Jam kuliah pertama sudah selesai sepuluh menit yang lalu. Esau berjalan di koridor kampus hendak menuju kelas lain yang akan dimulai sekitar setengah jam lagi. Parsa, sahabatnya datang dari arah depan, melempar sekaleng soft drink yang langsung ditangkap lelaki itu.
“Julian akan mengadakan pesta, kau ikut?”
Sembari membuka kalengnya, Esau menggeleng. “Tidak.”
Dia bukan laki-laki yang suka pesta, tapi ketika para sahabatnya yang mengadakan, biasanya Esau tidak akan menolak undangan mereka. Tetapi karena pengalaman buruk yang baru terjadi di dalam hidupnya, lelaki itu menjadi malas menghadiri undangan pesta dari teman-teman.
Pesta adalah sesuatu yang tidak jauh dari alkohol dan gadis-gadis. Esau tidak ingin sekali lagi terjebak dalam permainan seorang gadis.
“Aku sibuk, banyak urusan kantor yang harus kuselesaikan.”
“Hei, Bung, usiamu baru dua puluh dan ayahmu masih sangat muda. Apakah kau berpik
Dua pasang mata itu masih terus saling menatap. Freya dengan ketakutan di dalam kepalanya, sementara Esau menunjukkan tatapan jijik pada gadis yang menjadi rebutan dua orang di depan sana. Keduanya hanya diam tanpa melakukan apa pun.“Leona, lepaskan Freya sekarang.”“Jika aku tidak mau, kau akan apa? Aku tidak peduli dia gadismu, karena dia sudah berani menggangguku, maka dia harus membayar perbuatannya!” Leona bersikeras.Mereka sama-sama dari keluarga terpandang. Sudah tentu keduanya merasa diri berkuasa melakukan apa yang mereka mau. Leona tidak akan gampang menyerah meski Parsa menyebut Freya sebagai gadisnya.“Kau—““Apa?” Leona mengangkat dagunya. “Kau ingin memukulku?”“Aku tidak peduli apa masalah kalian. Tapi karena kau sudah sangat keterlaluan, ya, aku tidak akan segan memukulmu!”Selama yang Esau kenal, Parsa tidak pernah mau berdebat seper
Esau menatap tajam ke arah Alena, giginya mengetat, kedua tangannya mengepal, pemuda berwatak keras itu benar-benar marah, dadanya terasa sakit saat mengeluarkan kalimat-kalimat beruntun yang menyerang Alena tanpa diberi kesempatan untuk menjelaskan.“Jawab aku, Mom. Kenapa tak langsung menjawab, justru hanya terdiam seraya menatapku seperti itu. Apakah aku adalah tumbal dari bisnis kalian, ketamakan kalian?”Alene berjalan mendekat ke arah Esau, seribu kali menjelaskan pun tampaknya akan percuma di mata Esau, kupingnya pun sudah menjadi kebal untuk mendengar, harus memulai darimana semuanya?“Sayang, bukankah sudah kukatakan ... jika pernikahanmu ini tak ada hubungannya dengan bisnis kami, atau hal apa pun yang sekarang berada di otakmu,” ujar Alena lembut, satu tangannya terangkat mengusap kepala Esau, diperlakukannya Esau serupa anak kecil, tatapan Esau melembut, tak lagi setajam sebelumnya.
