Home / Romansa / Sweet Enemy / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Sweet Enemy: Chapter 1 - Chapter 10

96 Chapters

Musuh Bebuyutan

"Ainsley, kau tidak makan?" tanya Emily, sahabat baik Ainsley. "Tidak, aku sudah minum," balas Ainsley. Dia masih sibuk dengan laptopnya di jam istirahat seperti ini. "Minum? Kau juga harus makan, Ainsley," kata Emily lagi. Ainsley mengalihkan pandangan dari laptop dan beralih menatap Emily. Gadis itu melempar senyum. "Tidak, Emily sayang. Aku masih kenyang. Kau makanlah," kata Ainsley kemudian kembali fokus pada laptopnya. "Ayolah, Ainsley. Ini waktunya istirahat. Jangan terus berkencan dengan benda itu," protes Emily sambil menunjuk laptop di hadapan sahabatnya. Tatapannya kesal seperti seorang gadis yang tengah cemburu ketika pasangannya mengabaikannya. Ainsley kembali tersenyum. "Emily, kau tahu kan, aku ingin menyelesaikan kuliahku lebih cepat. Jadi aku tidak boleh membuang-buang waktu." "Jadi kau berencana meninggalkan aku sendiri, Ainsley?" tanya Emily. "Emily, jika kau tidak ingin tertinggal maka kau juga harus berusaha," jawab Ainsley tanpa menatap pada Emily. "Sudahla
last updateLast Updated : 2021-03-22
Read more

Lihat Saja Nanti

Ainsely menyusul Emily, penasaran mengapa Emily lama sekali. "Emily, siapa yang datang?" tanya Ainsley. "Dia …." "Kau?" seru Ainsley menyadari siapa yang datang. "Untuk apa kau datang ke sini? Belum puas kau mengerjaiku?" tukas Ainsley. "Aku hanya ingin mengantarkan laptopmu. Mungkin kau masih membutuhkannya," kata Dixon santai. Ainsley merebut laptop itu dengan kasar. "Aku sudah menerima laptopku, jadi sekarang kau pergilah!" "Ya, aku memang akan pergi," balas Dixon kemudian berbalik dan pergi. "Emmm, Ainsley sepertinya aku juga harus pulang," ucap Emily setelah Dixon hilang dari pandangan. "Kau tidak ingin tidur di kamarku malam ini, Em?" ""Tidak, Ainsley, aku harus pulang." "Baiklah, kau hati-hati. Terima kasih sudah mengantarku pulang," balas Ainsley. "Tak masalah. Sampai jumpa." Kedua gadis itu berpelukan singkat, sebelum mereka berpisah. Setelah Emily pergi, Ainsley kembali ke kamarnya dengan perasaan kesal. "Keterlaluan! Jika ingin menggangguku, apa dia tidak bisa
last updateLast Updated : 2021-03-24
Read more

Dia Lagi

Semua usaha dan kerja keras Ainsley akhirnya membuahkan hasil seperti yang diinginkan. Dia tidak harus membuang-buang waktu lama untuk menyelesaikan pendidikannya karena dia mampu menyelesaikannya dalam waktu singkat. Ainsley sangat mirip dengan ibunya yang pekerja keras dan selalu memiliki target untuk dirinya sendiri. Brianna juga menyelesaikan pendidikannya dengan cepat di masa pendidikannya. Karena saat itu Brianna ingin cepat-cepat mengabdikan dirinya pada keluarga Ashton. Keluarga Ashton adalah keluarga yang memungut Brianna, mendidiknya, menyekolahkan dan memberinya kasih sayang penuh. Terang saja jika Brianna ingin mengabdikam dirinya pada keluarga Ashton. Dan tidak ada yang menyangka akhirnya Brianna akan menikah dengan keturunan keluarga Ashton—Freddy. Meskipun tujuan Ainsley dan Brianna berbeda tetapi mereka punya semangat yang sama. Lulus lebih cepat merupakan kepuasan tersendiri bagi seseorang yang menempuh pendidikan, bukan? Setelah lulus dari pendidikannya, Ainsley l
last updateLast Updated : 2021-03-25
Read more

Harus Apa?

