Home / CEO / Melahirkan anak untuk CEO / Chapter 211 - Chapter 220

All Chapters of Melahirkan anak untuk CEO: Chapter 211 - Chapter 220

346 Chapters

(S#) 35. Kau Ingin Melanjutkannya?

“Ini kamarmu. Mom bilang, kau boleh menempati kamar ini sampai kau bisa meluluhkan hati dad.”Zoe membuka pintu kamar tamu yang akan ditempati oleh Dixon. Kamar itu berada di lantai tiga, tepat di bagian depan kamarnya. Dixon mengikutinya dari belakang, memendar pandangan ke segala arah.Sementara Dixon sibuk memandangi kamarnya, Zoe fokus menatap wajah lelaki yang lebam di segala tempat. Itu bekas pukulan dad saat mereka di Macau. Zoe sangat sedih, merasa bersalah oleh luka-luka di wajah Dixon. Tak sadar tangannya terulur menuju pipi Dixon dan menyentuhnya dengan lembut.“Maaf, dad sangat marah sampai membuatmu seperti ini,” katanya hampir berbisik.Merasakan tangan Zoe yang begitu lembut, belum lagi kalimat gadis itu yang bernada sangat pelan, Dixon mengalihkan matanya ke wajah Zoe. Bibirnya tersenyum menatap mata Zoe yang berkaca-kaca. Gadis itu tampaknya ingin menangis jika Dixon tidak segera menenangkan perasaannya. Pelan, dia
Read more

(S3) 36. Meminjam Pakain Mertua

Suasana menegangkan itu tidak bertahan lama setelah Zoe bisa menguasai dirinya. Dagunya diangkat tinggi membuktikan bahwa pikiran gadis itu tidak sekotor apa yang baru Dixon katakan tentangnya. Penuh percaya diri dia membalas tatapn Dixon dan berkata acuh.“Jangan terlalu percaya diri aku melihatnya. Memangnya apa kelebihan juniormu? Itu sama saja dengan milik semua lelaki di dunia ini.” Dia meraih kantong berisi obat juga mangkuk dengan batu es itu sebelum berjalan menuju tempat Dixon. Zoe letakkan benda-benda itu di sisi ranjang dan kembali berkata, “Duduk lah, aku akan mengobati lukamu, Calon Suamiku.”Sebenarnya dia hanya emnyindir Dixon. Zoe kesal oleh rasa percaya diri lelaki  itu. Memangnya apa yang salah jika Zoe melihat ‘sedikit’ pada juniornya? Bahkan dia tidak bisa melihatnya sebab tertutup dengan boxer. Sangat perhitungan! Akibat rasa kesalnya, Zoe menekan kain berisi es batu itu lebih keras ke sudut bibir Dixon.
Read more

(S3) 37. Cinta Karena Uang?

Dua lelaki berbeda usia itu menuruni anak tangga bersama-sama. Ketika Harry menggerakkan kakinya selangkah, Dixon mengikutinya. Saat Harry berpura melambatkan langkah, pemuda itu pun berhenti menunggunya. Harry sangat kesal, seakan pemuda ini mempermainkan emosinya. Lantas, dia berjalan cepat menuju ruang makan di mana istri dan anak-anaknya sudah menanti.Selalu tak mau kalah, Dixon mempercepat langkahnya dan kembali mereka berjalan beriringan. Itu memuakkan Harry, lantas menyikut lengan Dixon untuk menyuruh pemuda itu berjalan di belakangnya. Jujur, Harry Borisson tidak senang melihat mata Zoe yang kini tertuju pada Dixon.“Ada apa, Ayah Mertua? Tangan Anda sakit?”Tak tahu kah betapa dia Harry tidak senang mendengar panggilan itu? Bahkan Zoe belum benar-benar akan menikah dengannya.  Ingin sekali Harry mengingatkan Dixon untuk tidak terus memanggilnya ayah mertua.  Tapi, ketika melihat mata istri yang tertuju padanya, Harry harus menahan
Read more

(S3) 38. Membuat Bayi.

