Raina masih mempelajari seluk beluk perusahaan Blanc. Mencari celah agar bisa menemui Nicko sang Direktur.
Kedekatannya dengan Nicko di masa lalu membuatnya yakin kalau ia bisa mencoba meminta bantuan teman lamanya itu."Apa Nicko bisa bantu aku ya? Kasihan Paman jika usahanya semakin merosot. Punya anak satu-satunya tak bisa diandalkan. Ia malah menghambur-hamburkan uang dan berselingkuh dengan sekretarisnya," pikirnya.Sementara di sana ....Nicko masih duduk di kursi kebesarannya sambil memutar-mutar ponsel. Sesekali benda pipih itu ditempelkan di dagu dan berpikir.Panggilan dari seorang kawan lama sukses untuk membuat kacau pikirannya."Raina ... Raina, sepertinya aku harus berbicara dengannya. Ini tak bisa dibiarkan," pikirnya.Ia kembali memperhatikan nomor yang tertera saat kawan lamanya menelepon."Huh, ini bukan nomor pribadi, ini nomor perusahaan Blanc, apa ia bekerja dRaina tak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya saat menangkap sosok laki-laki muda yang duduk sambil menikmati minuman dingin. Pemuda yang mengenakan celana jeans sobek pada lutut, kaos dan juga jaket jeans seperti vokalis band rock.Tak ada rasa canggung atau enggan bagi Raina mendekati sosok pemuda itu. Ia justru melenggang santai dan mengambil tempat di hadapannya."Nicko, kau ternyata tak berubah ya?" tanyanya."Eh, kau Raina. Kau mau pesan apa?" tanya Nicko ramah."Hmm masih sama seoerti favoritku dulu, fish and chips.""Itu saja, pesan apapun yang kau mau. Aku yang akan mentraktir. Bukankah dulu kau sering melakukannya padaku?" kata Nicko."Tentu kau yang harus mentraktir, kau kan sudah menjadi direktur perusahaan raksasa," canda Raina yang menciptakan tawa diantara mereka berdua.Mereka berdua pun saling membicarakan tentang masa lalu mereka. Saat mereka masih kuliah dulu, meskipun Rai
Raina mengambil minuman dingin dan menegaknya. Ia masih terkejut dengan apa yang didapati barusan. Sahabat semasa kuliah adalah keturunan seorang Lloyd.Perempuan berkulit gelap itu pun menunduk dan mengetuk-ngetuk dinding gelas. Membiarkan uap es menyentuh kulit jemarinya, sambil menundukkan kepala dan menghembuskan napas panjang.Perlahan ia mengangkat kepala dan menatap laki-laki di seberangnya dalam-dalam. Kemudian ia pun menggelengkan kepala."Kau ini ya," balasnya, dan membuat Nicko mengernyitkan dahi."Candaanmu ini sungguh lucu. Bukankah kau dulu pernah bilang kalau kau tinggal bersama keluarga angkatmu yang memperlakukanmu sebagai pelayan?" tanya Raina kemudian menutup mulut dengan telapak tangan karena menahan tawa.Kini giliran Nicko yang menghembuskan napas panjang."Panjang ceritanya, entah bagaimana aku akan memulainya.""Aku punya waktu," balas Raina.Sambil sedikit
"Silakan Raina!" kata Nicko membukakan pintu mobil dan membiarkan sahabatnya turun.Selama di perjalanan, mereka berdua sama-sama tak bicara. Raina sibuk dengan pikirannya sendiri. Mencoba menerka-nerka sikap dan cerita dari sahabatnya."Mobil seperti ini, apakah mungkin milik seorang direktur Richmond? Atau sebenarnya Nicko hanyalah seorang sopir?" tanyanya dalam hati."Namun jika ia seorang sopir, bagaimana mungkin ia bisa menandatangani dokumen pembatalan kerjasama dengan Blanc? Tapi kalau ia ditektur, kenapa mobilnya jelek sekali?"Sementara Nicko sendiri diam karena memang memberi waktu untuk sahabatnya berkutat dengan pikirannya sendiri. Semuanya telah ditunjukkan oleh Raina dari ekspresi wakahnya yang menegang.Raina melihat ke sekeliling dan tampak kagum dengan bangunan yang berdiri kokoh di hadapannya. Ia sering mendengar tentang Richmond group, tapi baru kali ini ia melihat kantor perusahaan berkelas itu seca
