Beranda / Romansa / Second Woman / Bab 06 - Diculik

Share

Bab 06 - Diculik

Penulis: Riska Vianka
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-01 21:45:13

Danilla merasa sangat lapar. Padahal dia itu selalu malas makan. Ia merasakan nafsu makannya sangat bertambah.

            “La, hati-hati kamu makin subur!”

            “Ah, bodoh amat!”

            “Kalau kamu gendut kayak raksasa gimana?”

            “Nggak mungkin, Ren,” tepis Danilla. “Aku nggak bakalan gendut.”

            “Lihat kamu itu kok aneh banget. Masa makan kayak orang kesurupan saja.”

            “Emang kamu nggak begah sama perutmu?”

            “Enggak, Ren. Ini masih ada ruang kosong.”

            “Sumpah gila. Masa habis sembuh dari asam lambung kamu makin doyan makan.”

            “Mungkin, ini efek dari obat yang aku minum.’

            “Iya, sih. Bisa jadi.”

            Ponsel Karen pun berdering, ia melihat sebuah layar panggilan dari nomer yang asing.

            “Kenapa, Ren?”

            “Nggak tahu ini. Aku juga nggak tahu nomer siapa,” Karen mengangkat kedua bahunya.

            “Aku mau angkat dulu ya?”

            “Terserah kamu, Ren. Itu hak kamu. Kalau aku sih bodoh amat!”

            Karen sudah hafal dengan sahabatnya.

“Ren, aku mau ke supermarket. kamu mau nitip apa enggak?”

            “Nitip cemilan aja dech.”

            “Okey, aku akan beliin kamu. Tapi, bagi duit dulu donk.”

            “Hadeh! Kamu udah berubah profesi menjadi tukang palak!”

            “Duitku udah abis!” kekeh Danilla.

            “Ish, awas kalau kamu nggak bayar.”

            “Yaelah sama temen perhitungan amat! Dosa tahu!”

            “Bodoh amat! Mangkannya kerja!”

            “Ya, nanti, kalau aku udah bosen buat marathon drama korea,” cengir Danilla.

            “Astaga!” Karen hanya mampu mengelus dadanya, ia tidak bisa berkata-kata apapun. Karena percuma saja tidak akan didengar oleh Danilla yang kepala batu.

*

            Sore ini langit begitu cerah, perempuan cantik itu jalan-jalan ke sebuah supermarket terdekat. Ia pun tersenyum terhadap dunia. Namun, sebuah aroma tidak asing menyelinap ke dalam kedua rongga hidungnya.

            “Kayak baunya…. ” pikir Danilla mengendus bau parfum yang familiar sekali. “Ah bodoh amatlah, mungkin ini hanyalah sebatas halu saja,” tepisnya.

            Danilla pun melanjutkan perjalanannya. Ia pun menatap dunia yang pernah tenggelam atas ketidak adilan.

            Sebuah tangan mencengkeram erat pergelangan tangannya. Sepasang mata saling bertemu, sebuah tatapan dalam lima detik begitu menghipnotis. Bibir serasa bungkam seketika.

            “Pak Kiano,” Danilla mengucap begitu lirih. Saling menatap dalam jarak beberapa centimeter.

            “Ikutlah denganku,” bisik Kiano ke telinga kanan Danilla.

            “Enggak!” tolak Danilla, lalu berlari pergi menjauh dari sosok mantan bosnya. Ia pun bersembunyi di sebuah tempat dekat pembuangan sampai. Ia membungkam mulutnya sendiri agar tidak menimbulkan suara. “Kenapa Pak Kiano mencariku? Apa aku melakukan kesalahan setelah keluar dengan dadakan di kantornya?” pikirnya.

            “Danilla?”

            “Sstttt!” Sebuah kode keras yang Danilla tunjukkan, ia tidak ingin kalau keberadaannya diketahui oleh Kiano.

            Pria yang sudah tidak asing di kedua mata Danilla itu bertemu kembali.

            “Mas Akbar, pergilah!” Danilla mengucap dengan berbisik.

            “Ayo ikut aku sekarang!” Akbar pun mengenggam tangan Danilla untuk segera berlari. Napas Danilla terasa sangat ngos-ngosan.

            “Mas, aku nggak sanggup,” kata Danilla.

            Akbar pun jongkok. Lalu meminta Danilla naik ke pundaknya. Ia akan mengendong Danilla.

