“Ini kamarmu. Mom bilang, kau boleh menempati kamar ini sampai kau bisa meluluhkan hati dad.”
Zoe membuka pintu kamar tamu yang akan ditempati oleh Dixon. Kamar itu berada di lantai tiga, tepat di bagian depan kamarnya. Dixon mengikutinya dari belakang, memendar pandangan ke segala arah.
Sementara Dixon sibuk memandangi kamarnya, Zoe fokus menatap wajah lelaki yang lebam di segala tempat. Itu bekas pukulan dad saat mereka di Macau. Zoe sangat sedih, merasa bersalah oleh luka-luka di wajah Dixon. Tak sadar tangannya terulur menuju pipi Dixon dan menyentuhnya dengan lembut.
“Maaf, dad sangat marah sampai membuatmu seperti ini,” katanya hampir berbisik.
Merasakan tangan Zoe yang begitu lembut, belum lagi kalimat gadis itu yang bernada sangat pelan, Dixon mengalihkan matanya ke wajah Zoe. Bibirnya tersenyum menatap mata Zoe yang berkaca-kaca. Gadis itu tampaknya ingin menangis jika Dixon tidak segera menenangkan perasaannya. Pelan, dia
Suasana menegangkan itu tidak bertahan lama setelah Zoe bisa menguasai dirinya. Dagunya diangkat tinggi membuktikan bahwa pikiran gadis itu tidak sekotor apa yang baru Dixon katakan tentangnya. Penuh percaya diri dia membalas tatapn Dixon dan berkata acuh.“Jangan terlalu percaya diri aku melihatnya. Memangnya apa kelebihan juniormu? Itu sama saja dengan milik semua lelaki di dunia ini.” Dia meraih kantong berisi obat juga mangkuk dengan batu es itu sebelum berjalan menuju tempat Dixon. Zoe letakkan benda-benda itu di sisi ranjang dan kembali berkata, “Duduk lah, aku akan mengobati lukamu, Calon Suamiku.”Sebenarnya dia hanya emnyindir Dixon. Zoe kesal oleh rasa percaya diri lelaki itu. Memangnya apa yang salah jika Zoe melihat ‘sedikit’ pada juniornya? Bahkan dia tidak bisa melihatnya sebab tertutup dengan boxer. Sangat perhitungan! Akibat rasa kesalnya, Zoe menekan kain berisi es batu itu lebih keras ke sudut bibir Dixon.
Dua lelaki berbeda usia itu menuruni anak tangga bersama-sama. Ketika Harry menggerakkan kakinya selangkah, Dixon mengikutinya. Saat Harry berpura melambatkan langkah, pemuda itu pun berhenti menunggunya. Harry sangat kesal, seakan pemuda ini mempermainkan emosinya. Lantas, dia berjalan cepat menuju ruang makan di mana istri dan anak-anaknya sudah menanti.Selalu tak mau kalah, Dixon mempercepat langkahnya dan kembali mereka berjalan beriringan. Itu memuakkan Harry, lantas menyikut lengan Dixon untuk menyuruh pemuda itu berjalan di belakangnya. Jujur, Harry Borisson tidak senang melihat mata Zoe yang kini tertuju pada Dixon.“Ada apa, Ayah Mertua? Tangan Anda sakit?”Tak tahu kah betapa dia Harry tidak senang mendengar panggilan itu? Bahkan Zoe belum benar-benar akan menikah dengannya. Ingin sekali Harry mengingatkan Dixon untuk tidak terus memanggilnya ayah mertua. Tapi, ketika melihat mata istri yang tertuju padanya, Harry harus menahan
“Hem!”Dixon berdehem sebelum menjawab pertanyaan El. Matanya menatap Zoe yang kini ragu-ragu melihat dirinya. Dixon tahu itu, bahwa Zoe pasti menjadi takut jika ternyata Dixon hanya menginginkan uang keluarganya. Lelaki itu merasa geli oleh ekspresi Zoe yang sungguh terlihat lucu.“Tentu saja aku mencintainya. Tak ada alasan bagiku mengharapkan uang keluarga Borisson, lantas mendekati Zoe. Dia yang lebih tahu tentang perasaanku,” jelas Dixon kemudian.Memangnya apa yang Zoe ketahui tentang perasaan Dixon? Bahkan lelaki itu tidak pernah mengatakannya sebelum mereka tertangkap basah. Atau kah mungkin lelaki itu sengaja berkata demikian hanya untuk mengingatkan Zoe akan sikapnya dulu? Zoe akui itu, dia yang memaksa Dixon menikahinya, sedangkan Dixon sendiri hanya acuh. Itu sebagai bukti bahwa Dixon tidak tertarik akan uang. Ah ... ini memalukan.“Kau romantis juga, ya. Pantas Zoe terus melihat matamu, seakan kau adalah makanan
