semalam Jo berkata kalau ia ingin berbagi.Dengan bantuan Owen dan juga Jacklyn mereka pun menggelar meja dan meletakkan beberapa kotak makanan di sana yang akan diberikan pada siapapun yang membutuhkan secara cuma-cuma. Kali ini bukan hanya Jo saja yang terlihat begitu senang, tapi juga Ian, karena ia sudah lama tidak menghabiskan waktu bersama ayah angkatnya itu.Begitu Nicko selesai membereskan meja dan meletakkan beberapa makanan, seorang wanita paruh baya dengan pakaian lusuh pun mendatangi mereka. Dilihat dari pakaian yang dikenakan sepertinya dia adalah
Saat ini Andrew Young benar-benar terdesak. Ia benar-benar tidak menyangka akan mengalami nasib seperti ini.Orang yang dulu pernah dia remehkan tiba-tiba saja membalikkan keadaan hanya dalam hitungan beberapa menit saja. Dulu ia menganggap remeh keluarga Watson karena mereka memiliki kelas ekonomi di bawahnya.Apalagi dengan Nicko, dia justru tak pernah memperhitungkan pemuda itu sama sekali. Justru menganggap Nicko seperti hama yang harus segera dibasmi. Namun sekarang dialah hama itu. Bahkan Chuck yang jadi sekutunya juga menyalahkan dirinya.“Chuck, kau tidak menganggapku lagi? Apa kau tidak mengingat hubungan baik kita terdahulu?” tanya Tuan Young dengan suara yang terdengar bergetar karena mengandung kesedihan.Chuck menggeleng dan kembali berkata, “Apa kau tidak dengar apa yang telah dikatakan oleh pamanku tadi? Kami keluarga Watson sama sekali tidak menyambut kedatangan seorang pembohong. Sekarang lebih baik kau pergi dari sini!”“Chuck kau,—” Andrew tak lagi melanjutkan ucapa
Tubuh Andrew Young tiba-tiba terasa kaku dan lemas. Sekarang ia sudah tidak punya uang lagi dan itu sangat menyakitkan. Sekarang ia mendengar kabar kalau putra bungsunya mati bunuh diri, hidupnya benar-benar hancur saat ini.Dengan langkah yang gontai ia pun berjalan ke arah panggung kembali. Saat itu ia sudah melihat keadaan yang porak poranda. Semuanya penuh dengan sampah dan tak ada satu orangpun di sana.Ia pun berjalan dengan gontai, tapi seketika seorang pelayan pun datang untuk mengejarnya, “Maaf Tuan Young, ini tagihan untuk acara malam ini!”Saat itulah Andrew Young langsung menepuk dahinya dan bergumam kalau ia hampir lupa dengan tagihan yang harus dilunasinya. Saat menyewa tempat ini memang ia baru membayar setengah dari total layanan banket yang dipesan olehnya.Saat ini ia masih bisa bernapas lega sebab dalam saldo rekeningnya masih tersisa uang untuk biaya pelunasan acara kali ini. Namun untuk setelah itu ia tidak tahu harus bagaimana. Bahkan tidak yakin bisa membeli tik
Andrew Young tersentak dengan pernyataan mantan pengawalnya itu. Apalagi mereka malah menahannya dan membuat dirinya tidak lagi bisa bergerak dan mengumpankan pada orang-orang yang kini memburunya.Sebenarnya sekarang dia sudah benar-benar terjepit, tak ada yang bisa menolongnya. Ingin berteriak dan meminta tolong pada Matthew tapi sekarang anak muda itu sudah tidak bersamanya lagi. Lalu Tuan Watson, seharusnya pria itu bisa diandalkan olehnya. Sementara Chuck, adalah benar-benar sekutu baginya. Namun posisi mereka terlalu jauh dan tak memungkinkan untuknya berteriak.Kalaupun ia berteriak meminta bantuan mereka, sebelum Chuck datang ke sini dirinya pun sudah babak belur.Kini yang bisa dilakukannya hanya menggertak mantan pengawalnya lagi agar mau melindunginya. Pengawal yang telah dipecatnya adalah kumpulan orang-orang bodoh dengan badan yang kekar. Dengan memberikan mereka sedikit harapan saja, mereka pasti akan bergerak melindunginya, tak peduli sesulit apa rintangan yang harus di
Andrew Young mencoba untuk mengejar Nyonya Eleanor yang sekarang sudah menuruni panggung dan mengarah pada jalan keluar. Ia terus saja memanggil wanita itu dan memintanya untuk kembali.Namun sayang saat ia baru saja menuruni panggung ia sudah dihadang oleh beberapa orang yang telah membeli obatnya.Salah satunya adalah Tuan Austin. Ia berdiri merentangkan tangan dan menghalanginya untuk pergi. “Kau mau kemana? Segera bertanggung jawab atas apa yang telah kau lakukan pada kami! Kembalikan uang kami!”Beberapa yang telah membeli obat itu pun ikut membantu Tuan Austin. Mereka semua tampak mengepungnya.“Cepat kembalikan uang kami!” seru orang-orang itu sambil berteriak marah.Andrew Young justru menggelengkan kepala dan mencoba untuk menolak, “Tidak … tidak kalian sudah tahu kan kalau jika barang yang sudah dibeli tidak dapat dikembalikan.”Namun orang-orang tidak mau mengerti dan berkata kepadanya dengan lantang, “Tidak bisa, uang ini harus dikembalikan karena kau telah melakukan penip
Andrew Young tersenyum dan menggelengkan kepalanya, “Tentu tidak Tuan. Harga itu adalah harga yang sangat sepadan dengan apa yang kalian dapatkan.”“Huh kau pasti ingin merampok kami dengan membayar biaya yang tak sedikit itu! Aku tak mau membeli!” seru salah satu pengunjung.Andrew Young pun tersenyum sinis an berkata, “Aku tidak memiliki niat merampok pada kalian. Aku menetapkan harga yang pantas. Seperti yang kalian lihat pada pesta ulang tahun Tuan Watson, dan juga perubahan pada diriku. Kalian semua bahkan sudah menyentuhku dan merasakan perbedaan yang terjadi. Jadi menurutku 2,5 miliar itu sangat pantas.”Para pengunjung yang mengerubunginya pun berbicara seperti dengung kumbang. Setelah itu ia pun berkata lagi dengan memberikan penjelasan pada semuanya. “Apa kalian semua tidak tahu kalau di masa muda kita banyak menghabiskan waktu untuk bekerja keras, memikirkan banyak hal bahkan membuat kita lupa akan makan dan kurang tidur. Seringkali kita harus memakan makanan cepat saji unt