“Hem!”Dixon berdehem sebelum menjawab pertanyaan El. Matanya menatap Zoe yang kini ragu-ragu melihat dirinya. Dixon tahu itu, bahwa Zoe pasti menjadi takut jika ternyata Dixon hanya menginginkan uang keluarganya. Lelaki itu merasa geli oleh ekspresi Zoe yang sungguh terlihat lucu.“Tentu saja aku mencintainya. Tak ada alasan bagiku mengharapkan uang keluarga Borisson, lantas mendekati Zoe. Dia yang lebih tahu tentang perasaanku,” jelas Dixon kemudian.Memangnya apa yang Zoe ketahui tentang perasaan Dixon? Bahkan lelaki itu tidak pernah mengatakannya sebelum mereka tertangkap basah. Atau kah mungkin lelaki itu sengaja berkata demikian hanya untuk mengingatkan Zoe akan sikapnya dulu? Zoe akui itu, dia yang memaksa Dixon menikahinya, sedangkan Dixon sendiri hanya acuh. Itu sebagai bukti bahwa Dixon tidak tertarik akan uang. Ah ... ini memalukan.“Kau romantis juga, ya. Pantas Zoe terus melihat matamu, seakan kau adalah makanan
Read more

(S3) 39. Menggigit Bibirmu

Setelah mendengar pertanyaan El yang semakin mengaur, semua orang lantas meninggalkan ruang keluarga. Matarhari sudah naik lebih tinggi dan jam makan siang akan segera datang. Kebiasaan Alena, jika di hari libur seperti ini dia akan memasak untuk keluarganya. Sementara Zoe sangat dikejutkan oleh kedatangan Lucia, sahabat yang sudah satu bulan tak dilihatnya.“Luci!” Zoe menyerukan nama sahabat yang berlari dari pintu masuk.“Zoeee ...!”Sejak lama mereka bersahabat dan Lucia sendiri merasa rumah keluarga Borisson sudah seperti rumahnya. Tak ada alasan gadis itu menjaga sikap dan suaranya yang melengking memekakkan telinga.“Hei! Kudengar dari Bibi Alena, kau tetap pergi dengan kapal itu? Bukannya mereka sudah tak memiliki kabin? Zoe, katakan bahwa kau baik-baik saja selama pelayaran.” Luci menghujaninya dengan berbagai pertanyaan. “Aku sangat menyesal. Zoe, ini semua salahku yang tidak menghubungimu segera. Kau pa
Read more

(S3) 40. Hanya Menutupi Aibmu?

“Jelaskan padaku, apa kalian sudah melakukannya? Wow, Zoe! Kau berutang penjelasan padaku, bagaimana kau melakukannya di pengalaman pertamamu. Apakah lelaki itu jago diranjang?”Mulut Lucia sangat keterlaluan. Dia terang-terangan mempertanyakan hal sensitif pada gadis yang ... bahkan tak tahu bagaimana itu rasanya bercinta. Bagaimana Zoe akan menjelaskannya? Kejadian itu hanya kesalahan ketika Dixon berusaha menutupi Zoe di balik tubuhnya. Tak ada yang namanya pengalaman pertama yang bisa Zoe jelaskan.“Aku tidak tahu,” jawabnya acuh.Beruntung saat ini keduanya sudah berada di kamar Zoe, sehingga dia tak lagi malu berhadapan dengan Dixon. Gadis itu mendudukkan dirinya di atas ranjang dengan lemas.“What?” Luci mendramatis suasana. “Oh oke, aku paham kau belum bisa menjelaskan bagaimana ukuran jago seorang pria di ranjang. Tapi aku akan membantumu mengetahuinya.” Dia menjatuhkan dirinya di sisi Zoe lalu kemb
Read more

(S3) 41. Dixon Adalah Tipe Idaman.

“Dixon,” panggil Zoe. Berusaha dia membangunkan dirinya dari keterpakuan oleh ucapan Dixon. Gadis itu melangkah menuju pintu yang masih terbuka, lantas menarik tangan Dixon sehingga masuk ke dalam kamarnya. Kemudian dia tutup pintu rapat-rapat sebelum seseorang datang.Tidak ... Zoe tidak akan membiarkan Dixon mengatakan apa pun pada mom baik dad. Dia harus mengingatkan Dixon menutup mulutnya rapat-rapat dan mengajak lelaki itu berbicara.“Dixon, dengar. Kita hanya melakukan kesalahan. Aku tak akan membuatmu terjebak dalam pernikahan yang tak kau inginkan. Bukankah aku sudah pernah mengatakannya?” kata Zoe, mengingatkan ketika dia memohon dulu.Dia pikir Dixon lupa? Apakah di matanya lelaki ini seperti pria tua yang sudah pikun? Jelas Dixon mengingat ucapan Zoe tempo  hari, tetapi sungguh dia tak berpikir bahwa Zoe benar-benar berpikir pernikahan mereka akan menjadi seperti itu.“Dan menurutmu aku peduli? Baik itu kesala
Read more

(S3) 42. Luci Yang Menyebalkan!

