Beranda / Romansa / Second Woman / Bab 11 - Bab 20

Semua Bab Second Woman: Bab 11 - Bab 20

57 Bab

Bab 11 - NIKAH ? TIDAK !

            “Ke mana Danilla?Kenapa orang suruhan bos Kiano meminta dibawa semua seluruh perlengkapan milik Danilla?” Karen mulai berpikir dalam kepalanya hingga dia mondar-mandir tidak jelas di kamar kos an. Ia pun ingin mencari di mana Danilla dibawa oleh bosnya.            “Apa aku akan menanyakan masalah Danilla ke Pak Kiano besok di kantor?” pikir Karen sekali lagi. Karena, bagaimana pun juga mereka adalah sahabat.            Karen pun duduk di sebuah ranjangnya, lalu ia pun menyalakan televisi. “Sepi juga nggak ada yang diajak ribut,” batinnya.            Channel sudah Karen ganti berulang kali. Ia merasa dalam sebuah kebosanan. Ia hanya bisa berdoa dan ber
Baca selengkapnya

Bab 12 - Kontrak Perjanjian

          Di Rumah keluarga Rayn, terlihat wajah gelisah Vira. Ia merasa kalau akan terjadi sesuatu dalam rumah tangganya. Padahal impiannya hanya ingin menikah sekali seumur hidup. Ia tidak peduli harus hidup bersama pria yang selalu menganggap dia tidak pernah ada.            “Sampai kapanpun aku akan mencintaimu, Mas,” lirih Vira menatap sendu setiap sudut ruangan. Ia hanya mampu menatap sepiring nasi yang ada di atas meja. Sudah hampir seminggu kabar Kiano tidak ada sama sekali. “Menunggumu adalah hal yang biasa untukku, Mas. Meskipun, seminggu aku akan bertahan dan lakukan. Bagiku, kamu adalah suami yang ku rindukan.”            Di meja makan Vira pun terlihat hatinya cukup gelisah. Ia tidak sadar kalau kedua mertuanya sedang memperhatikannya yang sedang melamun.      
Baca selengkapnya

Bab 13 - Danila & Kiano : Terpaksa Menikah

Pov Kiano.            Sepulang dari kantor. Aku mampir dahulu ke rumah utama, agar tidak ada yang mencurigai tentang apa yang terjadi. Aku tidak ingin sepupuku yang kurang kerjaan bakalan memata-mataiku sesuai dengan perintah papa dan mama. Apalagi dengan Vira yang selalu sajaa mencari perhatian. Hal itu membuatku sungguh muak. Aku menikahinya bukan karena cinta, tapi itu semua atas kemauan papa dan mamaku. Bodohnya aku mengiyakan pernikahan tanpa cinta yang tidak akan mungkin berhasil.            Lima tahun pernikahan hanya ada jarak antara aku dengan Vira. Dia berusaha membuatku jatuh cinta ke dalam pelukannya. Tapi, itu nggak akan mungkin berhasil. Bagiku dia hanyalah seekor kecoak.            “Mas?” panggil dia yang memakai lingerie serba terawang yang bermaksud
Baca selengkapnya

Bab 14 - Ngidam : Seblak Bandung - Asinan Bogor

           Pernikahan itu berjalan dengan lancar. Terlihat beberapa tamu undangan menikmati makanan yang telah disediakan oleh Kiano. Memang hanya beberapa orang saja, tapi pernikahan itu berjalan lancar.            Setelah semua tamu undangan sudah pulang semua.            “Ingat saya nggak mau sekamar dengan bapak! No Sex!” Danilla memperingatkan dengan nada jutek. Ia pun melotot ke Kiano. “Meskipun, kamu adalah suami saya!”            “Ya,” singkat Kiano dengan nada dingin.            “Sial! Cuman ‘Ya’ doang! Apa lidahnya sudah tertelan? Atau dia emang manusia es! Eh lebih tepatnya zombie dalam jiwa manusia,” Danilla mengucap dalam hat
Baca selengkapnya

Bab 15 - Ban Kempes

         “La, apa kamu sudah selesai?” tanya Danilla.“Saya sudah siap Pak!” balas Danilla dengan anggukan.“Danilla, kamu sebaiknya jangan panggil saya, Pak. Emangnya saya bapak kamu?!” protes Kiano.Danilla pun nyengir,”Ya, enggak bisalah. Bapak itu lebih tua dari saya. Mana mungkin saya memanggil dengan sebutan selain, Pak?”“Panggil saya dengan sebutan mas saja. Lagian kita sudah menikah.”“Iya, tapi cuman sementara dan nggak akan menjadi selamanya,” ralat Danilla.“Baiklah, terserah kamu saja,” ujar Kiano dengan nada datar.“Pak, saya sudah lapar banget! Sepertinya anak bapak ini pengen cepet-cepet makan seblak di Bandung,” Danilla mengedip-kedipkan kedua matanya sambil mengusap-usap perutnya yang masih rata.“Okay, kita ke Bandung,” kata Kiano dengan ekspresi sangat datar sekali.
Baca selengkapnya

