All Chapters of Tentang Harga Diri: Chapter 201 - Chapter 210

1073 Chapters

202. Akting Armando

Raina tak henti mengelus punggung pamannya. Pria paruh baya di depannya tak henti-hentinya memaki dan mengungkapkan kesedihan akan apa yang dialami barusan."Raina, katakan pada Paman, apa salah Paman hingga anak yang seharusnya kubanggakan mengkhianatiku?" keluh Roberto mengacak-acak rambutnya."Bukan salah Paman, Armando yang menyia-nyiakan semua pemberian Paman."Roberto kembali menegak air dingin yang ada di depannya, kemudian bersandar dan melihat keponakannya."Apa menurutmu Paman terlalu memanjakannya?"Raina tak bisa menjawab pertanyaan pria di sampingnya. Roberto Blanc memang memberikan fasilitas yang berlimpah untuk putra semata wayangnya. Bahkan sejak kecil sepupunya itu sudah digadang-gadang akan mewarisi usahanya.Raina sangat paham jika orang tua ingin memberikan hak waris untuk anak kandungnya. Untuk itulah ia tak pernah mengharapkan dirinya menjadi bagian dari perusahaan Blanc.Namun R
Read more

203. Aku Harus Melakukannya, Raina

Plak! Plak!Armando yang masih bersimpuh pun mulai menampari pipinya sendiri begitu mengetahui Catherine melangkah pergi."Aku bersalah Cathy, maafkan aku," katanya setelah membuat pipinya semakin merah.Namun kakak Josephine tetap bergeming dan melangkah menuju kamarnya. Daisy yang melihat ketidak pedulian putrinya pun meneriaki si sulung."Catherine!" seru Daisy.Edmund mulai mendekati menantu kesayangannya dan membantunya berdiri."Kau tenang saja Armando, Cathy pasti akan memaafkanmu. Biar Daisy yang berbicara padanya," kata Edmund mencoba menenangkan Armando.Mantan Direktur Blanc ini sungguh pandai berakting. Ia memasang wajah yang paling sedih sampai mata terlihat sembab seperti hendak menangis.***Perasaan pria paruh baya itu semakin kacau tatkala membaca pesan lanjutan yang dikirimkan oleh sahabat Raina. Tangannya tampak mengepal kuat-kuat kemudian memukul m
Read more

204. Dia Suci

Beberapa menit sebelumnya ....Edmund menyipitkan kedua matanya tatkala mendapati dua orang petugas berseragam berdiri tegap saat ia membuka pintu depan."Selamat malam, kami mendapat laporan kalau Tuan Armando Blanc sedang berada di sini," sapa petugas polisi dengan sopan tapi tak menghilangkan ketegasan mereka."Silakan masuk, Armando memang ada di sini," kata Edmund yang memang tak menaruh curiga sama sekali.Dalam pikirannya kedua petugas ini mencari Armando pasti bukan untuk menangkapnya. Di mata pria lima puluh tahunan ini Armando adalah seorang yang sangat luar biasa dan pantas diagungkan. Armando sungguh suci."Pasti mereka berniat memberikan perlindungan pada Armando. Dia memang sungguh hebat, perusahaannya juga besar, pasti ada banyak yang iri padanya hingga harus menggunakan jasa polisi untuk memberinya perlindungan," batin Edmund.Kedua petugas polisi itu pun melangkah mengikuti Edmund menuju r
Read more