Wajah Raina mendadak kaku saat mendapati sahabatnya mengucapkan kalimat itu. Meskipun dalam hati ia tersenyum karena Nicko tak lupa dengan janjinya.Lagi-lagi pemuda yang penampilannya tak pernah berubah itu memberikan kejutan untuk yang kesekian kali. Membuatnya teringat akann hari kelulusannya, saat Nicko satu-satunya orang yang datang di hari istimewa itu.Keluarga angkat Raina telah meninggalkannya untuk selama-lamanya, setahun sebelum ia lulus. Sementara pamannya sibuk dengan perusahaan."Kau masih mengingatnya Nick?" tanya Raina."Tentu saja. Memangnya kau sudah lupa ya? Atau jangan-jangan kau sudah tidak menganggapku lagi?" balas Nicko dengan menunjukkan wajah yang pura-pura tersinggung.Raina pun melambaikan kedua tangannya di depan dada dan mengatakan tidak. "Bukan begitu, mana mungkin aku melupakanmu."Nicko pun mencondongkan badannya hingga lebih dekat dengan perempuan di seberangnya.
Hari sudah gelap saat Raina datang ke kediaman Blanc. Saat itu di ruang duduk terlihat Armando yang tengah berbicara dengan ayahnya.Pria berkulit tanning ini langsung menutup hidungnya begitu melihat sosok Raina masuk."Hmm bau busuk apa ini?" tanyanya dengan maksud menyindir Raina.Perempuan berambut panjang itu pun langsung mengambil tempat duduk di dekat pamannya yang terlihat dingin."Dari mana saja kau Raina?" tanya Roberto dengan nada tegas.Meskipun Raina bukan darah dagingnya, tapi Roberto begitu menyayangi gadis ini. Terlebih semenjak adiknya tiada, Raina menjadi tanggung jawabnya. Roberto yang masih kolot tentu saja akan mencari tahu kemana saja ia hari ini."Pasti dia bersenang-senang dengan kekasih gembelnya itu," sindir Armando.Sepertinya Roberto telah sedikit terpengaruh oleh putranya, hingga ia memandang keponakannya dengan tatapan yang menyelidik."Apa kau sudah
Roberto yang sudah terbius oleh kesuksesan Raina pun melirik ke arah putranya. Memberikan isyarat agar laki-laki itu pergi meninggalkan mereka berdua.Helaan napas lega ditunjukkan oleh Armando. Ia tak perlu lagi repot mencari alasan untuk menyembunyikan kegugupannya. Ucapan Raina tentang kejanggalan dalam laporan keuangan benar-benar mengusiknya."Ya, aku mengerti, aku akan pergi," katanya sambil melirik Raina dengan tatapan tidak bersahabat. Raina sendiri menanggapi tatapan Armando dengan senyuman yang sinis.***"Katakan Raina, apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Roberto sambil membungkukkan badan mendekat ke arah Raina.Raina langsung mengambil laporan keuangan yang tadi sengaja dicetak olehnya. Kemudian memberikan pada Pamannya dengan penuh hormat."Ini Paman, maafkan jika tidak berkenan.""Biar kubaca lebih dulu," balas Roberto begitu menerima kertas laporan dari Raina.Gadis
