Untuk beberapa detik pria itu terdiam. Entah apa yang tengah dipikirkan oleh pria yang menyebut dirinya sebagai papa, tetapi Freya justru menjawab dengan panggilan yang tidak semestinya. Freya sadar, dia sudah melukai perasaan pria yang hanya mendesah di ujung sana. Pria itu terluka pastinya, Freya tahu itu. Tapi, apakah lukanya lebih banyak daripada yang dirasakan oleh gadis ini? Tidak. Bagi Freya, pria itu adalah laki-laki egois yang hanya memikirkan nama baiknya.“Pihak kampus menghubungiku pagi tadi, katanya kau tidak masuk kelas sejak beberapa hari ini,” kata suara itu, setelah beberapa menit tak ada yang berbicara di antara ayah dan putrinya.“Aku ada urusan mendesak.”“Urusan?” Suara itu sedikit meninggi, tapi kemudian terdiam lagi. Pasti lah pria itu tengah mengatur kembali nada suaranya. “Aku tidak tahu apa urusan pentingmu, tetapi kuliah adalah yang paling utama. Freya, papa mohon, jangan tinggalkan kuali
Read more