            “Ke mana? Tapi, amankan?” bisik Danilla.

            Akbar pemilik nama pria itu. Dulu mereka pernah bersama, tapi sebuah takdir tidak pernah adil untuk dia.

            “Aman, La.”

            Akbar pun memanggil Danilla dengan sebutan Lala.

            Danilla menghela napas beratnya.

            “Baiklah, aku percaya kamu,” Danilla pun mengiyakan. “Kenapa kamu datang di saat hati ini merindukan kisah-kisah yang dulu pernah kita ukir? Bagaimana bisa aku melupakan jejak kenangan manis?” batin Danilla.

            Sebuah tangan Danilla raih. Hingga senyuman yang telah lama punah. Kini mulai bisa ia tunjukkan kembali.

            “Cinta itu kamu, Mas Akbar.” Danilla mengucap dalam hati kecilnya.

            Danilla pun terdiam dalam langit sore.

            “DANILLA ANATASYA!” seringai seorang pria dengan nada berat nan angkuh. Langkah kedua kaki mereka terhenti seketika. Lalu, Danilla pun menoleh seketika.

            “Astaga, kenapa manusia planet itu muncul kembali?” gumam Danilla.

            “La, apa lu kenal pria itu?”

            Danilla pun terdiam seketika.

            “La?”

            “Dia adalah calon istriku!” teriakan lantang Kiano.

            “WHATTT?” Danilla terkejut mendengar pernyataan Kiano.

            “La, apa dia benar tunangan kamu?”

            “Bukan!” Danilla mengelengkan kepalanya, ia merasa kalau bosnya mulai tidak waras. “Kenapa dia pakai ngaku-ngaku kalau aku calon istrinya?” pikir Danilla.

            “Yakin?” tanya kembali Akbar dengan menangkupkan kedua telapak tangan di kedua pipi chubby Danilla.

            “Iya. Dia cuman pria frustasi yang ngaku-ngaku, Mas. Dia cuman mantan bos aku dulu,” jawab Danilla dengan memutar kedua bola matanya dengan malas. Ia masih merasa kesal dengan peristiwa tiga bulan lalu yang cukup memberinya luka. Hingga keputusan mengundurkan diri.

            Kiano pun melangkah maju, lalu ia pun mengambil ahli Danilla dengan mengendong ala karung beras.

            “Turunin aku! Bego!” teriak lanta Danilla dengan pemberontakan kecil. Ia memukul-mukul punggung belakang Kiano.

            “Lepasin dia,” perintah Akbar.

            “Mana mungkin saya ngelepasin dia, karena dia hanya milik saya!” seringai Kiano.

            “Mas Akbar, tolongin aku!” pinta Danilla dengan memberontak kecil sambil memukul-mukul Kiano. Ia merasa bosnya mulai kehilangan akal sehat.

            “Dia milik hanya milik saya! Anda nggak usah ikut campur urusan saya!” sentak Kiano dengan meninggikan nadanya dengan menunjuk ke arah Akbar.

            Akbar pun ingin merebut Danilla, namun sayangnya orang-orang bayaran Kiano pun datang. Ia pun  terhalang oleh mereka. Tubuhnya babak belur karena orang-orang bayaran pria itu.

            “Kiano jangan sakitin Akbar!” pinta Danilla dengan terisak tangis. Ia merasa tidak tega bila pria yang dicintai harus babak belur. Meskipun, Akbar pernah membuatnya terluka kala itu.

            “Baiklah, saya akan lepasin dia. Asal kamu mau turutin apa kata saya,” ujar Kiano.

            “Baiklah, saya akan menuruti apa mau bapak, tapi bapak harus turunin saya!” titah Danilla dengan nada berat. Ia merasa aneh dengan sikap bosnya yang mendadak ngaku-ngaku menjadi tunangan dia. Padahal ia tidak pernah memiliki hubungan di luar bos dan karyawan saja.

            “Saya tidak akan menurunkan kamu,” sikap keras kepala Kiano.

            Danilla pun berteriak-teriak. Tapi, tidak ada satu pun yang menghiraukannya. Ia makin merasa sangat kesal sekali. Hingga ia memaki-maki Kiano tiada hentinya. Pemberontakkan itu masih dia lakukan.

            “CUKUP!”