205. Semua Berbalik

Chaterine menutup mulutnya saat mendapati dua orang polisi tengah beradu argumen dengan Armando dan ayahnya. Saat itulah pria yang pernah menikah dengannya itu datang mendekat ke arahnya. Sementara Nicko melangkah menuju pintu depan."Anda bisa tanya pada istri saya, bagaimana sikap saya selama ini, benar kan Sayang?" tanya Armando sambil merangkul Catherine dengan erat.Sepertinya hanya Catherine dan Armando yang tahu kalau di balik pelukan yang ia berikan ternyata ada sesuatu. Armando memberikan tekanan yang cukup kuat pada pundak kakak Josephine dan membuatnya harus menggigit bibir menahan perih."Katakan hal yang baik tentangku. Jangan sampai mereka tahu tentang hubungan kita, atau aku akan membuat keluargamu sengsara!" bisik Armando mengancam.Wajah perempuan berambut pirang itu tampak menegang setelah mendengar ucapan Armando. Pundaknya semakin terasa sakit, lantaran pria yang merangkulnya memberi tekanan lebih kuat.
Read more

206. Sabrina

Kedua petugas polisi itu pun memborgol tangan Armando dan membawanya keluar. Putra Roberto itu pun berteriak dan meminta maaf pada ayahnya. Namun sayang, Roberto tak peduli. Dengan perasaan segan, pria paruh baya ini pun membuka telapak tangannya dan meminta sesuatu dari keponakannya. "Raina, berikan amlop yang tadi kutitipkan," pintanya. "Ini Paman," katanya menyerahkan amplop. "Ini untukmu Cathy," kata Roberto menyerahkan sejumlah uang dalam amplop. "I ... Ini untuk apa?" tanya Catherine. "Anggap ini permintaan maaf dariku yang telah gagal mendidik anakku. Mungkin kau bisa menggunakannya untuk mengobati lukamu," kata Roberto. Catherine nampak tertegun melihat perlakuan mantan mertuanya. Dimata wanita pirang itu, Roberto memang terlihat tegas dan kaku, tapi sebenarnya hatinya baik. Sementara Jo melirik suaminya dan Raina dengan heran, seolah menuntut penjelasan. Nicko yang tahu maksud dari sang istr
Read more

207. Ada Yang Menunggu Diam-Diam

Josephine melirik suaminya yang tengah mengemudikan mobil dengan manja. Lelaki yang bersamanya baru saja menurunkan Catherine di Hotel Windsor."Sayang," panggil Jo"Kenapa sayang, apa kau menginkan sesuatu?" tanya Nicko."Sebenarnya aku ingin kau mengantarkanku nanti," pinta Jo."Aku siap mengantarmu kemana saja Tuan Puteri. Katakan kau ingin kemana?"Jo pun mengungkapkan keinginannya untuk membeli unit apartemen. Uang yang telah berhasil direbut oleh Nicko dari keluarga Brighton akan ia belikan sesuatu."Aku tak ingin Ibu mengetahui hal ini. Kau sendiri tahu kan bagaimana sifatnya," kata Jo kemudian menghela napas panjang.Nicko hanya mengangguk membenarkan perkataan istrinya, dan mengusap lengan Jo lembut. Selalu memberikan rasa aman yang dibutuhkan."Aku mengerti perasaanmu Jo.""Salahkah apa yang kulakukan? Aku ingin kita hidup tanpa campur tangan kedua orang tua
Read more

208. Perempuan Dalam Lift

Nicko menekan tombol open pada lift yang hampir menutup, saat melihat betis seorang perempuan mulai melangkah masuk. Seperti biasa, ia tak peduli dengan siapa yang masuk lift bersamanya. Bagi Nicko ini adalah tempat umum, siapapun bebas untuk menggunakan.Perempuan itu pun melangkah dengan elegan dan memperbaiki topi lebar yang menutupi sebagian wajahnya."Lantai berapa Nyonya?" tanya Nicko tanpa melihat ke arah perempuan di sebelahnya.Perempuan bertopi itu pun tersenyum dan melirik ke arah tombol yang menyala dan menunjukkan angka 28. Lantai tertinggi di gedung itu sebelum rooftop. "Dua puluh tujuh," jawabnya dengan suara yang dibuat sedikit mendesah.Sejenak Nicko menyipitkan mata, seakan mengenal suara perempuan yang ada di sampingnya. Namun ia memilih untuk diam dan menganggap semua tidak penting, banyak orang yang memiliki suara hampir sama, begitu menurutnya.Perlahan, perempuan bertopi itu pun membuka dua
Read more

