All Chapters of Tentang Harga Diri: Chapter 211 - Chapter 220

1073 Chapters

212. Gencatan Senjata Sementara

Sabrina memperhatikan kertas itu lagi. Kemudian ia pun memandang ke arah dua petugas yang berdiri di belakangnya bergantian.Kedua mata indahnya mulai berkaca-kaca. Dengan sikap memelas ia pun mencoba untuk meminta belas kasih.Tentu saja Sabrina tak ingin ada yang mengetahui tentang skandal yang ia buat. Dengan menandatangani surat pernyataan sama saja ia menyerah kalah, dan ia tak bisa memikirkan langkah selanjutnya.Sabrina berencana untuk mengadakan gencatan senjata sementara. Sambil menunggu waktu, ia akan meminta orang suruhannya untuk menghapus rekaman cctv kejadian dalam lift tadi."Bagaiamana Nyonya? Atau Anda memang betah berada di sini?" tanya Tuan Nelson lagi."Hei, kau harusnya bersyukur karena Tuan Muda masih memaafkanmu, tidak mengirimmu ke penjara. Atau kau memang lebih suka ada di penjara," walker, rekan Paul kali ini angkat bicara."Tuan Muda berencana melaporkanku?" tanya Sabrina mencoba
Read more

213. Kedatangan Erick

Seorang pria dengan pakaian rapi langsung menghampiri Sabrina, begitu melihat sosoknya berjalan dengan iringan petugas. Wajah perempuan yang tengah hamil muda itu tampak lesu dan kusut."Sabrina, Istriku," panggilnya."Erick, kenapa kau ada di sini?" tanya Sabrina sedikit merasa gugup.Erick tak menjawab pertanyaan sang istri, tapi ia melepaskan jas nya dan memakaikan pada tubuh sang istri."Kau pakai ini ya agar tak ada lagi yang melihatmu berpakaian begitu kusut," katanya kemudian menggandeng sang istri untuk naik ke mobil.Sedikit aneh bagi Sabrina mendapati suaminya berada di sini tiba-tiba. Namun sepertinya ia tak lagi mampu untuk mencari jawaban bagaimana laki-laki yang belum lama menikahinya ini hadir."Mungkin kebetulan Erick ada di sini, atau ia melacak keberadaan ponselku karena khawatir akan diriku dan janin dalam kandunganku."Sesekali sang suami meliriknya dengan tatapan yang aneh
Read more

214. Sandiwara Yang Lebih Hebat

Erick membelokkan mobilnya ke arah kiri. Jalur yang tak biasa dilewati mereka jika pulang ke rumah. Tentu saja hal ini semakin membuat Sabrina emosi."Kita akan kemana Erick?" tanyanya dengan nada tinggi. Namun suaminya tetap saja bergeming.Mobil lamborghini yang dikemudikan Erick pun terus saja melaju sampai akhirnya tiba di sebuah rumah yang cukup dikenal Sabrina. Sebuah rumah dengan pekarangan yang tak terlalu luas dan ditumbuhi pagar kayu di depannya.Rumah ini adalah milik orang tua Sabrina, tempat tinggal masa kecilnya dulu. Selama pernikahannya dengan Erick, ia hanya berkunjung kemari senanyak dua kali. Sabrina terlalu sibuk dengan lingkungan sosialita barunya.Bukan karena Erick atau kelurga suaminya melarang dirinya untuk bertemu orang tua kandungnya. Namun Sabrina sendiri yang sibuk dengan kegiatan sosialita. Pesta di sana sini, berbelanja ataupun kegiatan amal untuk mendapatkan foto yang cantik."Turunlah!"
Read more

