“Luci tidak boleh merayu Dixon-ku!” Zoe berkata refleks, dan terdiam setelah mengatakannya. “Dixon-ku?” ulangnya,memahami kalimat kepemilikan yang dia berikan untuk Dixon.
Sejak kapan Dixon jadi miliknya? Jelas-jelas Zoe tidak ingin menikah dengannya dan berani membuat kalimat seperti itu?
“Bagaimana pun, kami sudah tinggal bersama. Dia milikku, kan?” katanya lagi, bertanya pada diri sendiri. Lantas dia terduduk di atas ranjang saat memutar perkataan Lucia tadi.
Zoe tidak akan lupa dengan ucapannya yang akan mengikhlaskan Dixon menikahi lelaki lain. Tetapi baru saja Luci mengatakan ingin menggoda Dixon, gadis itu menjadi kesal dan merasa Dixon adalah miliknya. Apalagi ketika dia teringat akan kejadian di kamar hotel siang itu, tak seharusnya Zoe merelakan Dixon untuk gadis mana pun, tak peduli bahwa itu adalah Luci.
“Dia milikku! Berani Dixon mendekat dengan Luci, aku akan membunuhnya!” kesalnya. “Tapi
Meja yang tadinya riuh dengan gelak tawa keluarga berangsung sunyi tanpa suara. Entah karena perkataan Dixon yang mengejutkan semua orang, atau justru melihat Zoe yang tampaknya sangat lemas tak berdaya. Tapi tak lama kemudian, Harry menggerakkan tangannya untuk meletakkan garpu dan pisau.Pria itu menatap Dixon dan mengangguk dua kali. “Akhinya kau menyerah? Bagus lah, memang seperti itu lah seharusnya,” katanya. Tak ada nada marah pada suaranya justru dia tampak tersenyum seakan puas akan perkataan Dixon. “Zoe belum dewasa dan dia akan melanjutkan sekolahnya, memang tak seharusnya dia membahas pernikahan di usia semuda ini.”“Dad!” seru Zoe, tak mengerti akan kerasnya hati Harry. “Tapi aku akan menikah! Jika dad dan mom tidak membiarkanku menikah dengan Dixon, maka selamanya aku tidak akan menikah!” katanya lagi.Bukannya lantas membuat Harry marah, pria itu hanya menggerdik bahu dan mengalihkan matanya pad
Mereka semua memang sudah keterlaluan. Sejak tadi, Dixon sudah tak kuat melihat wajah Zoe yang begitu menyedihkan. Ingin rasanya dia mengejar gadis itu dan mendekap Zoe di dalam pelukannya, tetapi dia harus patuh pada perkataan calon mertua yang ingin melihat keseriusan di antara Zoe dan Dixon. Lalu setelah melihat isi hati Zoe yang sebenarnya, dia tak tega dan ingin segera menyusul Zoe. “Aku akan melihat Zoe ke atas,” kata Dixon, beranjak dari kursinya. Tetapi sigap Harry menghentikan pemuda itu dengan berkata, “Aku yang akan menemuinya, kau duduk lah di sini dan tunggu.” Semua orang merasa sangat bersalah. Termasuk Lucia yang memberikan ide gila ini pada Alena. Dia tahu, idenya bersandiwara untuk melihat perasaan Zoe yang sesungguhnya tak disangka akan menyakiti sahabatnya itu sangat dalam. “Aku sangat menyesal, tak seharusnya aku mengatakan itu pada bibi.” Menghela napas panjang, Alena pun tidak menyalahkan Luci. “Ini bukan salahmu,
Kini tangan Harry diletakkan di pundak Zoe, dan matanya lurus menatap manik hijau yang berwarna sama dengan miliknya. Lalu kemudian, Harry menjelaskan kalimat yang sempat tertahan. “Dad mendengar perbincanganmu dan Dixon saat di kamar.” Zoe sangat terkejut, tak menyangka dad mendengar perbincangan itu. Dia merasa sangat bersalah, pasti lah dad berpikiran Dixon sering masuk ke dalam kamarnya. Gadis itu salah tingkah dan mencoba menjelaskan bahwa dugaan dad tidak lah benar. “D-Dad, itu ... itu tidak seperti yang kalian pikirkan. Aku dan Dixon tidak melakukan apa pun. Kami hanya berbicara tentang pernikahan yang a-kan ...” Terhenti kalimat itu, Zoe tak berani melanjutkan perkataannya. “Zoe, kau mengenal dad adalah orang yang memegang teguh komitmen. Tak ada main-main di dalam hidup ini, bahkan jika itu menyangkut hal kecil sekali pun. Jika kau memang sangat ingin menikah dengan Dixon, dad tak akan membiarkan pernikahan itu menjadi mainan b