“Aku menyebutnya permainan dewasa, bukan kah kita sudah pernah melakukannya, Frey?” masih bisik Esau di telinga Freya. Satu tangan Esau menarik lengan baju Freya bagian kiri hingga terkoyak dan memerlihatkan bahu mulus milik Freya. Freya masih tak diperkenankan untuk berbicara, Esau tertawa melihat wajah Freya yang ketakutan setengah mati menatapnya.‘Esau ... kau mau apa?’ batin Freya.Kejadian-kejadian di kampus, membuat Esau dibuat dongkol sedongkolnya, dia masih ingat bagaimana Parsa membela Freya setengah mati dan menentang semua kata-kata Leona, seolah Freya adalah sesuatu yang sangat berharga baginya, dan hal itu sangat menjijikkan. Freya ingin membuatnya hancur, mendekati orang-orang terdekatnya, menggoda mereka, lalu membuat mereka meninggalkan dirinya—ini yang ada di dalam pikiran Esau saat itu.Perlahan bibir Esau mulai menelisik wajah Freya, dikecupnya pelan pipi Freya, waj
Esau tak mengerti apa isi otak Freya sampai mampu membuat dirinya sakit sendiri, semakin Freya berusaha menyakiti dirinya, semakin memerlihatkan kelemahannya di mata Esau. Jadi, Freya masih ingin berlama-lama untuk bermain-main dengan Esau, baiklah tantangan diterima.‘Aku yang memegang kendali atas dirimu sepenuhnya mulai hari ini, Frey,’batin Esau sembari menyunggingkan senyum tipis penuh arti. Entah kenapa belakangan ini dia lebih sering memanggil Freya dengan sebutan ‘Frey’, tidak seperti di masa-masa awal mereka menikah berapa hari yang lalu.Esau masih berada di tepi ranjang, mengawasi keadaan Freya yang masih belum stabil, entahlah sampai kapan Freya kuat dengan segala kepura-puraannya. Tapi tenang saja, Frey ... Esau masih bisa menutupinya, bahkan dia bisa membalikkan semua keadaan, dan meletakkan sebuah pion inti untuk meng-skak-mat dirimu!Ketika dokter masuk ke ruangan itu, Esau menggerakkan ja
“Mom, apa yang kau lakukan di sini?”Alena terperanjat oleh suara Zoe yang datang dari arah belakang. Wanita yang sejak tadi mengintip dari cela pintu pun segera memutar tubuhnya.“Sssttt... pelankan suaramu,” peringatnya, sebelum Esau mendengar perbincangan itu.“Kenapa? Aku dengar Freya terja-“Tak sampai kalimat itu dia ucapkan dan mulutnya sudah dibungkam. Alena menarik tangan Zoe untuk meninggalkan tempat itu, sebelum Esau memergoki ibu beranak itu di sana.Ketika Alena melepaskan tangannya dari mulut Zoe, dia yang masih belum paham pun kembali bertanya, “Ada apa, sih, Mom? Aku ingin melihat keadaan Freya, kenapa mom menarikku?”“Esau ada di dalam, dia memintaku meninggalkan mereka untuk berbicara berdua saja. Zoe, sebelum Esau yang keluar dari sana, jangan menemui strinya, kau paham?” terang Alena, mem
Meja makan yang biasanya selalu riuh oleh canda tawa, malam ini menjadi sangat sunyi tanpa sedikit pun perbincangan. Harry sudah mendengar nasib yang menimpah menantu perempuannya, dan tak bisa dia pungkiri turut bersedih untuk itu. Apalagi ketika mendengar penjelasan Alena tentang sikap Esau yang sangat berubah, itu membuatnya tidak ingin banyak bicara. Dia biarkan putranya merenungkan kesedihan yang tengah dia alami, agar Esau bisa bersikap lebih berani bertanggung jawab ke depan nanti.“Bagaimana kondisi istrimu?” tanya Harry, untuk membuat makan malam itu tidak menjadi sunyi bagaikan di kuburan.Menghentikan sejenak suapannya, Esau membalas tatapan dad. “Dia masih sedih, tapi Freya sudah bisa menerimanya,” jawabnya menjelaskan.Seperti yang Alena ceritakan pada semua anggota keluarga, Esau memang selalu murung sejak tadi. Raut mukanya tak menunjukkan ekspresi selain kesuraman