"Kau tidak dengar aku bicara apa tadi? Hm, aku rasa pendengaranmu bermasalah. Sebaiknya kau pergi ke dokter THT setelah ini. Kau perlu aku antar?" "Jangan keterlaluan kau, Dixon!" "Ada apa? Bukankah tadi kau tidak mendengar apa yang aku katakan? Apa aku salah bicara lagi?" kata Dixon enteng. Ainsley mengepalkan tangannya untuk menahan emosinya. "Apa kau sudah selesai? Aku sudah cukup di sini. Aku pergi sekarang." Ainsley langsung berdiri dan pergi. "Hei, kau tidak bisa melakukan ini. Kau tidak bisa meninggalkan aku seperti ini!" seru Dixon namun Ainsley sama sekali tidak menghiraukannya. Ia tetap pergi begitu saja. Dixon sedikit tercengang, namun setelahnya ia terkekeh geli. "Dia sangat mudah dikerjai." *** "Dasar tidak waras! Dia benar-benar membuatku sangat kesal," gerutu Ainsley. Brak! Ainsley membanting pintu mobilnya dengan keras. "Apa dia pikir aku ini tuli, ha? Aku tentu saja mendengar apa yang dia katakan. Aku hanya ingin menanyakan apa maksudnya dia mengatakan itu t
last updateLast Updated : 2021-03-25
Read more

Suka

Sebuah mobil mewah terparkir di halaman restoran. Penumpangnya semua turun. Freddy, Brianna dan Ainsley memasuki restoran dan langsung menuju ruang VIP yang sudah dipesan sebagai tempat pertemuannya dengan keluarga Hamilton. "Dad, bisakah aku pulang sekarang? Aku sungguh tidak ingin bertemu dengannya. Aku tidak ingin," rengek Ainsley yang sejak awal tidak setuju dan tidak ingin datang. "Kau sudah sampai di sini dan kau akan pulang? Lagipula apa kau tidak menyayangkan dandananmu yang secantik ini? Sangat jarang kau berdandan cantik seperti ini. Ayo, masuklah," bujuk Freddy. "Tidak, Dad. Aku tidak akan masuk atau aku mungkin akan mengacaukan makan malamnya. Aku akan kesal jika melihat wajahnya. Sungguh, lebih baik aku pulang saja." "Jika kau tidak memiliki masalah dengannya seharusnya kau tidak keberatan untuk makan malam bersamanya. Kecuali jika kau memiliki perasaan yang spesial untuknya," celetuk Brianna kini. "Apa? Kau bercanda, Mom? Demi apa, membahasnya saja membuatku gerah. A
last updateLast Updated : 2021-03-25
Read more

Tak Ada Yang Berpihak

Ainsley menatap ayahnya serius, menanti jawaban sang ayah dengan harap-harap cemas. Freddy menggeleng pelan. "Yang dikatakan Dixon itu benar, Ainsley. Pria yang mengganggu wanita biasanya menganggap wanita itu spesial." 'Astaga! Apa tidak ada seorangpun yang berpihak padaku?' batin Ainsley. "Kau pasti berbohong. Kau tahu daddy akan membelamu maka kau menggunakan alasan itu untuk mengelabuhi kita semua. Dasar tidak—" Ainsley tidak melanjutkan kalimatnya. Dia masih menyayangi nyawanya. Jika ia melanjutkan kalimatnya maka nyawanya dalam bahaya karena ibunya sudah memelototinya. "Tidak apa, hm? Kenapa tidak dilanjutkan?" dengan sengaja Dixon menantang Ainsley. "Dengar, aku membencimu, jadi jangan harap aku akan mempercayai kata-katamu!" tukas Ainsley. Amarahnya sudah hampir naik sampai ke ubun-ubun. "Ainsley, ada apa denganmu? Kau sejak tadi terus marah-marah. Apa masalahmu?" tegur Freddy. "Apa masalahku? Dad, ini masalah besar. Apa daddy tahu perasaanku selama ini? Saat dia memperm
last updateLast Updated : 2021-03-25
Read more

Datang Kesialan Lagi

Dixon memiringkan wajahnya dan entah mengapa Ainsley malah memejamkan matanya. Hal itu membuat Dixon merasa memiliki akses. Namun itu tidak pernah terjadi. Plak! Ainsley menampar pipi Dixon dengan sangat kuat. Ainsley merasa sangat puas karena akhirnya ia memiliki kesempatan untuk menampar Dixon. Ini kesempatan yang sangat langka. "Aw, apa yang kau lakukan, Ainsley? Ini sangat sakit," protes Dixon. "Apa yang aku lakukan? Tentu saja aku menamparmu. Bukankah kau tahu itu?" balas Ainsley. "Ya aku tahu, aku tidak bodoh. Maksudku kenapa kau tiba-tiba menamparku sangat keras? Apa kesalahanku?" "Apa kesalahanmu? Kau bertanya apa kesalahanmu? Coba jelaskan apa yang coba ingin kau lakukan padaku tadi? Kau mau melecehkanku? Jika aku tidak menamparmu tidak tahu apa yang akan kau lakukan padaku," cibir Ainsley sinis. "Apa? Aku hanya ingin membersihkan saus yang ada di ujung bibirmu, itu saja." Ainsley berdecak sinis. "Siapa yang akan mempercayai kata-katamu, hm?" balas Ainsley dengan beran
last updateLast Updated : 2021-03-25
Read more