Setelah mendengar pertanyaan El yang semakin mengaur, semua orang lantas meninggalkan ruang keluarga. Matarhari sudah naik lebih tinggi dan jam makan siang akan segera datang. Kebiasaan Alena, jika di hari libur seperti ini dia akan memasak untuk keluarganya. Sementara Zoe sangat dikejutkan oleh kedatangan Lucia, sahabat yang sudah satu bulan tak dilihatnya.“Luci!” Zoe menyerukan nama sahabat yang berlari dari pintu masuk.“Zoeee ...!”Sejak lama mereka bersahabat dan Lucia sendiri merasa rumah keluarga Borisson sudah seperti rumahnya. Tak ada alasan gadis itu menjaga sikap dan suaranya yang melengking memekakkan telinga.“Hei! Kudengar dari Bibi Alena, kau tetap pergi dengan kapal itu? Bukannya mereka sudah tak memiliki kabin? Zoe, katakan bahwa kau baik-baik saja selama pelayaran.” Luci menghujaninya dengan berbagai pertanyaan. “Aku sangat menyesal. Zoe, ini semua salahku yang tidak menghubungimu segera. Kau pa
“Jelaskan padaku, apa kalian sudah melakukannya? Wow, Zoe! Kau berutang penjelasan padaku, bagaimana kau melakukannya di pengalaman pertamamu. Apakah lelaki itu jago diranjang?”Mulut Lucia sangat keterlaluan. Dia terang-terangan mempertanyakan hal sensitif pada gadis yang ... bahkan tak tahu bagaimana itu rasanya bercinta. Bagaimana Zoe akan menjelaskannya? Kejadian itu hanya kesalahan ketika Dixon berusaha menutupi Zoe di balik tubuhnya. Tak ada yang namanya pengalaman pertama yang bisa Zoe jelaskan.“Aku tidak tahu,” jawabnya acuh.Beruntung saat ini keduanya sudah berada di kamar Zoe, sehingga dia tak lagi malu berhadapan dengan Dixon. Gadis itu mendudukkan dirinya di atas ranjang dengan lemas.“What?” Luci mendramatis suasana. “Oh oke, aku paham kau belum bisa menjelaskan bagaimana ukuran jago seorang pria di ranjang. Tapi aku akan membantumu mengetahuinya.” Dia menjatuhkan dirinya di sisi Zoe lalu kemb
“Dixon,” panggil Zoe. Berusaha dia membangunkan dirinya dari keterpakuan oleh ucapan Dixon. Gadis itu melangkah menuju pintu yang masih terbuka, lantas menarik tangan Dixon sehingga masuk ke dalam kamarnya. Kemudian dia tutup pintu rapat-rapat sebelum seseorang datang.Tidak ... Zoe tidak akan membiarkan Dixon mengatakan apa pun pada mom baik dad. Dia harus mengingatkan Dixon menutup mulutnya rapat-rapat dan mengajak lelaki itu berbicara.“Dixon, dengar. Kita hanya melakukan kesalahan. Aku tak akan membuatmu terjebak dalam pernikahan yang tak kau inginkan. Bukankah aku sudah pernah mengatakannya?” kata Zoe, mengingatkan ketika dia memohon dulu.Dia pikir Dixon lupa? Apakah di matanya lelaki ini seperti pria tua yang sudah pikun? Jelas Dixon mengingat ucapan Zoe tempo hari, tetapi sungguh dia tak berpikir bahwa Zoe benar-benar berpikir pernikahan mereka akan menjadi seperti itu.“Dan menurutmu aku peduli? Baik itu kesala