Freya masih bertanya-tanya, sebenarnya apa yang sedang Esau rencanakan? Kenapa segalanya terasa lambat, lama-lama semua rencana yang telah disusunnya dengan rapi akan berantakan. Freya sangat tak sabar ingin segera menghancurkan Esau, lalu dia bisa kembali ke negaranya.Dia membolak-balikan sebuah buku mata kuliah ekonomi di dalam perpustakaan tanpa membacanya sama sekali. Freya terlihat sangat gusar, memikirkan banyak hal akan sifat Esau yang semakin menyebalkan. Tanpa disadarinya, Esau sudah berdiri di sampingnya. Esau menarik sebuah kursi, kemudian duduk, sambil menatap Freya yang masih asyik tenggelam dalam pikirannya sendiri."Ehem," Esau berdehem, Freya bergeming dengan posisi awal tadi. "Ehem!" dia berdehem lebih keras dari yang pertama."Heh?!""Kenapa, kau seperti melihat hantu?"Kedua mata Freya bergerak awas melihat ke sekeliling, kemudian
Esau mati-matian meminta Freya untuk berangkat dengannya ke kampus. Tapi tentu saja, Freya tak sebodoh yang dikira Esau. Tak semudah itu membuat Freya percaya dan bertekuk lutut begitu saja, sehingga dia akan masuk dalam tipuan.Sejujurnya sejak awal, Esau tak pernah percaya kalau dia meniduri Freya, karena tak semudah itu Esau mabuk. Dia bersedia menikahi Freya yang merengek dengan mengatakan, kalau Esau sudah merenggut keperawannya. Tapi kali ini, jangan harap kau bisa lepas dari Esau, Frey!Kepala Freya benar-benar pening memikirkan semua rencananya, Esau ternyata tak mudah ditebak tidak seperti yang dipikirkan olehnya sebelumnya, dia mampu mengikuti permainan Freya.Dari kejauhan, Parsa berlari kecil menghampiri Freya."Frey, hari ini kau mau kan nonton denganku?""Nonton?""Ya, temanku yang bekerja di sebuah bioskop memberikan dua buah karcis grati
Esau berlari menaiki tangga pintu masuk istana keluarganya, dengan penuh semangat dan senyum yang tergambar di bibirnya. Tangan kanan menjinjing sebuah boks besar yang dia bawakan hadiah untuk istrinya, belakangan ini dia memang menjadi sangat romantis sejak mendengar kabar kehamilan Freya. Setiap akan pulang dari mana pun, Esau menyempatkan membawa hadiah untuk Freya. Baik itu berupa bunga, makanan, atau benda apa saja yang dia temukan di jalan. Terkadang juga Esau mencari-cari sesuatu yang diinginkan ibu hamil melalui situs internet, lantas membawakannya untuk Freya. Dia adalah suami yang begitu mencintai istrinya. “Sayang...” Esau mendorong pintu kamar, memamerkan jinjingan yang dia bawa. “Lihat, aku membawa apa padamu?” Freya yang tengah berbaring membaca sebuah buku, menurunkan buku itu ke atas perutnya dan melihat Esau. Sejak hamil dan dikatakan fisiknya lemah, Freya dengan suka rela mengambil cuti kuliah dan lebih memilih menghabiskan waktu menikmati k
“Frey, kalian harus datang, ingat!”Leona berseru dari ujung sana, melambaikan tangannya pada Freya yang masih berdiri menunggu Esau membukakan pintu mobil. Gadis itu mengangguk sebagai jawaban untuk seruan dari Leona.“Baik lah, akan aku usahakan.” Freya lalu masuk ke dalam mobil di samping suaminya yang menyetir.“Datang? Memangnya... ke mana dia mengajakmu?”“Ulang tahun. Leona merayakan ulang tahunnya, dan dia mengundang kita.”“Kenapa kita harus datang?” Esau menyahut acuh, menyalakan mesin mobil yang membawa mereka meninggalkan parkiran kampus. “Aku heran kenapa kau mau berteman dengannya, padahal dulu dia jahat padamu.”Jika dipikir-pikir, Leona memang banyak melakukan kejahatan pada Freya, tapi di balik itu Freya sendiri sudah membalasnya, kan? Lantas kenapa harus merasa dirinya harus membenci Leona lagi? Lagian Leona sendiri sudah meminta maaf secara terang-tera