Ketika tiba di halaman belakang, mulut Zoe setengah terbuka melihat pemandangan di depan mata. Dixon, lelaki yang tadi berkata menolak ingin menikahinya, kini tengah duduk bersebelahan dengan Lucia, sahabat Zoe sendiri. Bibir gadis itu maju ke depan, matanya tajam seakan siap ingin membunuh. “Dia benar-benar bersama Luci?” geram Zoe, masih berdiri di belakang mereka. “Bukannya dad berkata Dixon mencintaiku? Lihat, dia sangat berani duduk bersebelahan dengan Luci. Dasar laki-laki genit!” omelnya. Semua jari saling menyatu di genggaman. Zoe meremas jemari itu oleh kobaran api cemburu yang lagi-lagi membakar hatinya. Menurut Zoe, Dixon sangat tak tahu malu, berkata mencintai Zoe tetapi masih bersama dengan Lucia. Apakah ini benar sebuah sandiwara? Yang benar saja? Bahkan siapa pun tak akan terima melihat sandiwara seperti ini. Kakinya menghentak. Zoe semakin tak sabar melihat calon suaminya kini justru tertawa oleh lelucon tak lucu yang dibuat oleh Lucia. Dan di
Sangat menggelikan di hati Dixon. Inikah lamaran romantis yang bisa Zoe berikan padanya? Padahal, lelaki itu hanya berharap Zoe akan mengakui perasaannya, yang terlalu sulit untuk ditembus. Tapi siapa sangka Zoe lebih memilih mencium daripada mengatakan kalimat, ‘Aku mencintaimu’? Apakah seberat itu bibirnya mengaku cinta? Ingin Dixon mengakhiri ciuman amatir itu, dan menegaskan maksunya pada Zoe. Tetapi ketika dia akan melakukannya, justru Dixon menahan leher Zoe yang baru saja ingin mengakhiri ciumannya. ‘Kau saja yang bisa bebas menciumku?’ Tak rela. Itu yang terpikir oleh Dixon. Lelaki itu tak ingin mengakhiri ciuman yang bahkan belum dia nikmati dengan benar. Tangan besarnya bergerak membingkai wajah Zoe, mangambil alih untuk menuntun perpaduan bibir yang kembali terjadi. Bahkan tak segan Dixon membuka mulut Zoe dengan lidahnya, sehingga masuk menyusuri rongga mulut yang hangat dan lembut. Memabukkan. Dixon sudah memindahkan tangannya ke pinggang Zoe, me
Gadis itu mengendap-endap mengikuti lelaki yang berjalan di depan sana. Dia sangat penasaran apa tujuan Dixon pergi ke lantai atas, tepatnya di mana ruang kerja Harry Borisson berada. Perkataan Dixon saat di kamar tadi lah yang membuat Zoe merasa sangat ingin tahu, sehingga membuatnya terlihat sangat menggelikan.‘Benar kah Dixon akan membahas tanggal pernikahan dengan dad?’ pikir Zoe.Sedang dia sibuk akan dugaan itu, Dixon tahu jika dirinya diikuti oleh Zoe. Bibirnya yang sejak tadi sudah tersenyum pun semakin melebar, menyadari Zoe menguntitnya.“Apa dia sangat tak sabar ingin mendapat seranganku?” gumam Dixon. Bahkan gairah yang membara masih sulit dia redam, dan Zoe sudah membuatnya sangat gemas. Rasanya, sangat ingin Dixon berbalik dan menarik Zoe kembali ke dalam kamarnya.“Lihat saja, aku akan menghajarmu ketika kau resmi jadi istriku.”Mengetuk pintu yang dia yakini ruang kerja Harry Borisson, dia
