Home / Romansa / Sweet Enemy / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Sweet Enemy: Chapter 21 - Chapter 30

96 Chapters

Memikirkannya

"Koin apa ini?" tanya Ainsley mengerutkan kening. "Ini bukan koin, Ainsley. Coba lihat, ini sebuah liontin," sahut Emily. "Liontin?" "Iya, coba saja kau buka," kata Emily lagi. Ainsley melakukan apa yang diminta oleh Emily. Ainsley hendak membuka liontin tersebut namun tidak jadi, karena ayah dan ibunya datang. "Ainsley, Sayang, kau sudah bangun. Terima kasih, Ya Tuhan," kata Brianna mengungkapkan rasa syukurnya. Brianna memeluk putrinya sangat erat. Tangan Ainsley bergerak menyembunyikan liontin tadi di bawah bantalnya kemudian dia membalas pelukan ibunya. "Mom, kau tidak apa-apa?" tanya Ainsley. "Mommy baik-baik saja, Sayang," balas Brianna. "Tapi Dixon bilang kau pingsan tadi. Kau kelelahan karena menjagaku, iya, kan?" "Tidak, Sayang. Semuanya baik-baik saja sekarang. Kau sudah bangun dan mommy sangat senang," balas Brianna. "Iya, Mom." "Dimana Dixon, Ainsley? Kenapa dia tidak ada di sini?" tanya Freddy. "Em, dia pergi setelah menerima telepon, Dad," jelas Ainsley. "Oh
last updateLast Updated : 2021-04-08
Read more

Freaky

Ainsley tidak yakin apakah dia harus mengangkat telepon dari Dixon atau tidak. Namun karena dia terlalu gugup tanpa sengaja dia menekan tombol merah membuat telepon itu terputus. "Ya ampun, lagi-lagi aku matikan teleponnya," lirih Ainsley. Drttt ... Drrtt .... Ponselnya kembali berdering dan kali ini Ainsley menjawab telepon masuk dari Dixon. "Hallo," sapa Ainsley. "Hei, kau sudah pulang? Aku tadi pergi ke rumah sakit dan ternyata kau sudah tidak ada di sana," kata Dixon. "Iya aku meminta untuk pulang hari ini juga. Aku tidak betah berlama-lama berada di rumah sakit," jelas Ainsley. "Itu berarti kau sudah sehat, kan?" "Ya, aku sudah sehat," balas Ainsley apa adanya. "Syukurlah ...." "Emm, Dixon," panggil Ainsley. "Ya?" "Apa ...." Ainsley tidak melanjutkan kalimatnya lagi. "Apa ... Apa?" tanya Dixon penasaran. "Tidak, aku hanya ingin bertanya apakah kau baik-baik saja?" Tanya Ainsley. "Aku? Memangnya aku kenapa?" tanya Dixon bingung. "Tidak. Maksudku, saat kecelakaan
last updateLast Updated : 2021-04-08
Read more

Benda Berharga

"Tidak usah terlalu kaku. Ainsley adalah teman kuliahku," kata Dixon, usai meeting. "Ya, baik," balas Luke. "Ainsley, dia adalah temanku sejak kecil. Tiga tahun lalu dia pergi ke luar negeri karena selain perintah orang tuanya dia juga mendapat beasiswa. Dia anak yang cerdas. Dia sama sepertimu yang memiliki keinginan untuk menyelesaikan kuliahnya dalam waktu singkat," jelas Dixon. "Kau tidak perlu meninggikan diriku, Dixon. Aku tidak sebanding dengan dirimu," sahut Luke. "Ya, Luke memang terlihat cerdas. Tidak seperti kau," cibir Ainsley. "Kau? Kau selalu saja ingin bertengkar denganku, huh?" kata Dixon. Ainsley memutar bola matanya malas. "Aku sama sekali tidak mengajakmu bertengkar, aku hanya mengatakan yang menurutku benar saja," balas Ainsley acuh. "Yang menurutmu benar belum tentu itu yang sebenarnya," balas Dixon. "Itu bukan urusanku," Kata Ainsley sambil mengedikkan bahu. "Aku akan memesan makanan," lanjut Ainsley. "Ha? Tumben sekali. Biasanya kau tidak pernah mau mak
last updateLast Updated : 2021-04-09
Read more