“Luci tidak boleh merayu Dixon-ku!” Zoe berkata refleks, dan terdiam setelah mengatakannya. “Dixon-ku?” ulangnya,memahami kalimat kepemilikan yang dia berikan untuk Dixon.Sejak kapan Dixon jadi miliknya? Jelas-jelas Zoe tidak ingin menikah dengannya dan berani membuat kalimat seperti itu?“Bagaimana pun, kami sudah tinggal bersama. Dia milikku, kan?” katanya lagi, bertanya pada diri sendiri. Lantas dia terduduk di atas ranjang saat memutar perkataan Lucia tadi.Zoe tidak akan lupa dengan ucapannya yang akan mengikhlaskan Dixon menikahi lelaki lain. Tetapi baru saja Luci mengatakan ingin menggoda Dixon, gadis itu menjadi kesal dan merasa Dixon adalah miliknya. Apalagi ketika dia teringat akan kejadian di kamar hotel siang itu, tak seharusnya Zoe merelakan Dixon untuk gadis mana pun, tak peduli bahwa itu adalah Luci.“Dia milikku! Berani Dixon mendekat dengan Luci, aku akan membunuhnya!” kesalnya. “Tapi
Meja yang tadinya riuh dengan gelak tawa keluarga berangsung sunyi tanpa suara. Entah karena perkataan Dixon yang mengejutkan semua orang, atau justru melihat Zoe yang tampaknya sangat lemas tak berdaya. Tapi tak lama kemudian, Harry menggerakkan tangannya untuk meletakkan garpu dan pisau.Pria itu menatap Dixon dan mengangguk dua kali. “Akhinya kau menyerah? Bagus lah, memang seperti itu lah seharusnya,” katanya. Tak ada nada marah pada suaranya justru dia tampak tersenyum seakan puas akan perkataan Dixon. “Zoe belum dewasa dan dia akan melanjutkan sekolahnya, memang tak seharusnya dia membahas pernikahan di usia semuda ini.”“Dad!” seru Zoe, tak mengerti akan kerasnya hati Harry. “Tapi aku akan menikah! Jika dad dan mom tidak membiarkanku menikah dengan Dixon, maka selamanya aku tidak akan menikah!” katanya lagi.Bukannya lantas membuat Harry marah, pria itu hanya menggerdik bahu dan mengalihkan matanya pad
Esau berlari menaiki tangga pintu masuk istana keluarganya, dengan penuh semangat dan senyum yang tergambar di bibirnya. Tangan kanan menjinjing sebuah boks besar yang dia bawakan hadiah untuk istrinya, belakangan ini dia memang menjadi sangat romantis sejak mendengar kabar kehamilan Freya. Setiap akan pulang dari mana pun, Esau menyempatkan membawa hadiah untuk Freya. Baik itu berupa bunga, makanan, atau benda apa saja yang dia temukan di jalan. Terkadang juga Esau mencari-cari sesuatu yang diinginkan ibu hamil melalui situs internet, lantas membawakannya untuk Freya. Dia adalah suami yang begitu mencintai istrinya. “Sayang...” Esau mendorong pintu kamar, memamerkan jinjingan yang dia bawa. “Lihat, aku membawa apa padamu?” Freya yang tengah berbaring membaca sebuah buku, menurunkan buku itu ke atas perutnya dan melihat Esau. Sejak hamil dan dikatakan fisiknya lemah, Freya dengan suka rela mengambil cuti kuliah dan lebih memilih menghabiskan waktu menikmati k
“Frey, kalian harus datang, ingat!”Leona berseru dari ujung sana, melambaikan tangannya pada Freya yang masih berdiri menunggu Esau membukakan pintu mobil. Gadis itu mengangguk sebagai jawaban untuk seruan dari Leona.“Baik lah, akan aku usahakan.” Freya lalu masuk ke dalam mobil di samping suaminya yang menyetir.“Datang? Memangnya... ke mana dia mengajakmu?”“Ulang tahun. Leona merayakan ulang tahunnya, dan dia mengundang kita.”“Kenapa kita harus datang?” Esau menyahut acuh, menyalakan mesin mobil yang membawa mereka meninggalkan parkiran kampus. “Aku heran kenapa kau mau berteman dengannya, padahal dulu dia jahat padamu.”Jika dipikir-pikir, Leona memang banyak melakukan kejahatan pada Freya, tapi di balik itu Freya sendiri sudah membalasnya, kan? Lantas kenapa harus merasa dirinya harus membenci Leona lagi? Lagian Leona sendiri sudah meminta maaf secara terang-tera