            Danilla masih saja melakukan pemberontakkan. Dia merasa sangat tidak tega melihat pria yang dia cintai harus terluka. Padahal ia berharap meminta penjelasan tentang kemarin.

            Kiano pun mengendong Danilla hingga menuju ke mobil mewahnya. Ia pun hanya tersenyum kecil. Ia hanya ingin janin dalam kandungan perempuan itu, meskipun Danilla tidak tahu apa yang diinginkan Kiano.

            “Ada apa dengan Pak Kiano? Kenapa dia bersikap seperti ini?!” pikir Danilla saat di dalam mobil ferarri milik Kiano. Ia merasa sedikit aneh dengan sikapnya. “Dasar pria aneh!” umpatnya.

            --

            Karen pun cemas dan khawatir, karena sudah hampir tiga jam Danilla belum juga datang. Ia takut kalau sahabatnya terjadi sesuatu di jalan. Apalagi dia tidak membawa ponselnya.

            “La, kamu di mana sekarang?” Karen pun mondar-mandir tidak jelas. Ia pun tidak bisa berkata-kata. Meskipun, Danilla suka menyebalkan, tapi dia sangat menyayanginya layaknya saudara kandungnya.

            Danilla memang memiliki sikap keras kepala dan kadang suka kekanak-kanakan membuat Karen terus mengomel sepanjang masa. Rasa cemas dan khawatir Karen begitu besar.

            Sebuah ketukan pintu kamar kos Karen, lalu ia membuka pintu.

            Karen pun terkejut, ia mendapati seorang pria bertubuh besar layaknya body guard.

            “Selamat malam nona Karen.”

            “Iya, ada apa?”

            “Saya ingin mengambil semua barang-barang nona Danilla.”

            “Untuk apa? Di mana Danilla teman saya?”

            “Danilla sedang bersama tuan saya. Dia aman di sana.”

            “Kenapa teman saya bisa ikut tuan anda?”

            “Saya hanya menjalankan tugas.”

            “Heh!”

            Pria bertubuh besar itu langsung menerobos masuk ke dalam kos’an Karen. Ia pun tidak ingin banyak bicara sama sekali. Lalu, mengemasi semua barang-barang milik Danilla dalam koper.

            Karen tidak bisa menghalangi pria itu. Ia kalah besar dan tinggi. Pertanyaannya tidak dijawab oleh pria itu.

*

           

Riska Vianka

Bagaimana nasib Danilla? Next episode temukan jawabannya.

| Sukai

Bab terkait

  • Second Woman   Bab 07 - Curiga

    Sebuah rumah mewah milik keluarga Rayn. Bangunan klasik ala italia dengan batu marmer hingga ukiran. Terdiam hingga terpaku. Tangan kanan Danilla digenggam erat oleh Kiano dari turun dari mobil hingga kedua kakinya menapaki area halaman rumah. “Kenapa bapak ajak saya ke sini?” Danilla mengendus ada sesuatu yang janggal. Senyuman pria di hadapan terlihat sangat licik sekali. “Apa yang dia rencanakan? Apa Pak Kiano salah satu mafia yang memperjual belikan wanita?” pikirnya. Kiano hanya menyungingkan yang membuat Danilla merinding. Senyuman yang terlihat sangat dingin dan mencekam. “Sial! Apa aku akan dijebak sebagai wanita penghibur pria-pria hidung belang?” Danilla menaik

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-02
  • Second Woman   Bab 08 - Sebuah Kenyataan

    Sudah hampir dua hari Vira menunggu di depan pintu rumahnya. Suami yang dia idamkan belum juga datang. Hatinya terasa begitu sangat pedih. Ia hanya bisa berdoa semoga suatu saat nanti Tuhan akan melembutkan hati pria yang menjadi suaminya. Vira hanya mampu membatin, bahkan ia juga tidak pernah disentuh sama sekali oleh suaminya. Ia hanya dapat mengadu kepada Tuhan, agar memberikan keadilan atas ketulusan cintanya. Ia sudah bersabar tanpa batas waktu. Cintanya tidak bisa terbalaskan sama sekali. Sikap dingin suaminya selalu ia terima dan telan mentah - mentah. Dia tidak pernah mengeluh sama sekali. Ia terima, meskipun ada banyak luka-luka yang ia sembunyikan setiap waktu yang bergulir. “Ra, apa kamu yakin akan bertahan dengan pria seperti suamimu itu?” &

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-02
  • Second Woman   Bab 09 - Hamil?