Dua pria berbeda usia itu masih saling menatap satu sama lain. Bisa Dixon lihat mata Harry yang sedikit gelisa di sana. Sudah pasti karena pria itu sebenarnya tahu jawaban yang ingin Dixon berikan padanya. Tetapi ini lah seorang ayah, sungguh ingin mendengarkan jawaban pasti dari pemuda yang akan menikahi putri mereka.“Tuan Harry, jika kukatakan ingin membahagiakan Zoe, semua lelaki pasti berkata ingin membahagiakan pasangannya. Tapi yang lebih kurasakan adalah, aku ingin membahagiakan diriku sendiri, sebab itu lah aku ingin menikah dengan Zoe,” kata Dixon, setelah beberapa menit mereka hanya terdiam.Dan bisa Dixon lihat kali ini bibir Harry menipis membuktikan dia kurang senang akan jawaban yang Dixon berikan.“Kebahagiaanmu?” Harry mendengus. “Baru kali ini aku mendengar seseorang berkata ingin membahagiakan dirinya terlebih dahulu.”Siapa saja tentunya tahu. Harry Borisson yang namanya terkenal ke berba
Di tangga jet pribadi miliknya, Dixon berdiri satu tingkat lebih tinggi dari Zoe. Postur tubuhnya yang tinggi tegap membuat gadis di depannya terlihat sangat pendek. Dua matanya mengamati milik Zoe yang tampak berkaca-kaca.“Kau jahat.” Zoe mengatainya demikian, tanpa menatap langsung ke inti mata lelaki itu.“Maafkan aku.”Seharusnya tak ada yang harus dimaafkan. Dixon hanya ingin kembali ke negaranya, meminta restu pada kedua orang tua untuk datang melamar gadis bertubuh mungil itu. Bagaimana pun, meski Dixon hanya anak adopsi di keluarga Stewart, dia tak mungkin melaksanakan pernikahannya tanpa sepengatahuan keluarga. Dan selain itu, Dixon ingin Zoe tehormat dengan mendapatkan lamaran resmi dari keluarganya.Hanya karena ini adalah kepergian Dixon yang sangat tiba-tiba, sebab itu lah dia meminta maaf. Zoe menyalahkannya yang tidak lebih dulu membicarakan kepergian lelaki itu.“Aku membencimu.” Sekali lagi, Zoe
Esau berlari menaiki tangga pintu masuk istana keluarganya, dengan penuh semangat dan senyum yang tergambar di bibirnya. Tangan kanan menjinjing sebuah boks besar yang dia bawakan hadiah untuk istrinya, belakangan ini dia memang menjadi sangat romantis sejak mendengar kabar kehamilan Freya. Setiap akan pulang dari mana pun, Esau menyempatkan membawa hadiah untuk Freya. Baik itu berupa bunga, makanan, atau benda apa saja yang dia temukan di jalan. Terkadang juga Esau mencari-cari sesuatu yang diinginkan ibu hamil melalui situs internet, lantas membawakannya untuk Freya. Dia adalah suami yang begitu mencintai istrinya. “Sayang...” Esau mendorong pintu kamar, memamerkan jinjingan yang dia bawa. “Lihat, aku membawa apa padamu?” Freya yang tengah berbaring membaca sebuah buku, menurunkan buku itu ke atas perutnya dan melihat Esau. Sejak hamil dan dikatakan fisiknya lemah, Freya dengan suka rela mengambil cuti kuliah dan lebih memilih menghabiskan waktu menikmati k
“Frey, kalian harus datang, ingat!”Leona berseru dari ujung sana, melambaikan tangannya pada Freya yang masih berdiri menunggu Esau membukakan pintu mobil. Gadis itu mengangguk sebagai jawaban untuk seruan dari Leona.“Baik lah, akan aku usahakan.” Freya lalu masuk ke dalam mobil di samping suaminya yang menyetir.“Datang? Memangnya... ke mana dia mengajakmu?”“Ulang tahun. Leona merayakan ulang tahunnya, dan dia mengundang kita.”“Kenapa kita harus datang?” Esau menyahut acuh, menyalakan mesin mobil yang membawa mereka meninggalkan parkiran kampus. “Aku heran kenapa kau mau berteman dengannya, padahal dulu dia jahat padamu.”Jika dipikir-pikir, Leona memang banyak melakukan kejahatan pada Freya, tapi di balik itu Freya sendiri sudah membalasnya, kan? Lantas kenapa harus merasa dirinya harus membenci Leona lagi? Lagian Leona sendiri sudah meminta maaf secara terang-tera