Nicko yang baru menyelesaikan pejerjaan rutinnya pun masuk ke kamar dan memeluk istrinya dari belakang. Kala itu Josephine tengan menyisir rambutnya yang panjang."Kau kelihatan lebih rileks kali ini, Sayang," bisik Nicko kemudian mencium tengkuknya lembut."Ya, akhirnya aku bisa sedikit bernapas lega," katanya."O ya? Apa ada sesuatu yang membuatmu merasa lebih baik?"Jo memutar tubuhnya dan duduk sambil menghadap ke arah suaminya. Ia pun mulai menceritakan apa yang terjadi padanya siang tadi."Tuan Evans meneleponku tadi, mereka ingin bicara dengan keluarga besarku," katanya dengan manja. Nicko mengerutkan dahi dan menatap istrinya.Bersikap seolah-olah ia tidak tahu dengan apa yang akan disampaikan istrinya."Memangnya kenapa Tuan Evans meneleponmu? Apa beliau memberimu tugas tambahan?"Jo menggeleng, "Bukan itu, Sayang.""Lalu?""Tuan Evans ingin meng
"Raina, pagi ini kau bisa berangkat dengan sopir kan? Aku ada keperluan mendesak," kata Armando yang terlihat terburu-buru, sampai-sampai melewatkan sarapan pagi bersama Ayahnya.Dalam hati Raina bertanya ada apa dengan sepupunya kali ini. Tumben sekali dia beriskap ramah dan sopan terhadapnya."Apakah ia mendengar pembicaraanku dengan Paman semalam ya?" pikir Raina."Kau mau kemana?" tanya Roberto sedikit curiga."Ayah, aku ada perlu dengan Tuan Zachary Wilson, aku akan mengurus perceraianku dengan wanita sialan itu," katanya.Roberto hanya tertawa sinis, seperti tak setuju jika putranya menyebut Catherine wanita sialan."Tak perlu terus menghinanya, selama menjadi istri dia selalu patuh terhadapmu," kata Roberto."Aku tak keberatan berangkat dengan sopir. Pergilah, dan selesaikan urusanmu segera. Setelah itu kembali ke kantor dan kembali bekerja seperti biasa!" kata Raina tegas.
Matthew tidak berkata apa-apa, bahkan bereaksi terhadap Josephine yang masih keheranan. Ia malah menunjukkan sikap dingin pada Josephine. Saat ini jantung Josephine pun bergetar penuh ketakutan, ia langsung memeluk tubuh Ian yang saat ini sudah tertidur dengan erat.Matthew melirik sejenak dan tak mempedulikan Jo, ia malah melangkah keluar dan kembali dengan membawa kejutan. Matthew langsung menarik tubuh dua penjaga yang sedang pingsan ke dalam dan menggulingkannya pada tumpukan jerami.Tanpa diduga Matthew pun mendekat ke arah Jo dan melepas jaketnya dan memberikan pada Josephine, “Pakai ini di luar akan dingin!”Sedikit ragu Josephine pun menerima dan memakai jaket milik Matthew. Pemuda asing itu pun mengangkat tubuh Ian pada pundaknya dan mengangguk , “Aku akan mengantarmu ke kota, setelah itu hubungi suamimu untuk menjemput! Kita harus cepat sebelum mereka semua bangun!” ajak Matthew.
“Jadi ini perbuatanmu?” tanya Nicko dengan geram. Kali ini wajahnya memerah dan matanya menatap tajam ke depan.“Ha ha ha kenapa? Apa ini terdengar menyakitkan untukmu? Baguslah kalau ini terdengar menyakitkan untukmu. Setidaknya dengan begini kau tahu telah berhadapan dengan siapa, dan kau bisa berpikir ulang untuk menghianati putriku!”“Watson, kau!” amuk Nicko. Kali ini ia benar-benar marah sampai tidak bisa berkata apa-apa lagi. Tangannya mulai mengepal kuat dan memaki pria yang meneleponnya. Tak ada yang pernaha mengira kalau Robert Watson, ayah Camilla terlibat penculikan istri dan anaknya sekarang.“Brengsek kau Watson, apa maumu! Aku peringaktan kau kalau aku tidak pernah mengkhianati putrimu. Itu hanya sebuah permainan konyol di masa kecil!” balas Nicko.“Permainan konyol masa kecil katamu? Sayang sekali sampai sekarang putriku masih saja