Semua orang menjadi diam melihat kedatangan pria itu. Esau masih terkejut, bahkan dia tidak sadar kapan Ezra Raves berjalan menuju kado besar yang sudah Harry siapkan. Dia menatap Harry dengan tatapan yang sedikit aneh.“Apakah kado dariku sangat besar?” katanya, seakan menyindir Harry. Ezra cukup tahu Harry adalah seseorang yang selalu mempersiapkan segala sesuatu, dan sudah pasti Harry lah yang membuat kado itu seakan-akan dari dirinya. “Kalian tampak senang melihat kado dariku, tapi tampaknya tidak senang dengan kedatanganku.” Ezra berpindah ke depan Harry, mengulurkan tangannya dan berkata, “Halo, Besan, akhirnya kita bertemu setelah sekian lama.”Harry muak melihat sikap Ezra yang seakan ingin menunjukkan sifat arogannya. Tapi demi menjaga nama baik menantu perempuannya, Harry mengulurkan tangan untuk menyambut Ezra. “Ya, selamat datang kembali. Aku pikir pesawat itu sudah meledak sehingga kau mungkin tidak akan pernah dat
“Selamat, akhirnya kau benar-benar menjadi lelaki jantan.” Parsa menepuk pundak sahabatnya, membuat Esau mengerut kening tidak senang.“Sial! Apa selama ini aku kurang jantan di matamu?” umpat Esau pelan, tidak senang dia dengan ledekan yang ditujukan Parsa padanya.“Mana aku tahu, Freya lah yang tahu bagaimana kau di ranjang.” Parsa melirik Freya dan meneruskan pertanyaan Esau padanya. “Bagaimana, Frey, apakah Esau jago di ranjang?” ucapnya sembari tertawa.Kesal, Esau meninju pelan pundak Parsa untuk menyuruh sahabatnya itu diam. “Diam lah, Brengsek, atau aku memanggil bagian keamanan untuk mengusirmu,” balasnya sambil bergurau.Hal itu membuat Julian ikut tertawa mendengar dua sahabatnya yang saling mengejek, dan ikut serta di dalam perbincangan mereka. “Mungkin kau memang tidak jago, Esau, sebab itu Freya ingin meninggalkanmu.”“Hei, tutup mulutmu atau aku
“Apa yang kau lakukan, Esau?” Freya menarik Esau untuk menjauh, tetapi Esau tidak menggubrisnya. Dia tidak akan menyerah begitu saja sebelum Felisha menunjukkan apa yang dia sembunyikan.“Frey, aku lah yang lebih dulu mengenal bibi, jadi aku tahu dia tidak sepenuhnya gila. Sebelum kau masuk ke dalam hidupku, perawat mengatakan bibi hanya butuh pengobatan ringan. Dia hanya terlalu malu bertemu denganmu, sampai-sampai berkata tidak ingin melihatmu lagi. Benar seperti itu kan, Bi?” tanya Esau tegas.Tentu hal itu membuat Felisha tak tahan lagi. Dia lelah menahan diri hingga akhirnya meneteskan air mata dari kedua sudut matanya.“Aku orang jahat, kenapa aku berhak memiliki anak? Aku sudah membuat semua orang menderita, aku tidak pantas menjadi ibunya,” bisik Feli lemah.Pertemuan dengan Ezra sudah membuat Feli seperti tersadar bahwa dirinya adalah orang jahat yang tak pantas mendapatkan perhatian dari siapa pun. Semua tuduh
