Home / CEO / Melahirkan anak untuk CEO / Chapter 251 - Chapter 260

All Chapters of Melahirkan anak untuk CEO: Chapter 251 - Chapter 260

346 Chapters

(S3) 75. Mengikuti Permainanmu.

Seperti yang Esau minta, Harry dan Alena mempersiapkan pernikahan mendadak untuk anak ke dua mereka. Esau sudah memutuskan, bahkan anak itu tidak mendengarkan saran dari Alena. Meski berat menikahkannya di usia yang masih sangat muda, tak ada yang bisa dilakukan pasangan suami istri itu selain melakukan permintaan dari putranya.“Apakah ini sudah tepat, Harry?” tanya Alena ragu.Sangat wajar Alena meragukan pernikahan Esau yang tiba-tiba. Sebagai seorang ibu, dia sangat mengenal putranya yang bahkan belum bisa mengurus diri sendiri dengan benar. Di mata Alena, Esau masih terlalu muda dan seperti bayi dua puluh tahun yang lalu.Bagaimana Esau akan menikah di usia yang baru genap dua puluh tahun? Bukan hanya tentang usia, tetapi kesiapan anak itu tentunya tidak ada. Apalagi mengingat betapa Esau marah pada gadis bernama Freya itu, membuat Alena takut jika mungkin putra mereka hanya akan membuatnya menderita.“Aku takut Esau akan menyakiti
Read more

(S3) 76. Lebih Hina Dari Lacur!

“Arga!”Kala pintu dibuka, gadis itu dikejutkan tangan seseorang yang tiba-tiba menarik pergelangannya. Freya menjerit spontan, saat punggungnya beradu dengan tembok. Sebuah tubuh lelaki menghimpitnya dari depan, membuat sang gadis ketakutkan. Mata dingin penuh kebencian pun tidak lupa diberikan untuknya.“A-apa yang kau lakukan?!” sentak Freya, membalas tatapan itu dengan takut-takut.“Apa?” Tertawa sumbang, Esau mengulangi pertanyaannya. “Maksudmu, memangnya apa yang harus dilakukan seorang suami pada istrinya? Kau lupa kita baru saja resmi menjadi suami istri? Menurutmu, aku tidak berhak meminta hak pada istriku?” Suaranya rendah penuh penekanan, menusuk ke dalam inti hati sang gadis.‘Hak? Apakah maksudnya... hak hubungan  suami pada istri?’ Pikiran Freya berputar mencari maksud dari perkataan lelaki di depannya itu. Dia tidak ingin percaya akan isi kepalanya.“Maksudmu... k
Read more

(S3) 77. Kalian Akan Membayar Ini!

Untuk beberapa detik pria itu terdiam. Entah apa yang tengah dipikirkan oleh pria yang menyebut dirinya sebagai papa, tetapi Freya justru menjawab dengan panggilan yang tidak semestinya. Freya sadar, dia sudah melukai perasaan pria yang hanya mendesah di ujung sana. Pria itu terluka pastinya, Freya tahu itu. Tapi, apakah lukanya lebih banyak daripada yang dirasakan oleh gadis ini? Tidak. Bagi Freya, pria itu adalah laki-laki egois yang hanya memikirkan nama baiknya.“Pihak kampus menghubungiku pagi tadi, katanya kau tidak masuk kelas sejak beberapa hari ini,” kata suara itu, setelah beberapa menit tak ada yang berbicara di antara ayah dan putrinya.“Aku ada urusan mendesak.”“Urusan?” Suara itu sedikit meninggi, tapi kemudian terdiam lagi.  Pasti lah pria itu tengah mengatur kembali nada suaranya. “Aku tidak tahu apa urusan pentingmu, tetapi kuliah adalah yang paling utama. Freya, papa mohon, jangan tinggalkan kuali
Read more

(S3) 78. Seperti Hewan Peliharaan.

