Dua pasang mata itu masih terus saling menatap. Freya dengan ketakutan di dalam kepalanya, sementara Esau menunjukkan tatapan jijik pada gadis yang menjadi rebutan dua orang di depan sana. Keduanya hanya diam tanpa melakukan apa pun.
“Leona, lepaskan Freya sekarang.”
“Jika aku tidak mau, kau akan apa? Aku tidak peduli dia gadismu, karena dia sudah berani menggangguku, maka dia harus membayar perbuatannya!” Leona bersikeras.
Mereka sama-sama dari keluarga terpandang. Sudah tentu keduanya merasa diri berkuasa melakukan apa yang mereka mau. Leona tidak akan gampang menyerah meski Parsa menyebut Freya sebagai gadisnya.
“Kau—“
“Apa?” Leona mengangkat dagunya. “Kau ingin memukulku?”
“Aku tidak peduli apa masalah kalian. Tapi karena kau sudah sangat keterlaluan, ya, aku tidak akan segan memukulmu!”
Selama yang Esau kenal, Parsa tidak pernah mau berdebat seper
Esau menatap tajam ke arah Alena, giginya mengetat, kedua tangannya mengepal, pemuda berwatak keras itu benar-benar marah, dadanya terasa sakit saat mengeluarkan kalimat-kalimat beruntun yang menyerang Alena tanpa diberi kesempatan untuk menjelaskan.“Jawab aku, Mom. Kenapa tak langsung menjawab, justru hanya terdiam seraya menatapku seperti itu. Apakah aku adalah tumbal dari bisnis kalian, ketamakan kalian?”Alene berjalan mendekat ke arah Esau, seribu kali menjelaskan pun tampaknya akan percuma di mata Esau, kupingnya pun sudah menjadi kebal untuk mendengar, harus memulai darimana semuanya?“Sayang, bukankah sudah kukatakan ... jika pernikahanmu ini tak ada hubungannya dengan bisnis kami, atau hal apa pun yang sekarang berada di otakmu,” ujar Alena lembut, satu tangannya terangkat mengusap kepala Esau, diperlakukannya Esau serupa anak kecil, tatapan Esau melembut, tak lagi setajam sebelumnya.
“Aku menyebutnya permainan dewasa, bukan kah kita sudah pernah melakukannya, Frey?” masih bisik Esau di telinga Freya. Satu tangan Esau menarik lengan baju Freya bagian kiri hingga terkoyak dan memerlihatkan bahu mulus milik Freya. Freya masih tak diperkenankan untuk berbicara, Esau tertawa melihat wajah Freya yang ketakutan setengah mati menatapnya.‘Esau ... kau mau apa?’ batin Freya.Kejadian-kejadian di kampus, membuat Esau dibuat dongkol sedongkolnya, dia masih ingat bagaimana Parsa membela Freya setengah mati dan menentang semua kata-kata Leona, seolah Freya adalah sesuatu yang sangat berharga baginya, dan hal itu sangat menjijikkan. Freya ingin membuatnya hancur, mendekati orang-orang terdekatnya, menggoda mereka, lalu membuat mereka meninggalkan dirinya—ini yang ada di dalam pikiran Esau saat itu.Perlahan bibir Esau mulai menelisik wajah Freya, dikecupnya pelan pipi Freya, waj
Esau tak mengerti apa isi otak Freya sampai mampu membuat dirinya sakit sendiri, semakin Freya berusaha menyakiti dirinya, semakin memerlihatkan kelemahannya di mata Esau. Jadi, Freya masih ingin berlama-lama untuk bermain-main dengan Esau, baiklah tantangan diterima.‘Aku yang memegang kendali atas dirimu sepenuhnya mulai hari ini, Frey,’batin Esau sembari menyunggingkan senyum tipis penuh arti. Entah kenapa belakangan ini dia lebih sering memanggil Freya dengan sebutan ‘Frey’, tidak seperti di masa-masa awal mereka menikah berapa hari yang lalu.Esau masih berada di tepi ranjang, mengawasi keadaan Freya yang masih belum stabil, entahlah sampai kapan Freya kuat dengan segala kepura-puraannya. Tapi tenang saja, Frey ... Esau masih bisa menutupinya, bahkan dia bisa membalikkan semua keadaan, dan meletakkan sebuah pion inti untuk meng-skak-mat dirimu!Ketika dokter masuk ke ruangan itu, Esau menggerakkan ja