215. Josephine vs Catherine

Nicko menghempaskan tubuhnya begitu tiba di ruangannya. Ia sangat tak habis pikir bagaimana wanita itu bisa berbuat nekad terhadapnya."Huh, aku heran dengan kelakuan perempuan jaman sekarang. Bisa-bisanya mereka berbuat gila setelah tahu siapa diriku sebenarnya," gumamnya."Sepertinya pepatah pesona uang lebih berpengaruh dibanding penampilan ataupun kebaikan," tambahnya. Nicko memperhatikan pakaiannya dan seketika ia menutup hidungnya."Sial, aroma parfumnya kuat sekali!" keluhnya.Pemuda ini pun mencari cara bagaimana bisa menghilangkan aroma ini. Ia takut kalau-kalau istrinya curiga dan berpikiran yang tidak-tidak terhadapnya."Huh, sepertinya aku harus meminta pesuruh untuk membelikanku kaos dan jaket," katanya kemudian menekan tombol dan meminta Jeremiah untuk menyiapkan kebutuhannya.***Situasi yang berbeda terjadi pada Catherine kali ini. Perempuan yang kini menjabat sebagai man
Read more

216. Jangan Sebarkan Aib!

Josephine tak canggung untuk memeluk dan mencium suaminya di pelataran parkir Hotel Emerald, tatkala lelaki itu menjemputnya. Ia sadar kalau beberapa pasang mata memandangnya dengan tatapan yang heran. Bagaiamana mungkin seorang General Manager Hotel berbintang bersuamikan laki-laki yang lusuh.Tak jarang ia mendengar kasak-kusuk yang mengatakan kalau ia adalah seorang sugarmommy. Namun Josephine tak peduli dengan itu semua. Bagi perempuan berambut pirang ini, Nicko adalah segalanya."Sayang, aku sudah mengatakan pada Catherine kalau kali ini kau tak bisa menjemputnya," kata Jo manja sambil kedua lengannya masih melingkar pada leher suaminya."Benarkah itu? Lalu apa katanya?""Dia tak masalah. Dia bisa pulang dengan taxi ataupun mobil hotel."Nicko pun mengangguk. Kembali Josephine mengingatkan sang suami tentang rencananya untuk mencari apartemen."Sayang, kau tidak lupa dengan rencana kita kan?" tanya Jo
Read more

217. Satu Perempuan Lagi

Van putih milik Nicko memasuki pelataran apartemen impian Josephine. Perempuan bermata aqua itu sudah membuat janji dengan marketing representative untuk melihat-lihat."Bagus juga," pikir Nicko sambil memandang bangunan megah di hadapannya.Sebuah apartemen minimalis dengan dominasi warna putih dan jendela kaca yang cukup besar membuat mereka bisa mendapatkan pencahayaan yang cukup."Ayo sayang, kita masuk," ajak Jo sambil menggandeng tangan suaminya yang sekarang mengenakan jas, meskipun dipadankan dengan celana jeans.Diam-diam sang istri memang menyiapkan jas warna khaki yang dulu milik Damian untuk dipakai oleh sang suami. Ia sudah menduga kalau penampilan suaminya yang seperti biasa pasti akan membuatnya diremehkan seperti biasa."Sayang, simpan uang ini dalam jas mu ya?" kata Jo sambil menyerahkan amplop tebal berisi uang untuk disimoan di saku dalam jas yang dikenakan Nicko."Kenapa kau memberikann
Read more

218. Tawaran Mendua

Seketika Nicko membulatkan mata begitu mendengar pertanyaan Dokter Dolores Ryan. Terlebih perempuan itu menggeser duduknya mendekat."Eh apa katamu?" tanya Nicko berpura-pura tidak tahu, padahal ia tengah menyembunyikan perasaan tidak nyaman."Apa kau tak ingin memiliki perempuan lain? Maksudku perempuan yang akan menghiburmu, tentu saja tanpa sepengetahuan istrimu," tambah dokter Dolores mencoba menjelaskan maksud dari pertanyaannya.Suami Josephine ini hanya menyipitkan kedua mata dan memandang ke arah perempuan di depannya. Saat itulah ia mendapatkan kalau tiga kancing atas kemeja sang dokter terbuka. Bahkan ia dengan jelas dapat melihat pakaian dalam biru gelap yang dikenakan olehnya.Pemuda ini kemudian mengusap wajahnya karena merasa risih. Dalam hati ia bertanya-tanya ada apa dengan para perempuan muda ini."Sebenarnya hari ini aku kenapa ya? Kenapa para perempuan begitu agresif terhadapku. Tadi pagi Jo yang mem
Read more