Semua orang menjadi diam melihat kedatangan pria itu. Esau masih terkejut, bahkan dia tidak sadar kapan Ezra Raves berjalan menuju kado besar yang sudah Harry siapkan. Dia menatap Harry dengan tatapan yang sedikit aneh.“Apakah kado dariku sangat besar?” katanya, seakan menyindir Harry. Ezra cukup tahu Harry adalah seseorang yang selalu mempersiapkan segala sesuatu, dan sudah pasti Harry lah yang membuat kado itu seakan-akan dari dirinya. “Kalian tampak senang melihat kado dariku, tapi tampaknya tidak senang dengan kedatanganku.” Ezra berpindah ke depan Harry, mengulurkan tangannya dan berkata, “Halo, Besan, akhirnya kita bertemu setelah sekian lama.”Harry muak melihat sikap Ezra yang seakan ingin menunjukkan sifat arogannya. Tapi demi menjaga nama baik menantu perempuannya, Harry mengulurkan tangan untuk menyambut Ezra. “Ya, selamat datang kembali. Aku pikir pesawat itu sudah meledak sehingga kau mungkin tidak akan pernah dat
“Selamat, akhirnya kau benar-benar menjadi lelaki jantan.” Parsa menepuk pundak sahabatnya, membuat Esau mengerut kening tidak senang.“Sial! Apa selama ini aku kurang jantan di matamu?” umpat Esau pelan, tidak senang dia dengan ledekan yang ditujukan Parsa padanya.“Mana aku tahu, Freya lah yang tahu bagaimana kau di ranjang.” Parsa melirik Freya dan meneruskan pertanyaan Esau padanya. “Bagaimana, Frey, apakah Esau jago di ranjang?” ucapnya sembari tertawa.Kesal, Esau meninju pelan pundak Parsa untuk menyuruh sahabatnya itu diam. “Diam lah, Brengsek, atau aku memanggil bagian keamanan untuk mengusirmu,” balasnya sambil bergurau.Hal itu membuat Julian ikut tertawa mendengar dua sahabatnya yang saling mengejek, dan ikut serta di dalam perbincangan mereka. “Mungkin kau memang tidak jago, Esau, sebab itu Freya ingin meninggalkanmu.”“Hei, tutup mulutmu atau aku
“Apa yang kau lakukan, Esau?” Freya menarik Esau untuk menjauh, tetapi Esau tidak menggubrisnya. Dia tidak akan menyerah begitu saja sebelum Felisha menunjukkan apa yang dia sembunyikan.“Frey, aku lah yang lebih dulu mengenal bibi, jadi aku tahu dia tidak sepenuhnya gila. Sebelum kau masuk ke dalam hidupku, perawat mengatakan bibi hanya butuh pengobatan ringan. Dia hanya terlalu malu bertemu denganmu, sampai-sampai berkata tidak ingin melihatmu lagi. Benar seperti itu kan, Bi?” tanya Esau tegas.Tentu hal itu membuat Felisha tak tahan lagi. Dia lelah menahan diri hingga akhirnya meneteskan air mata dari kedua sudut matanya.“Aku orang jahat, kenapa aku berhak memiliki anak? Aku sudah membuat semua orang menderita, aku tidak pantas menjadi ibunya,” bisik Feli lemah.Pertemuan dengan Ezra sudah membuat Feli seperti tersadar bahwa dirinya adalah orang jahat yang tak pantas mendapatkan perhatian dari siapa pun. Semua tuduh