Bukan Keinginan Ainsley

"Ayo masuk," ajak Ainsley. "Ha?" Dixon tampak bingung. "Kenapa? Kau tidak mau masuk?" tanya Ainsley. "Ah tidak, bukan gitu. Kua ... sungguh-sungguh ingin mengajakku masuk?" tanya Dixon memastikan. "Bukan aku, tapi mommy. Mommy menyuruhku mengajakmu pulang. Masuklah," jelas Ainsley. Kemudian Ainsley lebih dulu masuk meninggalkan Dixon yang masih mencerna situasi. "Oh, pantas saja dia mau aku antar pulang. Ternyata bibi yang menyuruhnya," gumam Dixon pelan. "Mom," panggil Ainsley. "Sayang, kau sudah pulang? Apa kau bersama dengan Dixon?" tanya Brianna. "Ya, dia—" "Aku di sini, Bibi," sela Dixon. "Hai, Dixon. Syukurlah kau mau datang. Ayo sini duduklah," kata Brianna senang. "Apa kabar, Bibi? Kau sudah sehat?" tanya Dixon. "Aku baik-baik saja, Dixon. Terima kasih atas perhatianmu," balas Brianna. Ainsley memutar bola matanya malas. 'Aku diabaikan, huh!' batin Ainsley kesal. "Mom, aku mau ke kamar, mau mandi dulu," kata Ainsley menyela perbincangan Dixon dan ibunya. "Ya, Say
last updateLast Updated : 2021-04-09
Read more

Salam Untuk Luke

Dixon menatap Ainsley, menunggu apa yang akan dikatakan oleh Ainsley. "Aku ingin meminta tolong padamu," kata Ainsley. "Ya, apa yang bisa aku bantu?" tanya Dixon serius. Ainsley sangat ingin tertawa melihat raut serius Dixon, tapi ia berusaha menahan mati-matian. "Tolong sampaikan salamku untuk Luke," kata Ainsley. Semuanya langsung terbengong. "Ada apa, Dixon? Apa kau tidak mau menyampaikan salamku untuk Luke?" tanya Ainsley. Dixon terkekeh kecil. "Tentu saja, nanti aku sampaikan salam darimu pada Luke. Ada lagi?" tanya Dixon. Ainsley menggeleng. "Tidak. Tidak ada." "Kalau begitu aku permisi," kata Dixon. Ainsley mengangguk. "Paman, Bibi, aku pamit. Selamat malam," lanjut Dixon. "Iya, Nak, berhati-hatilah," balas Brianna. "Baik, Bibi." *** "Kau bilang kau sudah keluar, kenapa lama sekali, huh?" tanya Luke menggerutu. Pasalnya tadi Dixon mengirimkan pesan pada Luke agar cepat-cepat menjemputnya dan mengatakan bahwa dia sudah keluar. "Dasar pembohong!" cibir Luke. "Hahaha
last updateLast Updated : 2021-04-10
Read more

Jatuh Cinta?

"Emily, jangan menguji kesabaranku. Kau tahu tadi aku sedang membahas Luke, bukan? Aku sedang membahas Luke, Emily, tolong jangan melenceng," kata Ainsley sengaja mengulang kalimat tentang Luke agar sahabatnya itu paham. "Hahaha ... aku hanya memastikan saja, Ainsley sayang," balas Emily tertawa. "Sudah hentikan! Besok kau selesai jam berapa? Aku akan mengajakmu bertemu dengan Luke agar kau percaya pada apa yang aku katakan," kata Ainsley. "Besok aku hanya ada kelas pagi. Jam 10 aku sudah free," jawab Emily. "Kalau begitu ayo ikut denganku besok," kata Ainsley langsung mencetuskan ide tersebut. "Dengan senang hati," balas Emily tanpa ragu. "Baiklah. Aku tutup dulu teleponnya." "Oke, Ainsley. Sampai jumpa besok," kata Emily. Ainsley meletakkan ponselnya di atas nakas usah menelpon Emily. Lalu ia memeluk gulingnya. "Astaga, ada apa denganmu, Ainsley? Apa kau memikirkannya?" gumam Ainsley sendiri. "Mengapa ini bisa terjadi? Apakah benar-benar aku jatuh cinta padanya?" "Tidak t
last updateLast Updated : 2021-04-10
Read more

Emily Merajuk

Luke memincingkan mata menunggu jawaban Dixon. "Luke, aku mencintainya. Kau boleh percaya atau tidak. Ainsley boleh mengakui aku atau tidak. Tapi aku benar-benar mencintainya dengan tulus. Jika dia memang memilih orang lain untuk mendampinginya maka aku akan menjaganya dari jauh. Itulah yang aku maksud," jelas Dixon. "Aku tidak akan melepaskannya sepenuhnya," lanjut Dixon sangat serius. Luke terkekeh. "Kau serius? Jika aku yang jadi pria pilihan Ainsley maka aku akan memukulmu, Dixon. Aku mana mungkin membiarkan gadisku diperhatikan oleh pria lain," tutur Luke. "Memang itulah tujuannya, Luke. Supaya semua pria yang mendekatinya merasa kesal dan meninggalkannya. Hingga pada akhirnya hanya akulah yang akan ada untuknya," kata Dixon tersenyum miring. "Dasar licik!" seru Luke mencibir. "Sudahlah, lagipula tidak mungkin kau yang dia sukai. sudahlah, ayo kita pulang. Pertemuan hari ini cukup sampai di sini." "Baiklah, Boss." *** Beberapa hari kemudian .... Tok tok tok! Pi
last updateLast Updated : 2021-04-11
Read more