“Luci tidak boleh merayu Dixon-ku!” Zoe berkata refleks, dan terdiam setelah mengatakannya. “Dixon-ku?” ulangnya,memahami kalimat kepemilikan yang dia berikan untuk Dixon.Sejak kapan Dixon jadi miliknya? Jelas-jelas Zoe tidak ingin menikah dengannya dan berani membuat kalimat seperti itu?“Bagaimana pun, kami sudah tinggal bersama. Dia milikku, kan?” katanya lagi, bertanya pada diri sendiri. Lantas dia terduduk di atas ranjang saat memutar perkataan Lucia tadi.Zoe tidak akan lupa dengan ucapannya yang akan mengikhlaskan Dixon menikahi lelaki lain. Tetapi baru saja Luci mengatakan ingin menggoda Dixon, gadis itu menjadi kesal dan merasa Dixon adalah miliknya. Apalagi ketika dia teringat akan kejadian di kamar hotel siang itu, tak seharusnya Zoe merelakan Dixon untuk gadis mana pun, tak peduli bahwa itu adalah Luci.“Dia milikku! Berani Dixon mendekat dengan Luci, aku akan membunuhnya!” kesalnya. “Tapi
Read more

(S3) 43. Patah Hati di Saat Jatuh Cinta

Meja yang tadinya riuh dengan gelak tawa keluarga berangsung sunyi tanpa suara. Entah karena perkataan Dixon yang mengejutkan semua orang, atau justru melihat Zoe yang tampaknya sangat lemas tak berdaya. Tapi tak lama  kemudian, Harry menggerakkan tangannya untuk meletakkan garpu dan pisau.Pria itu menatap Dixon dan mengangguk dua kali. “Akhinya kau menyerah? Bagus lah, memang seperti itu lah seharusnya,” katanya. Tak ada nada marah pada suaranya justru dia tampak tersenyum seakan puas akan perkataan Dixon. “Zoe belum dewasa dan dia akan melanjutkan sekolahnya, memang tak seharusnya dia membahas pernikahan di usia semuda ini.”“Dad!” seru Zoe, tak mengerti akan kerasnya hati Harry. “Tapi aku akan menikah! Jika dad dan mom tidak membiarkanku menikah dengan Dixon, maka selamanya aku tidak akan menikah!” katanya lagi.Bukannya lantas membuat Harry marah, pria itu hanya menggerdik bahu dan mengalihkan matanya pad
Read more

(S3) 44. Ini Cinta, Dad.

Mereka semua memang sudah keterlaluan. Sejak tadi, Dixon sudah tak kuat melihat wajah Zoe yang begitu menyedihkan. Ingin rasanya dia mengejar gadis itu dan mendekap Zoe di dalam pelukannya, tetapi dia harus patuh pada perkataan calon mertua yang ingin melihat keseriusan di antara Zoe dan Dixon. Lalu setelah melihat isi hati Zoe yang sebenarnya, dia tak tega dan ingin segera menyusul Zoe. “Aku akan melihat Zoe ke atas,” kata Dixon, beranjak dari kursinya. Tetapi sigap Harry menghentikan pemuda itu dengan berkata, “Aku yang akan menemuinya, kau duduk lah di sini dan tunggu.” Semua orang merasa sangat bersalah. Termasuk Lucia yang memberikan ide gila ini pada Alena. Dia tahu, idenya bersandiwara untuk melihat perasaan Zoe yang sesungguhnya tak disangka akan menyakiti sahabatnya itu sangat dalam. “Aku sangat menyesal, tak seharusnya aku mengatakan itu pada bibi.” Menghela napas panjang, Alena pun tidak menyalahkan Luci. “Ini bukan salahmu,
Read more
PREV
1
...
2021222324
...
35
DMCA.com Protection Status