Di kediaman keluarga Rayn. Semua sedang menikmati makan malam, kecuali Kiano yang masih di kantor sedang berkutak dengan beberapa pekerjaannya. Ia pun merasa lehernya terasa sangat tegang. Karena ia harus beradu menatap layar pada laptopnya yang berisi beberapa laporan perusahaan. Kedua matanya pun sudah memanas. “Lebih baik lembur, daripada harus dengerin ocehan dari mama sama papa soal keturunan,” dengus kesal Kiano sambil melonggarkan dasi pada kra bajunya. Ia sebenarnya muak dengan aturan yang ada di keluarganya. “Kapan aku bisa bebas memilih apa yang aku mau. Tanpa ada campur tangan dari mereka,” gumamnya. Di meja kerjanya Celline terlihat mukanya sangat muram. Karena, ia harus lembur bagaikan kuda. Ia bahkan tidak sempat berkencan dengan kekasihnya. Ia merasa b
Read more