Pria yang dikenal Josephine melipat tangannya di depan dada lalu berjalan mendekati Josephine. “Kau ingin tahu kenapa aku bisa berada di sini? Tentu saja karena aku ingin bertemu denganmu manisku.”Tentu saja pria itu adalah Gerlad Jones, laki-laki paling egois yang pernah dikenal oleh Josephine.“Apa kau tidak bosan menggangguku terus menerus? Bukankah kau sudah tahu kalau aku dan kau tidak lagi ada hubungan apa-apa?” balas Josephine dengan ketus.Gerald langsung berjongkok dan menjajari posisinya dengan Josephine. Kali ini ia menyentuh lembut pipi Josephine dan membuat mantan kekasihnya itu jijik.Josephine tampak menepiskan tangan Gerald yang terus saja berusaha untuk menyentuhnya. Semakin Josephine menghindar semakin ia senang untuk menggodanya.“Kulitmu tetap saja mulus dan lembut, hanya saja sekarang kau sedikit berbeda. Sepertinya kau sedikit
Sore ini Nicko tengah menemani Josephine dan Ian untuk pergi ke taman. Kali ini mereka hanya ditemani oleh Jacklyn dan juga Owen pengawal Ian dan Jo.Sepertinya sudah cukup lama Josephine tidak menghabiskan waktu bertiga seperti sekarang ini. Belakangan, Nicko memang sibuk dengan segala aktivitasnya sendiri dan juga dunia pengobatan yang baru saja didapatkan olehnya. Kini mereka pun berpikir untuk beristirahat sejenak, lagipula semalam Jo berkata kalau ia ingin berbagi.Dengan bantuan Owen dan juga Jacklyn mereka pun menggelar meja dan meletakkan beberapa kotak makanan di sana yang akan diberikan pada siapapun yang membutuhkan secara cuma-cuma. Kali ini bukan hanya Jo saja yang terlihat begitu senang, tapi juga Ian, karena ia sudah lama tidak menghabiskan waktu bersama ayah angkatnya itu.Begitu Nicko selesai membereskan meja dan meletakkan beberapa makanan, seorang wanita paruh baya dengan pakaian lusuh pun mendatangi mereka. Dilihat dari pakaian yang dikenakan sepertinya dia adalah
Saat ini Andrew Young benar-benar terdesak. Ia benar-benar tidak menyangka akan mengalami nasib seperti ini.Orang yang dulu pernah dia remehkan tiba-tiba saja membalikkan keadaan hanya dalam hitungan beberapa menit saja. Dulu ia menganggap remeh keluarga Watson karena mereka memiliki kelas ekonomi di bawahnya.Apalagi dengan Nicko, dia justru tak pernah memperhitungkan pemuda itu sama sekali. Justru menganggap Nicko seperti hama yang harus segera dibasmi. Namun sekarang dialah hama itu. Bahkan Chuck yang jadi sekutunya juga menyalahkan dirinya.“Chuck, kau tidak menganggapku lagi? Apa kau tidak mengingat hubungan baik kita terdahulu?” tanya Tuan Young dengan suara yang terdengar bergetar karena mengandung kesedihan.Chuck menggeleng dan kembali berkata, “Apa kau tidak dengar apa yang telah dikatakan oleh pamanku tadi? Kami keluarga Watson sama sekali tidak menyambut kedatangan seorang pembohong. Sekarang lebih baik kau pergi dari sini!”“Chuck kau,—” Andrew tak lagi melanjutkan ucapa
Tubuh Andrew Young tiba-tiba terasa kaku dan lemas. Sekarang ia sudah tidak punya uang lagi dan itu sangat menyakitkan. Sekarang ia mendengar kabar kalau putra bungsunya mati bunuh diri, hidupnya benar-benar hancur saat ini.Dengan langkah yang gontai ia pun berjalan ke arah panggung kembali. Saat itu ia sudah melihat keadaan yang porak poranda. Semuanya penuh dengan sampah dan tak ada satu orangpun di sana.Ia pun berjalan dengan gontai, tapi seketika seorang pelayan pun datang untuk mengejarnya, “Maaf Tuan Young, ini tagihan untuk acara malam ini!”Saat itulah Andrew Young langsung menepuk dahinya dan bergumam kalau ia hampir lupa dengan tagihan yang harus dilunasinya. Saat menyewa tempat ini memang ia baru membayar setengah dari total layanan banket yang dipesan olehnya.Saat ini ia masih bisa bernapas lega sebab dalam saldo rekeningnya masih tersisa uang untuk biaya pelunasan acara kali ini. Namun untuk setelah itu ia tidak tahu harus bagaimana. Bahkan tidak yakin bisa membeli tik