Formula Pencerah

Drrtt ... Drrtt .... Ponsel Ainsley berdering saat Ainsley tengah mengeringkan rambutnya menggunakan hair dryer. Ainsley mematikan dulu hair dryer tersebut lalu mengangkat telepon masuk dari Emily. "Hallo, Emily sayang. Ada apa pagi-pagi menelponku?" "Ainsley, apa kau ada waktu hari ini? Ayo kita bertemu, aku merindukanmu. Biasanya kita selalu melakukan apa pun berdua, tapi sekarang aku hanya melakukan semuanya sendiri saja. Itu sangat membosankan, Ainsley," kata Emily merajuk. "Aku bilang juga apa, cepat selesaikan kuliahmu, lalu kau akan menjadi asistenku dan kita akan selalu melakukan semuanya bersama-sama lagi." "Otakku tidak seperti milikmu, aku juga tidak bisa sepertimu, tapi aku akan berusaha untuk menyelesaikan kuliahku secepat yang aku bisa lakukan. Aku sering merasa bosan karena harus kemana pun sendiri," kata Emily lagi. "Oh sayang, kasihan sekali sahabatku ini. Jika kau merasa bosan kau boleh datang ke kantorku, jika kau mau," balas Ainsley. "Iya jika kau berada di k
last updateLast Updated : 2021-03-25
Read more

Kiriman Bunga

Bagaimana jika Ainsley diculik? Bagaimana jika Ainsley dalam bahaya? Pikiran Freddy sudah liar kemana-mana ketika mendengar suara laki-laki dari ponsel sang putri. "Paman Freddy, ini aku, Dixon." "Astaga, Dixon. Aku pikir kau seorang yang menculik putriku," seloroh Freddy. "Maafkan aku telah mengagetkanmu, Paman," kata Dixon. "Tidak apa. Ainsley masih bersama denganmu? Mengapa kau yang mengangkat teleponnya?" tanya Freddy. "Tidak, Paman. Ainsley baru saja pergi," balas Dixon. "Baru saja pergi? Lalu mengapa ponselnya ada padamu, Dixon?" "Dia sangat terburu-buru pergi dari sini, Paman. Katanya mau bertemu dengan Emily. Dia sampai tidak sadar meninggalkan ponselnya. Aku berniat menghubungi Emily untuk menanyakan keberadaan mereka agar aku bisa mengembalikan ponselnya," jelas Dixon. "Oh begitu. Kau datang saja ke Cafe Meet Up. Setahuku mereka selalu bertemu di sana. Kau langsung ke sana saja. Jika tidak ada, kau boleh menghubungi Emily," jelas Freddy memberi tahu. "Oh, baiklah, Pa
last updateLast Updated : 2021-03-25
Read more

Tidak Tahu Keromantisan

Ainsley mengerutkan kening menatap buket bunga mawar merah yang ada di tangan pelayan itu. Gadis itu tak langsung menerimanya. Sebelumnya dia tidak pernah menerima kiriman bunga dari siapa pun. "Dari Tuan Hamilton. Jika Nona ingin menemuinya dia masih ada di sana," jawab pelayan itu. "Hamilton?" tanya Ainsley. "Maksudnya Dixon?" imbuh Emily. Kemudian Ainsley dan Emily sama-sama mencari keberadaan Dixon. Sedangkan Dixon malah dengan santainya melambaikan tangan. Ainsley mendengus kesal. "Tolong kembalikan bunga ini padanya. Aku tidak menerima bunga, aku tidak memakan bunga," kata Ainsley kesal. "Hei, Ainsley. Dia memberimu bunga bukan untuk dimakan. Tolong mengertilah sedikit, itu hal yang romantis," kata Emily. "Emily, please, jangan membuatku semakin kesal, oke? Aku tidak mau tahu, kembalikan itu padanya," kata Ainsley tegas. "Pergilah!" seru Ainsley pada pelayan itu. "Baiklah, Nona. Saya permisi." Pelayan itu pun undur diri. "Astaga, Ainsley sayang. Mengapa kau menolak bung
last updateLast Updated : 2021-03-25
Read more
PREV
123456
...
10
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status