209. Kau Mau Bilang Apa Tuan Muda?

Nicko memutar manik matanya, lalu memalingkan wajah sejenak untuk menghindari Sabrina. Ia tebfah memikirkan bagaimana harus merespons perempuan ini. Mencoba untuk menyembunyikan kegugupannya, Nicko pun tertawa pada Sabrina. "Kau ini sedang mabuk ataukah melamun? Bisa-bisanya kau mengatakan aku adalah keturunan Lloyd," balas Nicko. Sepertinya pemuda ini lupa akan insiden Rolls Royce beberapa waktu lalu. Hingga Nicko bersikeras mengatakan kalau ia bukanlah direktur Richmond. "Kau tak perlu menyembunyikan jati dirimu lagi Tuan Muda Lloyd. Apa kau lupa dengan kejadian beberapa waktu lalu?" tanya Sabrina. Nicko hanya menyipitkan mata mendengar pertanyaan dari perempuan ini. "Memangnya berapa orang yang punya Rolls Royce di Westcoast Town? Bahkan berapa orang yang punya di negeri ini? Bukankah saat itu kau memintaku dan suamiku yang mengaku-ngaku memiliki mobil itu untuk menunjukkan kuncinya? Namun saat kami ketahuan
Read more

210. Mau Menggodaku Ya

Nicko masih mencoba untuk tersenyum tatkala mendengar pertanyaan menyelidik yang dilontarkan Sabrina. Dalam hati ia memuji teman lama Josephine dan mengatakan kalau perempuan ini sangat kritis dan detail dalam mengingat sesuatu."Hmm sepertinya perempuan ini tak bisa kuanggap remeh," pikirnya."Bagaimana Tuan Muda, apa Anda ingin mengatakan sesuatu?""Aku mendengar percakapan suamimu dengan ketiga temannya. Mereka terdengar berang dan memaki karena dipecat tiba-tiba. Maka dari itu aku menggunakan kejadian ini untuk menjadikan senjata mengalahkan suamimu dan sahabatnya yang mencoba untuk menggoda istriku," jelas Nicko, tapi lagi-lagi ia ditertawakan oleh Sabrina.Sabrina mulai membelai dagu dan lehernya sendiri, kemudian pada dadanya dan menciptakan gerakan sensual di hadapan Nicko. Kemudian ia pun mendekat pada sosoknya yang bersandar pada dinding, dan berbisik."Kau tak pandai berbohong, Sayang.""Apa mak
Read more

211. Sesal

"Baik Tuan Muda," kata seorang petugas keamanan."Silakan ikut kami Nyonya," kata salah seorang dari mereka dengan sopan dan berharap perempuan di depan mereka bersikap kooperatif.Lidah perempuan ini mendadak kelu, saat kedua lengannya dipegang oleh dua petugas. Bibirnya ingin sekali memanggil Nicko yang saat itu melenggang meninggalkan dirinya."Hih apa-apaan kalian, singkirkan tangan kotor kalian dariku. Aku ini sahabat dari Istri Tuan Muda kalian. Apa kalian ingin kehilangan pekerjaan?" ancam Sabrina yang malah membuat dirinya terlihat bodoh.Melihat Sabrina yang berontak, kedua petugas yang mengapitnya pun terpaksa untuk mencengkeram lengannya lebih kuat."Sialan kalian sudah mulai berani ya. Kau tahu aku akan membuat kalian kehilangan pekerjaan karena telah menyakitiku!" lagi-lagi Sabrina mengancam.Petugas berkepala plontos yang bernama Paul akhirnya buka suara."Jika memang Anda kenal
Read more
PREV
1
...
1920212223
...
108
DMCA.com Protection Status