219. Keinginan Jo

Dokter Dolores hanya mematung begitu mendengar pernyataan Nicko. Perempuan yang selalu tampil bermartabat ini pun menunduk dan memperbaiki kancing bajunya yang terbuka."Sial! Berani benar ia menolakku," runtuknya dalam hati.Diam-diam ia pun melirik pemuda yang kini meninggalkannya untuk menemui sang istri yang terlihat di ujung. Sambil mendengkus kesal dokter wanita ini pun melangkah bersiap menuju ke unitnya di lantai tujuh belas.***"Eh Sayang, aku sudah selesai melihat-lihat bersama Nyonya Smith, unitnya bagus sekali dan furniturenya juga sudah lengkap," jelas Jo antusias begitu suaminya datang mendekat."Kau suka dengan tempat ini?" kata Nicko dengan sedikit berat.Kejadian yang baru saja menimpanya dengan dokter Ryan membuatnya merasa risih. Tentu saja ia sedikit takut kalau harus tinggal di sini dan satu atap dengan dokter Dolores Ryan."Iya Sayang, aku suka sekali,kita ambil tempat i
Read more

200. Rumah Baru Armando

Armando baru saja turun dari bis yang digunakan oleh para tahanan. Ia baru saja dipindahkan dari kantor polisi menuju lembaga permasyarakatan. Pria yang kini mulai ditumbuhi jambang itu dijatuhi vonis penipuan dan penganiayaan, dan harus menikmati masa-masa dalam kurungan selama lima tahun.Ia berjalan dengan diiringi oleh petugas sipir yang akan membawanya menuju kamar."Masuk sana!" perintah petugas sambil mendorong Armando masuk ke dalam sel nya.Sepanjang perjalanan menuju sel nya ia sudah melihat hal-hal yang tidak mengenakkan. Ia melihat beberapa narapidana memicingkan mata ke arahnya. Seolah mereka semua merencanakan sesuatu untuk menyambut kedatangannya.Pria hispanic ini melihat ke sekeliling ruangan ukuran 2x3 meter. Kemudian ia duduk di atas ranjang minimalisnya yang jauh dari kata nyaman."Huh, bagaimana aku bisa tidur jika harus berdampingan dengan toilet seperti ini," gerutunya.Pria ini pun
Read more

221. Pendatang Baru

Sebagai penghuni baru, tentu Armando tampak canggung dan sendirian. Ia tak memiliki seorang untuk diajak berbicara. Lebih tepatnya ia enggan untuk berbaur dengan tahanan yang lain.Pria yang terbiasa hidup dalam kemewahan ini pun memandang makanan yang ada dalam nampan dengan tidak berselera. Dua potong roti kering, sup kacang dan sekotak susu sama sekali tak menarik untuknya."Apa di sini tak menyediakan ikan atau steak?" gumam Armando sambil membawa nampan. Tampaknya gumaman Armando didengar oleh tahanan lain yang sedang duduk di meja makan bersama gerombolannya."Hei anak baru? Apa kau kira ini hotel berbintang, hingga kau bisa meminta makanan yang kau suka?" cibir salah seorang tahanan sambil mencolek pundak Armando.Melihat perlakuan tahanan yang menegurnya terus terang membuat Armando merasa risih. Apalagi saat memandang laki-laki yang menegurnya."Huh, dia pasti penjahat kawakan, wajahnya saja ada codet, b
Read more
PREV
1
...
2021222324
...
108
DMCA.com Protection Status