    Di sebuah ranjang empuk. Danilla tidak sadarkan diri, setelah melihat sebuah garis biru pada alat tes kehamilannya. Ia merasa sangat terkejut. Padahal seingatnya dia belum pernah melakukan hal itu. Ia berjanji hanya melakukannya setelah menikah. “Apa aku hamil? Ini nggak mungkin. Pasti alat testpack nya sudah kadaluwarsa. Ini terjadi kesalahan,” Danilla berpikir keras, ketika itu sebelum dia benar-benar terlihat semu. Ia pun jatuh pingsan. Dokter Anita sudah memeriksa Danilla yang kondisinya baik-baik saja. “Pak Kiano tolong dijaga istrinya. Karena, kehamilan muda rawan untuk keguguran.” “Iya, Dok.”&nb

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-02
  • Second Woman   Bab 10 - Kabur

    Danilla masih merasa terkejut, apalagi ia dinyatakan hamil. Ia juga dia ajak menikah dengan bosnya. Tapi, ia menolaknya. “Kita harus menikah besok!” “Mau nggak mau kamu harus menikah dengan saya! Karena, itu calon anak saya ada di rahim kamu.” Semua kata-kata yang diucapkan oleh Kiano menari-nari dalam ingatannya. Ia pun merasakan kalau mantan bosnya itu keterlaluan. Sepanjang perjalanan Danilla merasa diikuti oleh seseorang. Saat dia menengok, tapi tidak ada satu pun. Sepanjang jalan suasana malam terasa sangat dingin dan mencekam. Ia pun mendengar suara-suara yang mampu menaikan bulu kuduknya.&n

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-02
  • Second Woman   Bab 11 - NIKAH ? TIDAK !

    “Ke mana Danilla?Kenapa orang suruhan bos Kiano meminta dibawa semua seluruh perlengkapan milik Danilla?” Karen mulai berpikir dalam kepalanya hingga dia mondar-mandir tidak jelas di kamar kos an. Ia pun ingin mencari di mana Danilla dibawa oleh bosnya. “Apa aku akan menanyakan masalah Danilla ke Pak Kiano besok di kantor?” pikir Karen sekali lagi. Karena, bagaimana pun juga mereka adalah sahabat. Karen pun duduk di sebuah ranjangnya, lalu ia pun menyalakan televisi. “Sepi juga nggak ada yang diajak ribut,” batinnya. Channel sudah Karen ganti berulang kali. Ia merasa dalam sebuah kebosanan. Ia hanya bisa berdoa dan ber

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-03
  • Second Woman   Bab 12 - Kontrak Perjanjian

    Di Rumah keluarga Rayn, terlihat wajah gelisah Vira. Ia merasa kalau akan terjadi sesuatu dalam rumah tangganya. Padahal impiannya hanya ingin menikah sekali seumur hidup. Ia tidak peduli harus hidup bersama pria yang selalu menganggap dia tidak pernah ada. “Sampai kapanpun aku akan mencintaimu, Mas,” lirih Vira menatap sendu setiap sudut ruangan. Ia hanya mampu menatap sepiring nasi yang ada di atas meja. Sudah hampir seminggu kabar Kiano tidak ada sama sekali. “Menunggumu adalah hal yang biasa untukku, Mas. Meskipun, seminggu aku akan bertahan dan lakukan. Bagiku, kamu adalah suami yang ku rindukan.” Di meja makan Vira pun terlihat hatinya cukup gelisah. Ia tidak sadar kalau kedua mertuanya sedang memperhatikannya yang sedang melamun.

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-05
  • Second Woman   Bab 13 - Danila & Kiano : Terpaksa Menikah

    Pov Kiano. Sepulang dari kantor. Aku mampir dahulu ke rumah utama, agar tidak ada yang mencurigai tentang apa yang terjadi. Aku tidak ingin sepupuku yang kurang kerjaan bakalan memata-mataiku sesuai dengan perintah papa dan mama. Apalagi dengan Vira yang selalu sajaa mencari perhatian. Hal itu membuatku sungguh muak. Aku menikahinya bukan karena cinta, tapi itu semua atas kemauan papa dan mamaku. Bodohnya aku mengiyakan pernikahan tanpa cinta yang tidak akan mungkin berhasil. Lima tahun pernikahan hanya ada jarak antara aku dengan Vira. Dia berusaha membuatku jatuh cinta ke dalam pelukannya. Tapi, itu nggak akan mungkin berhasil. Bagiku dia hanyalah seekor kecoak. “Mas?” panggil dia yang memakai lingerie serba terawang yang bermaksud