“Mom, apa yang kau lakukan di sini?”Alena terperanjat oleh suara Zoe yang datang dari arah belakang. Wanita yang sejak tadi mengintip dari cela pintu pun segera memutar tubuhnya.“Sssttt... pelankan suaramu,” peringatnya, sebelum Esau mendengar perbincangan itu.“Kenapa? Aku dengar Freya terja-“Tak sampai kalimat itu dia ucapkan dan mulutnya sudah dibungkam. Alena menarik tangan Zoe untuk meninggalkan tempat itu, sebelum Esau memergoki ibu beranak itu di sana.Ketika Alena melepaskan tangannya dari mulut Zoe, dia yang masih belum paham pun kembali bertanya, “Ada apa, sih, Mom? Aku ingin melihat keadaan Freya, kenapa mom menarikku?”“Esau ada di dalam, dia memintaku meninggalkan mereka untuk berbicara berdua saja. Zoe, sebelum Esau yang keluar dari sana, jangan menemui strinya, kau paham?” terang Alena, mem
Meja makan yang biasanya selalu riuh oleh canda tawa, malam ini menjadi sangat sunyi tanpa sedikit pun perbincangan. Harry sudah mendengar nasib yang menimpah menantu perempuannya, dan tak bisa dia pungkiri turut bersedih untuk itu. Apalagi ketika mendengar penjelasan Alena tentang sikap Esau yang sangat berubah, itu membuatnya tidak ingin banyak bicara. Dia biarkan putranya merenungkan kesedihan yang tengah dia alami, agar Esau bisa bersikap lebih berani bertanggung jawab ke depan nanti.“Bagaimana kondisi istrimu?” tanya Harry, untuk membuat makan malam itu tidak menjadi sunyi bagaikan di kuburan.Menghentikan sejenak suapannya, Esau membalas tatapan dad. “Dia masih sedih, tapi Freya sudah bisa menerimanya,” jawabnya menjelaskan.Seperti yang Alena ceritakan pada semua anggota keluarga, Esau memang selalu murung sejak tadi. Raut mukanya tak menunjukkan ekspresi selain kesuraman
Freya masih bertanya-tanya, sebenarnya apa yang sedang Esau rencanakan? Kenapa segalanya terasa lambat, lama-lama semua rencana yang telah disusunnya dengan rapi akan berantakan. Freya sangat tak sabar ingin segera menghancurkan Esau, lalu dia bisa kembali ke negaranya.Dia membolak-balikan sebuah buku mata kuliah ekonomi di dalam perpustakaan tanpa membacanya sama sekali. Freya terlihat sangat gusar, memikirkan banyak hal akan sifat Esau yang semakin menyebalkan. Tanpa disadarinya, Esau sudah berdiri di sampingnya. Esau menarik sebuah kursi, kemudian duduk, sambil menatap Freya yang masih asyik tenggelam dalam pikirannya sendiri."Ehem," Esau berdehem, Freya bergeming dengan posisi awal tadi. "Ehem!" dia berdehem lebih keras dari yang pertama."Heh?!""Kenapa, kau seperti melihat hantu?"Kedua mata Freya bergerak awas melihat ke sekeliling, kemudian
Esau mati-matian meminta Freya untuk berangkat dengannya ke kampus. Tapi tentu saja, Freya tak sebodoh yang dikira Esau. Tak semudah itu membuat Freya percaya dan bertekuk lutut begitu saja, sehingga dia akan masuk dalam tipuan.Sejujurnya sejak awal, Esau tak pernah percaya kalau dia meniduri Freya, karena tak semudah itu Esau mabuk. Dia bersedia menikahi Freya yang merengek dengan mengatakan, kalau Esau sudah merenggut keperawannya. Tapi kali ini, jangan harap kau bisa lepas dari Esau, Frey!Kepala Freya benar-benar pening memikirkan semua rencananya, Esau ternyata tak mudah ditebak tidak seperti yang dipikirkan olehnya sebelumnya, dia mampu mengikuti permainan Freya.Dari kejauhan, Parsa berlari kecil menghampiri Freya."Frey, hari ini kau mau kan nonton denganku?""Nonton?""Ya, temanku yang bekerja di sebuah bioskop memberikan dua buah karcis grati
Nyaman? Itu sangat tak pantas Freya akui. Apakah benar dia merasa nyaman, atau semua ini hanya efek dari rasa sedih dan lelahnya? Lagian, tidak mungkin Esau bisa menjadi seorang yang nyaman bagi dirinya, sebab mereka adalah musuh bebuyutan.Saat ini ribuan tanya berada di benak Freya, kenapa Esau bisa mendadak begitu lembut padanya, apakah dia benar-benar tulus, atau dia sedang memulai permainan baru? Tidak... dia tak ingin masuk ke dalam perangkap lelaki ini.“Kau... kau tak pernah baik padaku, kenapa semenjak beberapa hari lalu sampai hari ini kau berubah?” tanya Freya tak yakin dengan kebaikan Esau. Dia tepis tangan yang menyeka wajahnya, tak ingin merasa nyaman oleh belaian itu.“Apakah perlu membahas semuanya di toilet?”“Aku hanya ingin tahu,” tegas Freya.“Mereka sudah tak ada, sebaiknya kita pergi dari sini,” ajak Esau seraya menarik pergelangan tangan Freya, mengajaknya keluar dari dalam toil