Tamu Tak Diundang

"Ainsley, ini sudah siang, kenapa kau masih belum turun juga?" seru Brianna dari bawah. "Iya, Mom, sebentar lagi. Ini Emily membuat pagiku berantakan," adu Ainsley. "Hei, kau sendiri yang bangun kesiangan!" seru Emily tak mau disalahkan. "Kau pikir apa? Kau bangun lebih siang dariku!" balas Ainsley tak terima. "Sudah jangan lanjutkan perdenatan kalian. Cepat turun!" seru Brianna lagi. "Yes, Mom." "Iya, Bibi." Langkah kaki Ainsley dan Emily terdengar tak beraturan. Ya, mereka berlarian menuruni anak tangga. "Kalian melakukan apa saja semalam?" tanya Brianna. "Biasa, Bibi. Ladies night. Kami mengobrol sampai kami ketiduran," jelas Emily mewakili. Ainsley mengangguk mengiyakan. "Dan sekarang kalian kesiangan, apa kalian menyukainya?" tanya Brianna. "Sudahlah, Brianna. Jangan memarahi mereka. Mereka masih belum terlambat," kata Freddy menengahi. "Kau selalu saja membela putrimu, Freddy." Freddy terkekeh. Kemudian ia mencubit hidung istrinya. "Jangan cemberut. Ayo tersenyum, s
last updateLast Updated : 2021-04-11
Read more

Drama Makan Siang

Jennifer melakukan aksi protes. Tidak terima karena dia merasa diperlakukan tidak adil. "Maaf, Nona, sebaiknya Anda berpikir dulu sebelum bertanya. Tentu saja nyonya memiliki hak istimewa," kata Sarah meremehkan. "Ck, seberapa istimewanya dia? Biar aku buktikan sendiri." Dengan tekadnya, Jennifer berjalan cepat menyusul perempuan yang membuatnya cemburu itu. "Hei, Nona Jennifer, kau mau ke mana?" seru Sarah meneriaki Jennifer. Namun yang dipanggil sama sekali tak menghiraukan. Sarah menepuk keningnya keras "Payah! Bodoh dipelihara. Tentu saja nyonya Ashton boleh masuk, karena dia istri Tuan Ashton. Dasar gadis bodoh," umpat Sarah sambil menggeleng-gelengkan kepala menganggap Jennifer sangat bodoh. "Sarah, dia menerobos masuk. Sebaiknya kau memberitahu Tuan, bukan?" kata salah seorang rekannya. Sarah memijat pangkal hidungnya. "Ya, akan aku hubungi Tuan sekarang," balas Sarah. Sarah mengangkat gagang telepon untuk kembali menghubungi Freddy. "Tuan, nona bernama Jennifer itu me
last updateLast Updated : 2021-04-12
Read more

Luke Menyukai Ainsley

"Terima kasih, Luke, hari ini aku cukup senang. Dan filmnya menghibur. Film komedi pilihan yang tepat untuk aku tonton saat ini, aku sangat berterima kasih padamu," kata Ainsley terus mengucapkan terima kasih sepanjang jalan. "Jangan berlebihan, Ainsley. Kita bisa pergi bersama lagi kapan pun kau mau," balas Luke. Ainsley terkekeh. "Ya, tentu. Kita harus pergi bersama lagi lain kali," balas Ainsley lagi. "Oh ya, kenapa kau tiba-tiba mengajakku jalan, Luke?" tanya Ainsley cukup penasaran. "Memangnya aku tidak boleh mengajakmu jalan? Apakah kau takut Dixon akan marah?" tanya Luke sengaja membuat jebakan dalam pertanyaannya, namun tak mempan untuk Ainsley. Ainsley mengedikkan bahu. "Tidak peduli apakah dia akan marah atau tidak. Itu tidak ada hubungannya denganku," balas Ainsley acuh. "Jangan terlalu membenci seseorang, Ainsley. Jika suatu hari kau mencintainya aku takut kau tidak akan menyadarinya," celetuk Luka. "Heuhh ...." Ainsley menghela napas berat. "Oh ya, Luke. Semalam Em
last updateLast Updated : 2021-04-12
Read more
PREV
123456
...
10
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status