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-16
  • Second Woman   Bab 14 - Ngidam : Seblak Bandung - Asinan Bogor

    Pernikahan itu berjalan dengan lancar. Terlihat beberapa tamu undangan menikmati makanan yang telah disediakan oleh Kiano. Memang hanya beberapa orang saja, tapi pernikahan itu berjalan lancar. Setelah semua tamu undangan sudah pulang semua. “Ingat saya nggak mau sekamar dengan bapak! No Sex!” Danilla memperingatkan dengan nada jutek. Ia pun melotot ke Kiano. “Meskipun, kamu adalah suami saya!” “Ya,” singkat Kiano dengan nada dingin. “Sial! Cuman ‘Ya’ doang! Apa lidahnya sudah tertelan? Atau dia emang manusia es! Eh lebih tepatnya zombie dalam jiwa manusia,” Danilla mengucap dalam hat

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-17

Bab terbaru

  • Second Woman   Bab 57 : Kahfi Hilang?

    Tubuh Vira mulai kejang-kejang. Seorang perawat pun langsung berlari meminta bantuan. Dokter pun datang langsung melakukan tindakan terhadap Vira.Detak jantung Vira berhenti seketika. Tekanan darahnya pun sudah menurun. Terlihat beberapa kali dokter melakukan tindakan untuk menstabilkan kondisi Vira."Pukul 05.00 sore. Tolong dicatat suster!” Ucap seorang dokter itu yang hanya bisa menghela nafas begitu berat. Bahkan dia berulang kali melakukan tindakan terhadap Vira.Perawat pun segera menutup dari kepala hingga ujung kaki menggunakan kain putih. Salah satu perawat pun keluar dari ruang ICU.“Bagaimana kondisi pasien?”Beberapa saat kemudian dokter pun datang. Wajahnya yang tampak begitu sangat kusam. Dokter itu mulai melepas kacamatanya sejenak. Dokter hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan tatapan yang begitu nanar.“Dok, apa yang terjadi dengan Vira?” Reihan menatap kedua sorot mata dokter yang menangani Vira.Dokter pun langsung memegang p

  • Second Woman   Bab 56 : Nenek Jahat!

    Pelukan hangat dari Kiano membuat Danilla semakin tenang. Dia merasakan kenyamanan dari sosok pria seperti Kiano.“Ya Allah. Kenapa hatiku terasa begitu sangat tenang ketika di dekatnya? Tapi aku tidak akan pernah mungkin untuk menyakiti wanita lain demi egoku kali ini. Ya Allah aku harus bagaimana? Apakah aku harus kembali pergi meninggalkan sosok pria seperti dia?” Danilla menggumam dalam hatinya."Aku tidak akan pernah bisa untuk melepaskan kamu kembali dalam kehidupanku. Bagiku kamu adalah bagian dari hidupku yang tidak akan pernah bisa mampu tergantikan oleh waktu.” Kiano menelan salivanya sendiri. Dia menggumam dalam hatinya sambil menepuk-nepuk punggung belakang Danilla. Dia juga sudah tidak mendengar isak tangis dari wanita itu.Danilla tertidur dalam pelukan kiano. Lalu Kiano membawa Danilla keranjang tempat tidur.Kiano langsung mengecup kening Danilla.“Selamat tidur bidadari hatiku. Aku akan terus mencintaimu setiap detik dan embusan nafasku. Bahkan aku tidak akan pernah m

  • Second Woman   Bab 55 : Bukan Level!