“Maaf sudah memisahkanmu dengan papamu.” Esau mengelus wajah Freya, satu jarinya bermain-main di wajah cantik gadis yang bersandar ke pundaknya.Bagaimana pun, Ezra Raves adalah pria pertama yang mencintai gadis itu sejak dia lahir. Mungkin banyak kesalahan yang Ezra lakukan, tapi tetap saja cinta seorang ayah tidak bisa dihilangkan dari hati.“Kau masih sedih?” Kini Esau tatap wajah cantik istrinya dengan memegangi dagu lancip Freya.Menggeleng lemah, tentu saja Freya berbohong. Dia tidak bisa berkata dirinya baik-baik saja setelah yang barusan terjadi.“Sedih sebentar tidak akan membunuhku, kan?” bisik Freya, lagi air matanya mengalir. “Papa tidak boleh hanya menyalahkan mama, mereka sama-sama salah. Aku harus tega pada papa untuk membuatnya menyadari kesalahan.”“Benar, kau tidak melakukan kesalahan. Jika papamu bisa berpikir dengan baik, seharusnya dia menyesal.”Helaan na
“Apa yang kalian bicarakan? Sayang, papa mencintaimu. Kau tidak harus mendengarkan kesaksian dari orang-orang yang tidak menyukai papa,” kata Ezra, berharap kali ini putrinya masih mendengarnya. Ezra Raves tidak rela jika Freya menuduhnya tidak menginginkan dirinya.“Tapi bukti yang kutemukan bukan sekedar ucapan orang-orang. Papa juga ingin melihatnya?” Freya menantang papanya, lantas membuka lipatan kertas yang dia pegang.Bagaimana pula ada orang yang berkata demikian? Apakah mereka bisa mendengar isi kepala Ezra? Siapa yang dengan berani membuat kesaksian bahwa Ezra tidak menginginkan bayinya? Sejak mendengar Felisha hamil, Ezra sudah berencana untuk mengurus bayi itu meski tanpa ibunya!“Catatan rumah sakit atas nama Felisha Raves dan suaminya Ezra Raves,” kata Freya, membaca sebagian dari kertas yang ada di tangannya. Dadanya sesak. Pedih Freya rasakan ketika dia melanjutkan untuk berkata, “Catatan ini adalah kunju
Freya masih bergeming menatap tangan Esau yang terulur padanya. Lalu perlahan mengangkat mata untuk melihat wajah suami yang... katanya sudah bercerai oleh perbuatan oleh sang papa. Wajah sendunya sulit untuk ditebak, apakah Freya akan menerima uluran tangan itu?Kemudian dia perlahan mengalihkan wajah menatap tangan papanya, lalu mata mereka pun bertemu beberapa detik kemudian.“Mari, Sayang, kita akan berangkat hari ini,” ucap Ezra Raves sekali lagi.“Papa menjagaku?” Suara serak yang menyiratkan kerinduan akan cinta.“Pasti, karena kau lah separu dari nyawaku yang tersisa.” Ezra mengangguk perlahan.Ezra memang banyak melakukan kebohonga, tapi semua dia lakukan untuk alasan yang tepat. Dia hanya tidak ingin membuat Freya seperti ibunya.“Freya, ibumu memiliki temprament yang sangat buruk. Dia suka menyakiti orang lain tanpa peduli siapa orangnya. Aku menjauhkanmu dari dia karena aku mencintaimu, a
“Esau, tunggu!” Freya hampir saja terjatuh ketika mengikuti langkah suaminya turun dari mobil. “Bukankah kau bilang akan mempertahankanku? Kenapa kau ingin mengembalikanku pada papa?” katanya lagi. Freya tidak ingin pergi, dia berhenti menatap rumah besar di mana papanya menunggu.“Freya, ikut lah, papamu sudah tak sabar menunggu.”Kemarahan Esau sudah sampai di puncak kepalanya, sehingga tak ada waktu baginya membahas hal ini. Esau hanya ingin segera bertemu dengan Ezra Raves dan menyelesaikan masalah mereka. Dia tidak tahan mendengar kata-kata Ezra yang bahkan sudah mengurus perceraiannya dan Freya. Bukankah pria itu sudah sangat keterlaluan?“Tapi aku tidak mau! Aku mencintaimu, aku ingin denganmu!” Freya yang baru mendapat kasih sayang dari seluruh anggota keluarga Borisson, tiba-tiba merasa sangat sedih. Esau, lelaki yang pagi tadi berkata mencintai dirinya bahkan rela mati untuknya, kenapa sekarang justru sep