Semua orang menjadi diam melihat kedatangan pria itu. Esau masih terkejut, bahkan dia tidak sadar kapan Ezra Raves berjalan menuju kado besar yang sudah Harry siapkan. Dia menatap Harry dengan tatapan yang sedikit aneh.“Apakah kado dariku sangat besar?” katanya, seakan menyindir Harry. Ezra cukup tahu Harry adalah seseorang yang selalu mempersiapkan segala sesuatu, dan sudah pasti Harry lah yang membuat kado itu seakan-akan dari dirinya. “Kalian tampak senang melihat kado dariku, tapi tampaknya tidak senang dengan kedatanganku.” Ezra berpindah ke depan Harry, mengulurkan tangannya dan berkata, “Halo, Besan, akhirnya kita bertemu setelah sekian lama.”Harry muak melihat sikap Ezra yang seakan ingin menunjukkan sifat arogannya. Tapi demi menjaga nama baik menantu perempuannya, Harry mengulurkan tangan untuk menyambut Ezra. “Ya, selamat datang kembali. Aku pikir pesawat itu sudah meledak sehingga kau mungkin tidak akan pernah dat
“Selamat, akhirnya kau benar-benar menjadi lelaki jantan.” Parsa menepuk pundak sahabatnya, membuat Esau mengerut kening tidak senang.“Sial! Apa selama ini aku kurang jantan di matamu?” umpat Esau pelan, tidak senang dia dengan ledekan yang ditujukan Parsa padanya.“Mana aku tahu, Freya lah yang tahu bagaimana kau di ranjang.” Parsa melirik Freya dan meneruskan pertanyaan Esau padanya. “Bagaimana, Frey, apakah Esau jago di ranjang?” ucapnya sembari tertawa.Kesal, Esau meninju pelan pundak Parsa untuk menyuruh sahabatnya itu diam. “Diam lah, Brengsek, atau aku memanggil bagian keamanan untuk mengusirmu,” balasnya sambil bergurau.Hal itu membuat Julian ikut tertawa mendengar dua sahabatnya yang saling mengejek, dan ikut serta di dalam perbincangan mereka. “Mungkin kau memang tidak jago, Esau, sebab itu Freya ingin meninggalkanmu.”“Hei, tutup mulutmu atau aku
“Apa yang kau lakukan, Esau?” Freya menarik Esau untuk menjauh, tetapi Esau tidak menggubrisnya. Dia tidak akan menyerah begitu saja sebelum Felisha menunjukkan apa yang dia sembunyikan.“Frey, aku lah yang lebih dulu mengenal bibi, jadi aku tahu dia tidak sepenuhnya gila. Sebelum kau masuk ke dalam hidupku, perawat mengatakan bibi hanya butuh pengobatan ringan. Dia hanya terlalu malu bertemu denganmu, sampai-sampai berkata tidak ingin melihatmu lagi. Benar seperti itu kan, Bi?” tanya Esau tegas.Tentu hal itu membuat Felisha tak tahan lagi. Dia lelah menahan diri hingga akhirnya meneteskan air mata dari kedua sudut matanya.“Aku orang jahat, kenapa aku berhak memiliki anak? Aku sudah membuat semua orang menderita, aku tidak pantas menjadi ibunya,” bisik Feli lemah.Pertemuan dengan Ezra sudah membuat Feli seperti tersadar bahwa dirinya adalah orang jahat yang tak pantas mendapatkan perhatian dari siapa pun. Semua tuduh