“Turun!”Freya sedang berbaring di atas ranjang, mempermainkan ponsel  di dalam tangannya. Buru-buru dia bangkit kala melihat Esau datang dari arah pintu. Dia tidak menyadari kepulangan lelaki itu, sehingga tampak jelas keterkejutan di wajahnya.Masih tetap di atas ranjang, Freya duduk dan menatap Esau yang kini tengah berjalan menuju ke arahnya. Sejenak, Freya mengulang lagi di dalam kepalanya kata yang tadi dia dengar. “Turun?” tanya Freya, memastikan dia tidak salah mendengar.“Ya, turun. Kau tidak diijinkan bahkan mendudukkan dirimu di atas ranjangku.” Pelan tapi pasti, lelaki itu mendekat dan segera menarik Freya untuk berdiri. Tak sungkan dia mendorong Freya menjauh dari ranjangnya, membuat Freya terhuyung ke depan.Perlakuan kasar lelaki itu membuat Freya hampir saja terjatuh. Jika dia tidak segera memegangi tembok di depannya, yakin lah kepala Freya akan bersentuhan indah dengan tembok. Sangat
Read more

(S3) 79. Membuat Bayi

“Kakak Ipar, bagaimana kabar bayi yang kalian janjikan?”Eldrick tiba-tiba bertanya, membuat Zoe yang sedang minum hampir saja menyemburkan kembali air yang sudah tiba di dalam mulut. Gadis itu melirik Dixon yang justru tertawa lepas atas pertanyaan yang... sungguh sangat menyebalkan.“Kak Esau sudah akan memiliki bayi, tapi kalian yang lebih dulu menikah bahkan belum memilikinya?”  kata anak itu lagi, dengan pipi mencebik dia menatap Dixon. “Apakah mungkin Kakak Ipar tidak berniat memberiku keponakan?”“Eldrick!” Zoe menyela perkataan anak itu, tak tahan dia mendengar adiknya bertanya demikian.“Kenapa, Kak Zoe?”Astaga... dia bahkan tidak merasa terganggu meski melihat wajah kakaknya sudah memerah padam.“Hentikan pembicaraan tak berguna itu.”Lantas, El berdiri. Anak itu bangkit dari sofa dan langsung berdiri di depan kakak pertamanya lalu berbicara dengan
Read more

(S3) 80. Siapa Yang Berbohong?

Nada yang sangat dingin, bagaikan bongkahan salju membekukan hati semua orang yang mendengar. Alena sampai tertegun mendengar putranya berkata demikian.Selama dua puluh tahun usia Esau, ini kali pertama dia mendengar anak itu berbicara sangat kejam, membuat Alena juga Harry tidak berkutik sama sekali. Bukan karena takut, tapi tepatnya hati kedua orang tua itu menjadi sedih mengingat status putranya yang sekarang sudah menikah. Esau pasti tertekan oleh pernikahan ini.“Freya, duduk di sini. Ayo, makanannya akan menjadi dingin jika kita tidak segera menyantapnya,” kata Alena kemudian, mencairkan suasana yang tiba-tiba hening.Tapi di hati Freya, dia merasa seakan kedua orang tua itu tidak mempedulikan perasaanya.Apakah sudah biasa di rumah ini melontarkan kalimat kasar tanpa perasaan? Jelas –jelas mereka mendengar perkataan Esau adalah sesutau yang tak semestinya dibiarkan. Seharusnya, orang tua menegur putra mereka yang sudah sangat ket
Read more

(S3) 81. Wanita Berhati Malaikat

Alena masih setia menunggu jawaban dari Freya yang terenyuh di depannya. Dia mengamati wajah sedih gadis itu, membuat Alena merasa semakin penasaran akan kehidupan Freya yang sebenarnya, tak tahan Alena untuk tidak bertanya sekali lagi.“Apakah sangat sulit untuk menjelaskannya? Maaf jika membuatmu tidak nyaman,” ucapnya, tetapi di dalam hati Alena hanya ingin melihat respon dari Freya.“Ah, ti- tidak... aku hanya sedikit sedih,” sahut Freya tergagu.“Sedih? Apa yang terjadi sampai kau bersedih? Sekarang kau adalah menantu keluarga ini, jangan pikirkan kehidupanmu yang menyedihkan.”Mungkin bagi gadis yang hanya memiliki tingkat sekolah rendahan, kalimat Alena terdengar lembut dan menenangkan. Tapi bagi seorang Freya, dia tahu jika mertuanya hanya ingin mencari tahu tentang dirinya. Salah orang jika Alena pikir Freya lantas menjadi diam, tidak memiliki jawaban untuk pertanyaan itu. Dia tersenyum manis, seakan menunjukka
Read more

(S3) 82. Tamatlah Kau, Freya!