Bab 16 - Berasa Obat Nyamuk

Cuaca kota Bandung begitu dingin. Bahkan sangat sepi dan sunyi. Akbar pun tetap melakukan perjalanan dari Bandung ke Jakarta. Ia pun menengok ke sebuah tempat, lalu ia mendapati sebuah mobil yang berhenti di tepi jalan. Di sana terlihat perkelahian. “Sepertinya dia butuh bantuan. Kasihan kalau harus melawan sendirian,” gumam Akbar yang memutarkan mobilnya dahulu. “Sepertinya aku mengenal nomor plat mobil itu? Tapi, di mana ya?”Akbar pun mulai menuju ke sana, lalu ia menepikan mobil sedan hitamnya. Ia pun keluar dan langsung melakukan sebuah tendangan bebas ke beberapa preman. Kebetulan Akbar dulu pernah mengikuti muangthai sewaktu masih duduk di bangku kuliah. Ia pun mulai melakukan ancang-ancang.“Kamu?” pekik mereka bersamaan.“Udah, kita sekarang nggak ada waktu untuk berdebat. Sebaiknya kita kerjasama melawan mereka,” ucap Akbar sedikit mengumam. Ia hanya ingin membuat beberapa preman itu menyerah.Kiano dan Akbar saling memungung
Baca selengkapnya

BAB 17 - Cemburu Tanda Sayang

Selama perjalanan pulang Danilla makin asyik mengobrol dengan Akbar. Kiano menatap tajam dari spion kaca mobil. Wajah Kiano terlihat begitu garang. Dia mulai mengerutkan kedua alisnya. Dia mulai mengertakkan giginya.            “Bapak kenapa ngelihatin kita sampai segitunya?” tukas Danilla.            “Nggak apa-apa,” jawab Kiano dengan mengembuskan napas berat. Ia mulai mengertakkan rahangnya yang kokoh. Ia berusaha menyembunyikan amarahnya.            “Dia kenapa ya?” tanya  Akbar sedikit berbisik.            “Udah cuekin aja dia,” jawab Danilla dengan memutar bola matanya. Ia seolah enggan membahas pria yang sedang duduk sendiri di bangku belakang. “Kita memang sah sebagai s
Baca selengkapnya

Bab 18 - Rasa

Sebuah perasaan kagum yang terlihat di kedua mata Reihan tentang perempuan pemilik hati bagaikan bidadari tak bersayap. Cinta yang semurni berlian terlihat begitu pekat bahkan sinarnya begitu sangat terang sekali. Pesonanya membuat hati Reihan dimabuk panah asmara.            “Seandainya saja aku bisa memiliki perempuan seperti dia. Mungkin aku akan setia seutuhnya demi dia.” Reihan begitu berdebar-debar jantungnya. Ketika menatap perempuan seperti Vira. Perempuan yang hampir punah di dunia ini. Bagaimana bisa dia melakukan semua itu dengan kata ikhlas. Ia juga sabar menghadapi pria sedingin Kiano yang selalu mengaggapnya tidak ada sama sekali. Dia memang perempuan yang sangat berbeda. “Dulu aku mengira kamu menerima lamaran dari keluarga Rayn untuk menikah dengan Kiano untuk bisa menjadi pewaris tunggal  di keluarga Rayn. Karena kekayaan keluarga Rayn tidak akan pernah habis hinga tujuh turunan sekalipun. Tapi sayan
Baca selengkapnya

BAB 19 - Aroma Sunyi dalam Cinta

          Kesunyian malam yang begitu panjang. Aroma cinta itu mulai menyerua ke udara hingga membuat perasaan tercampur aduk. Sebuah kata tanya itu mulai hadir menyapa dalam jiwa yang sepi. “Mungkinkah aku jatuh cinta kedua kalinya?” pikir Kiano yang sedang setia menunggu Danilla yang tertidur lelap dalam sebuah ranjang. Ia pun menatap wajah ayu nan cantik perempuan yang dia nikahi secara sembunyi-sembunyi. Dia pun mulai membelai rambut lembut hitam pekat milik Danilla. Perempuan itu sama sekali tidak terganggu. Efek kelelahan membuatnya tertidur pulas di atas ranjang tanpa menghiraukan Kiano sama sekali yang mengusap-usap perut buncit Danilla yang kehamilannya sudah menginjak minggu ke - 28.            Kiano merasakan sebuah tendangan kecil di perut Danilla. Ia merasakan kalau bayi dalam kandungannya tahu dia adalah calon ayahnya kelak. Ia pun mengecup kening Danilla, “Aku ber
Baca selengkapnya

BAB 20 - Kamu Siapa?

          Tidur di siang bolong memang paling enak. Apalagi sambil dengerin musik lagu-lagu klasik yang membuat makin mengantuk. Danilla seharian ini menghabiskan waktu untuk tidur dan ngemil. Ia tidak peduli dengan hal apapun.            TOK! TOK! TOK!            “Astaga, jam segini kenapa masih ada yang mengetuk pintu rumah keras sekali!” gumam Danilla sambil menguap berulang kali. “Ke mana semua pelayan yang biasanya sudah siap membukakan pintu?”            Danilla pun terpaksa turun dari sofa ruang tamu. Ia pun mulai menampakkan kedua kakinya di atas lantai marmer. Kedua kakinya mulai berdiri dengan berjalan tertatih-tatih. Ia merasakan tubuhnya sangat berat sekali.            “Aduh, ternyata jadi orang hamil i
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status