“Maaf sudah memisahkanmu dengan papamu.” Esau mengelus wajah Freya, satu jarinya bermain-main di wajah cantik gadis yang bersandar ke pundaknya.Bagaimana pun, Ezra Raves adalah pria pertama yang mencintai gadis itu sejak dia lahir. Mungkin banyak kesalahan yang Ezra lakukan, tapi tetap saja cinta seorang ayah tidak bisa dihilangkan dari hati.“Kau masih sedih?” Kini Esau tatap wajah cantik istrinya dengan memegangi dagu lancip Freya.Menggeleng lemah, tentu saja Freya berbohong. Dia tidak bisa berkata dirinya baik-baik saja setelah yang barusan terjadi.“Sedih sebentar tidak akan membunuhku, kan?” bisik Freya, lagi air matanya mengalir. “Papa tidak boleh hanya menyalahkan mama, mereka sama-sama salah. Aku harus tega pada papa untuk membuatnya menyadari kesalahan.”“Benar, kau tidak melakukan kesalahan. Jika papamu bisa berpikir dengan baik, seharusnya dia menyesal.”Helaan na
“Apa yang kalian bicarakan? Sayang, papa mencintaimu. Kau tidak harus mendengarkan kesaksian dari orang-orang yang tidak menyukai papa,” kata Ezra, berharap kali ini putrinya masih mendengarnya. Ezra Raves tidak rela jika Freya menuduhnya tidak menginginkan dirinya.“Tapi bukti yang kutemukan bukan sekedar ucapan orang-orang. Papa juga ingin melihatnya?” Freya menantang papanya, lantas membuka lipatan kertas yang dia pegang.Bagaimana pula ada orang yang berkata demikian? Apakah mereka bisa mendengar isi kepala Ezra? Siapa yang dengan berani membuat kesaksian bahwa Ezra tidak menginginkan bayinya? Sejak mendengar Felisha hamil, Ezra sudah berencana untuk mengurus bayi itu meski tanpa ibunya!“Catatan rumah sakit atas nama Felisha Raves dan suaminya Ezra Raves,” kata Freya, membaca sebagian dari kertas yang ada di tangannya. Dadanya sesak. Pedih Freya rasakan ketika dia melanjutkan untuk berkata, “Catatan ini adalah kunju
Freya masih bergeming menatap tangan Esau yang terulur padanya. Lalu perlahan mengangkat mata untuk melihat wajah suami yang... katanya sudah bercerai oleh perbuatan oleh sang papa. Wajah sendunya sulit untuk ditebak, apakah Freya akan menerima uluran tangan itu?Kemudian dia perlahan mengalihkan wajah menatap tangan papanya, lalu mata mereka pun bertemu beberapa detik kemudian.“Mari, Sayang, kita akan berangkat hari ini,” ucap Ezra Raves sekali lagi.“Papa menjagaku?” Suara serak yang menyiratkan kerinduan akan cinta.“Pasti, karena kau lah separu dari nyawaku yang tersisa.” Ezra mengangguk perlahan.Ezra memang banyak melakukan kebohonga, tapi semua dia lakukan untuk alasan yang tepat. Dia hanya tidak ingin membuat Freya seperti ibunya.“Freya, ibumu memiliki temprament yang sangat buruk. Dia suka menyakiti orang lain tanpa peduli siapa orangnya. Aku menjauhkanmu dari dia karena aku mencintaimu, a
“Esau, tunggu!” Freya hampir saja terjatuh ketika mengikuti langkah suaminya turun dari mobil. “Bukankah kau bilang akan mempertahankanku? Kenapa kau ingin mengembalikanku pada papa?” katanya lagi. Freya tidak ingin pergi, dia berhenti menatap rumah besar di mana papanya menunggu.“Freya, ikut lah, papamu sudah tak sabar menunggu.”Kemarahan Esau sudah sampai di puncak kepalanya, sehingga tak ada waktu baginya membahas hal ini. Esau hanya ingin segera bertemu dengan Ezra Raves dan menyelesaikan masalah mereka. Dia tidak tahan mendengar kata-kata Ezra yang bahkan sudah mengurus perceraiannya dan Freya. Bukankah pria itu sudah sangat keterlaluan?“Tapi aku tidak mau! Aku mencintaimu, aku ingin denganmu!” Freya yang baru mendapat kasih sayang dari seluruh anggota keluarga Borisson, tiba-tiba merasa sangat sedih. Esau, lelaki yang pagi tadi berkata mencintai dirinya bahkan rela mati untuknya, kenapa sekarang justru sep