    Unit apartemen Kalibata pukul 05.00 sore, Kiano datang dengan wajah yang cukup lelah. Dia seharian mencari lowongan pekerjaan. Bahkan dia meminjam ke beberapa temannya sebagai modal membangun usaha.Kiano masuk ke dalam unit apartemennya. Lalu dia segera duduk di sofa ruang tamu. Dia menyandarkan punggungnya yang sedikit lelah. Kedua matanya yang terlihat begitu sangat redup. Dia mulai mengerutkan dahinya. Wajahnya yang terlihat begitu sangat masam.“Ternyata benar apa kata orang. Kalau lagi kere kayak gini, nggak ada temen pun yang mau minjemin duit sekalipun. Mereka bahkan pura-pura budek sekalipun!” Kesal Kiano dalam hati.Suara isak tangis yang terdengar samar-samar di telinga Kiano. Lalu dia segera untuk mencari sumber suara itu. Dia melangkahkan kedua kakinya ke ruang kamar. Dia melihat Danilla yang sedang menangis tersedu-sedu di balik pintu kamarnya.“Danilla?!”Kiano begitu sangat sigap sekali langsung memeluk Danilla begitu sangat erat. Lalu dia berusaha untuk menenangk

  • Second Woman   Bab 54 : Bukan Teman Ternyata

    Mobil melesat begitu sangat cepat sekali menyapu jalanan Kota Jakarta. Wanita paruh baya itu yang terlihat begitu sangat bengis. Wajahnya yang terlihat penuh dengan amarah dan dendam.“Aku tidak akan pernah membiarkan cucuku jatuh ke tangan wanita murahan itu! Walaupun dia terlahir dari wanita murahan itu, tapi aku tidak akan pernah rela jika cucuku harus dididik dengan wanita seperti dia!”Di samping wanita itu terlihat bocah laki-laki yang sedang tertidur pulas. Semuanya itu berkat efek dari obat bius yang diberikan oleh beberapa bodyguard-nya.“Kamu tidak akan pernah bisa masuk ke keluargaku! Sampai kapanpun! Kamu bukan level dari keluarga Rayn!”Suasana yang terlihat begitu sangat tegang sekali. Wajah simetris dan tegang terlihat di wajah wanita itu. Dia mulai mengepalkan kedua tangannya. Kedua matanya mulai merah menyala.*Di unit apartemen, Danilla yang merasa sangat bersalah sekali. Dia tidak bisa mencegah kepergian dari putranya sendiri. Dia hanya bisa meratapi nasibnya

  • Second Woman   Bab 53 : Jangan Ambil Anakku!

    Danilla pun berjalan menuju ke ruang tamu. Lalu dia mulai menghampiri Kiano.“Mas, Aku mau ngobrol sama kamu.”“Soal?”“Mas, aku cuma mau ponselku kembali. Karena sudah dua hari ini aku tidak pulang ke apartemen Karen. Dia pasti khawatir dengan keadaanku. Aku janji nggak akan pergi lagi dari kamu.”Kedua mata Kiano membenci ke Danilla."Aku janji nggak bakalan pergi. Aku cuman ingin memberikan kabar kepada sahabatku. Mau bagaimanapun juga aku harus kasih tahu tentang keberadaanku. Aku mohon kali ini aja,” lanjut Danilla.Wajah datar Kiano. Lalu dia segera untuk menyodorkan ponsel milik Danilla. Dia mengambilnya dari laci dekat ruang tamu.“Makasih,” ucap Danilla.Danilla pun langsung pergi menuju ke kamarnya. Dia langsung segera menghubungi Karen.*Di unit apartemen, Karen yang merasa cemas dan sangat gelisah sekali. Dia bahkan belum mendapatkan balasan pesan dari Danilla.Drrrt...Ponsel Karen pun mulai berdering. Dia segera bergegas untuk mengambil ponselnya di atas mej

  • Second Woman   Bab 52 : Rindu Masa Lalu

    Vira tumbuhnya mulai kejang-kejang di rumah sakit. Dokter mulai melakukan pertolongan. Dibantu oleh tim medis lainnya.Di ruang tunggu terlihat Reihan yang cukup gelisah melihat kondisi Vira.“Kamu harus bertahan, Vir,” ucap Reihan.“Kamu harus bisa bertahan Vira. Karena aku yakin kamu bisa." Reihan mengucap kalimat itu sekali lagi. Dia berulang kali meyakinkan dirinya bahwa Vira akan baik-baik saja.Dokter di ruang ICU mulai melakukan tindakan terhadap Vira. Bahkan kedua mata Vira yang terlihat melotot ke atas. Tubuhnya yang masih kejang-kejang. Bahkan suhu tubuhnya demam tinggi. Detak jantungnya semakin melemah. Tekanan darahnya semakin menurun.Kegelisahan menyelimuti hati Reihan di luar. "Aku tidak akan pernah bisa diam saja begini. Dan aku akan membuat kalian membayarnya dengan tuntas!”*BRAK!Rayn terlihat begitu sangat marah sekali. Kedua matanya melotot ketika mengetahui nilai sahamnya merosot turun. Bahkan beberapa proyek-proyek dibatalkan oleh klien.“Dasar anak du

  • Second Woman   Bab 51 : Decline!