“Maaf sudah memisahkanmu dengan papamu.” Esau mengelus wajah Freya, satu jarinya bermain-main di wajah cantik gadis yang bersandar ke pundaknya.Bagaimana pun, Ezra Raves adalah pria pertama yang mencintai gadis itu sejak dia lahir. Mungkin banyak kesalahan yang Ezra lakukan, tapi tetap saja cinta seorang ayah tidak bisa dihilangkan dari hati.“Kau masih sedih?” Kini Esau tatap wajah cantik istrinya dengan memegangi dagu lancip Freya.Menggeleng lemah, tentu saja Freya berbohong. Dia tidak bisa berkata dirinya baik-baik saja setelah yang barusan terjadi.“Sedih sebentar tidak akan membunuhku, kan?” bisik Freya, lagi air matanya mengalir. “Papa tidak boleh hanya menyalahkan mama, mereka sama-sama salah. Aku harus tega pada papa untuk membuatnya menyadari kesalahan.”“Benar, kau tidak melakukan kesalahan. Jika papamu bisa berpikir dengan baik, seharusnya dia menyesal.”Helaan na
“Apa yang kalian bicarakan? Sayang, papa mencintaimu. Kau tidak harus mendengarkan kesaksian dari orang-orang yang tidak menyukai papa,” kata Ezra, berharap kali ini putrinya masih mendengarnya. Ezra Raves tidak rela jika Freya menuduhnya tidak menginginkan dirinya.“Tapi bukti yang kutemukan bukan sekedar ucapan orang-orang. Papa juga ingin melihatnya?” Freya menantang papanya, lantas membuka lipatan kertas yang dia pegang.Bagaimana pula ada orang yang berkata demikian? Apakah mereka bisa mendengar isi kepala Ezra? Siapa yang dengan berani membuat kesaksian bahwa Ezra tidak menginginkan bayinya? Sejak mendengar Felisha hamil, Ezra sudah berencana untuk mengurus bayi itu meski tanpa ibunya!“Catatan rumah sakit atas nama Felisha Raves dan suaminya Ezra Raves,” kata Freya, membaca sebagian dari kertas yang ada di tangannya. Dadanya sesak. Pedih Freya rasakan ketika dia melanjutkan untuk berkata, “Catatan ini adalah kunju
Freya masih bergeming menatap tangan Esau yang terulur padanya. Lalu perlahan mengangkat mata untuk melihat wajah suami yang... katanya sudah bercerai oleh perbuatan oleh sang papa. Wajah sendunya sulit untuk ditebak, apakah Freya akan menerima uluran tangan itu?Kemudian dia perlahan mengalihkan wajah menatap tangan papanya, lalu mata mereka pun bertemu beberapa detik kemudian.“Mari, Sayang, kita akan berangkat hari ini,” ucap Ezra Raves sekali lagi.“Papa menjagaku?” Suara serak yang menyiratkan kerinduan akan cinta.“Pasti, karena kau lah separu dari nyawaku yang tersisa.” Ezra mengangguk perlahan.Ezra memang banyak melakukan kebohonga, tapi semua dia lakukan untuk alasan yang tepat. Dia hanya tidak ingin membuat Freya seperti ibunya.“Freya, ibumu memiliki temprament yang sangat buruk. Dia suka menyakiti orang lain tanpa peduli siapa orangnya. Aku menjauhkanmu dari dia karena aku mencintaimu, a
“Esau, tunggu!” Freya hampir saja terjatuh ketika mengikuti langkah suaminya turun dari mobil. “Bukankah kau bilang akan mempertahankanku? Kenapa kau ingin mengembalikanku pada papa?” katanya lagi. Freya tidak ingin pergi, dia berhenti menatap rumah besar di mana papanya menunggu.“Freya, ikut lah, papamu sudah tak sabar menunggu.”Kemarahan Esau sudah sampai di puncak kepalanya, sehingga tak ada waktu baginya membahas hal ini. Esau hanya ingin segera bertemu dengan Ezra Raves dan menyelesaikan masalah mereka. Dia tidak tahan mendengar kata-kata Ezra yang bahkan sudah mengurus perceraiannya dan Freya. Bukankah pria itu sudah sangat keterlaluan?“Tapi aku tidak mau! Aku mencintaimu, aku ingin denganmu!” Freya yang baru mendapat kasih sayang dari seluruh anggota keluarga Borisson, tiba-tiba merasa sangat sedih. Esau, lelaki yang pagi tadi berkata mencintai dirinya bahkan rela mati untuknya, kenapa sekarang justru sep