Saat tengah malam Esau kembali ke kamar, dia terkejut mendapati pintu yang susah di dorong. Matanya mengintip apa yang mengganjal di balik sana, dan betapa terkejut lelaki itu melihat kepala seseorang yang tengah tidur di lantai, tepat di balik pintu.Itu pasti Freya. Gadis itu sudah tidur lebih dahulu saat Esau mengerjakan tugas kuliahnya di ruang kerja.“Dia benar-benar tidur di lantai?” gumamnya tidak percaya.Manusia macam apa yang patuh ketika disuruh tidur di atas lantai? Apakah gadis ini sangat tidak waras, atau mungkin dia memang sebodoh itu? Tadinya Esau berpikir Freya akan membangkang. Dia yakin, gadis ini adalah seseorang licik yang tidak akan mau ditindas begitu saja. Tetapi nyatanya, ini lah yang dia saksikan.“Minggir dari pintu!” katanya, masih terus mendorong daun pintu itu. “Hei, kau tak mendengarku?”Tapi gadis yang sudah terlelap itu sama sekali tidak bergerak.Bersusah payah Esau mendor
Read more

(S3) 83. Freya Gadisnya?

Jam kuliah pertama sudah selesai sepuluh menit yang lalu. Esau berjalan di koridor kampus hendak menuju kelas lain yang akan dimulai sekitar setengah jam lagi. Parsa, sahabatnya datang dari arah depan, melempar sekaleng soft drink yang langsung ditangkap lelaki itu.“Julian akan mengadakan pesta, kau ikut?”Sembari membuka kalengnya, Esau menggeleng. “Tidak.”Dia bukan laki-laki yang suka pesta, tapi ketika para sahabatnya yang mengadakan, biasanya Esau tidak akan menolak undangan mereka. Tetapi karena pengalaman buruk yang baru terjadi di dalam hidupnya, lelaki itu menjadi malas menghadiri undangan pesta dari  teman-teman.Pesta adalah sesuatu yang tidak jauh dari alkohol dan gadis-gadis. Esau tidak ingin sekali lagi terjebak dalam permainan seorang gadis.“Aku sibuk, banyak urusan kantor yang harus kuselesaikan.”“Hei, Bung, usiamu baru dua puluh dan ayahmu masih sangat muda. Apakah kau berpik
Read more

(S3) 84. Pernikahan Bisnis?

Dua pasang mata itu  masih terus saling menatap. Freya dengan ketakutan di dalam kepalanya, sementara Esau menunjukkan tatapan jijik pada gadis yang menjadi rebutan dua orang di depan sana. Keduanya hanya diam tanpa melakukan apa pun.“Leona, lepaskan Freya sekarang.”“Jika aku tidak mau, kau akan apa? Aku tidak peduli dia gadismu, karena dia sudah berani menggangguku, maka dia harus membayar perbuatannya!” Leona bersikeras.Mereka sama-sama dari keluarga terpandang. Sudah tentu keduanya merasa diri berkuasa melakukan apa yang mereka mau. Leona tidak akan gampang menyerah meski Parsa menyebut Freya sebagai gadisnya.“Kau—““Apa?” Leona mengangkat dagunya. “Kau ingin memukulku?”“Aku tidak peduli apa masalah kalian. Tapi karena kau sudah sangat keterlaluan, ya, aku tidak akan segan memukulmu!”Selama yang Esau kenal, Parsa tidak pernah mau berdebat seper
Read more
PREV
1
...
2425262728
...
35
DMCA.com Protection Status