    Danilla hanya bisa menatap cahaya senja di sore hari. Dia masih teringat tentang kisah masa lalunya. Senyuman itu masih membekas Di hatinya. Namun seberkas cahaya itu menjadi luka. Terdengar suara pintu yang terbuka. Kemudian Danilla memalingkan pandangannya ke arah pintu. Dia melihat dua orang pria yang berbeda generasi. “Apa itu mama?” Senyuman bocah laki-laki itu terlihat begitu sangat jelas. Bagaikan bunga kuncup yang mekar. Bahkan Danilla fokus ke arah bocah laki-laki itu. “Apakah dia anakku?” Gumam Danilla. Kedua mata Kiano berkaca-kaca, ketika menatap bocah laki-laki itu. Dia hanya mengagukan kepalanya. Kemudian bocah laki-laki itu pun bergegas berlari menghampiri Danilla. “Mama aku merindukanmu!” Seru bocah laki-laki itu sambil memeluk kaki kanan Danilla. Danilla hanya dia mematung. Bibirnya seakan bergetar. Kedua matanya berkaca-kaca. Lalu dia pun menekuk kedua lututnya agar tingginya sejajar. Dia memeluk bocah laki-laki itu dengan perasaan kerinduan yang mendalam berta

  • Second Woman   Bab 50 : Dia Anakku, Ma!

    PLAK! Sebuah tamparan itu pun melesat begitu sangat kencang sekali hingga membuat pipi kanan Kiano merah dan panas. “Mama nggak nyangka kalau kamu bisa berbuat seperti ini kepada istrimu sendiri! Mama sudah peringatkan ke kamu, jauhi wanita jalang itu! Karena Mama nggak mau harga diri dari keluarga ini hancur gara-gara sikap kamu!” “Ma, tapi aku sangat mencintainya. Aku nggak bisa hidup tanpa dia. Karena dia juga Ibu dari anakku!” Joanna tersenyum kecut. “Mama nggak pernah peduli sama sekali, walaupun dia adalah ibu dari anakmu. Karena Mama tidak akan pernah sudi memiliki menantu wanita murahan seperti dia!” Joanna menekankan setiap kalimat yang keluar dari mulutnya. “Mama benar-benar sangat egois! Kenapa Mama ngebelain Vira terus dibandingkan dengan aku yang merupakan anak kandung mama?” Kiano tersenyum miris. "Kurang ajar kamu! Apa ini cara kamu berbicara dengan orang tua? Aku adalah ibumu yang mengandung selama 9 bulan dan melahirkanmu! Tapi kamu bersikap seolah-olah tidak me

  • Second Woman   Bab 49 : Berita Panas Lambe Gosip

    Perasaan gelisah yang telah dihadapi oleh Danilla selama berada di Unit apartemen Kiano. Mendadak perutnya terasa begitu sangat lapar. Seketika Danilla pun pergi ke dapur. Dia mencari beberapa bahan-bahan yang bisa diolah menjadi makanan. Dia membuka lemari es. Dia langsung mengambil daging yang disimpan di freezer dan beberapa bahan bumbu sebagai pelengkap lainnya. “Nasib!” Gumam Danilla. Danilla segera untuk memotong daging tipis-tipis. Dia membuat olahan serundeng daging. Dia ingat masakan buatan dari ibunya di kampung halaman. Kerinduan itu terasa begitu sangat dalam. “Kangen ibu,” kedua mata Danilla mulai berkaca-kaca, ketika dia mengiris tipis-tipis daging itu. Seketika air mata itu pun berlinang jatuh membasahi kedua pipinya. Setelah selesai membuat serundeng daging. Dia segera untuk menanak nasi di Magic Jar. Setelah semuanya matang, lalu Danilla menyajikannya di atas meja makan. Danilla langsung menikmati masakannya sendiri. Dia menghabiskan hampir dua piring karena dia

DMCA.com Protection Status