Andrew Young tersentak dengan pernyataan mantan pengawalnya itu. Apalagi mereka malah menahannya dan membuat dirinya tidak lagi bisa bergerak dan mengumpankan pada orang-orang yang kini memburunya.Sebenarnya sekarang dia sudah benar-benar terjepit, tak ada yang bisa menolongnya. Ingin berteriak dan meminta tolong pada Matthew tapi sekarang anak muda itu sudah tidak bersamanya lagi. Lalu Tuan Watson, seharusnya pria itu bisa diandalkan olehnya. Sementara Chuck, adalah benar-benar sekutu baginya. Namun posisi mereka terlalu jauh dan tak memungkinkan untuknya berteriak.Kalaupun ia berteriak meminta bantuan mereka, sebelum Chuck datang ke sini dirinya pun sudah babak belur.Kini yang bisa dilakukannya hanya menggertak mantan pengawalnya lagi agar mau melindunginya. Pengawal yang telah dipecatnya adalah kumpulan orang-orang bodoh dengan badan yang kekar. Dengan memberikan mereka sedikit harapan saja, mereka pasti akan bergerak melindunginya, tak peduli sesulit apa rintangan yang harus di
Andrew Young mencoba untuk mengejar Nyonya Eleanor yang sekarang sudah menuruni panggung dan mengarah pada jalan keluar. Ia terus saja memanggil wanita itu dan memintanya untuk kembali.Namun sayang saat ia baru saja menuruni panggung ia sudah dihadang oleh beberapa orang yang telah membeli obatnya.Salah satunya adalah Tuan Austin. Ia berdiri merentangkan tangan dan menghalanginya untuk pergi. “Kau mau kemana? Segera bertanggung jawab atas apa yang telah kau lakukan pada kami! Kembalikan uang kami!”Beberapa yang telah membeli obat itu pun ikut membantu Tuan Austin. Mereka semua tampak mengepungnya.“Cepat kembalikan uang kami!” seru orang-orang itu sambil berteriak marah.Andrew Young justru menggelengkan kepala dan mencoba untuk menolak, “Tidak … tidak kalian sudah tahu kan kalau jika barang yang sudah dibeli tidak dapat dikembalikan.”Namun orang-orang tidak mau mengerti dan berkata kepadanya dengan lantang, “Tidak bisa, uang ini harus dikembalikan karena kau telah melakukan penip
Andrew Young tersenyum dan menggelengkan kepalanya, “Tentu tidak Tuan. Harga itu adalah harga yang sangat sepadan dengan apa yang kalian dapatkan.”“Huh kau pasti ingin merampok kami dengan membayar biaya yang tak sedikit itu! Aku tak mau membeli!” seru salah satu pengunjung.Andrew Young pun tersenyum sinis an berkata, “Aku tidak memiliki niat merampok pada kalian. Aku menetapkan harga yang pantas. Seperti yang kalian lihat pada pesta ulang tahun Tuan Watson, dan juga perubahan pada diriku. Kalian semua bahkan sudah menyentuhku dan merasakan perbedaan yang terjadi. Jadi menurutku 2,5 miliar itu sangat pantas.”Para pengunjung yang mengerubunginya pun berbicara seperti dengung kumbang. Setelah itu ia pun berkata lagi dengan memberikan penjelasan pada semuanya. “Apa kalian semua tidak tahu kalau di masa muda kita banyak menghabiskan waktu untuk bekerja keras, memikirkan banyak hal bahkan membuat kita lupa akan makan dan kurang tidur. Seringkali kita harus memakan makanan cepat saji unt