Home / Romansa / Sweet Enemy / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Sweet Enemy: Chapter 11 - Chapter 20

96 Chapters

Kebencian Mendarah Daging

"Tahap produksi sudah sampai sekitar 40%. Kita berharap semuanya lancar. Target kita bulan depan sudah akan launching, mungkin pertengahan bulan. Karena sebelum memasarkannya kita harus melakukan uji coba terlebih dahulu, melakukan demo baru kita pasarkan ke masyarakat. Aku membayangkan orang-orang memakai produk kita dan mereka puas sampai akhirnya mereka ketagihan," jelas Ainsley. "Hm, daddy juga jadi tidak sabar menantikannya," kata Freddy. "Baiklah, sudah malam, kau istirahatlah. Jangan tidur terlalu larut malam, itu tidak akan bagus untuk kesehatanmu dan juga kesehatan kulitmu," lanjut Freddy. "Baiklah, Dad. Selamat malam." "Malam, Putriku." "Mom, selamat malam." "Malam, Sayang. Cepat tidur ya," ujar Brianna. "Baiklah, Mom," balas Ainsley seraya beranjak pergi ke kamarnya. "Aku masih tidak percaya anak kita sudah sebesar ini, Freddy. Dia juga telah tumbuh menjadi gadis yang hebat. Aku masih ingat ketika tengah malam ia terbangun karena minta popoknya diganti. Dan s
last updateLast Updated : 2021-03-25
Read more

Penggoda

Ainsley sudah mencoba memejamkan mata tetapi ia tidak bisa. Dia yang tadinya mulai mengantuk jadi tidak mengantuk lagi setelah menerima telepon dari Dixon. "Dasar tidak waras! Apa sebenarnya yang dia inginkan? Mengapa dia membuatku terus memikirkannya? Tidak benar, ini tidak benar," lirih Ainsley. "Ya Tuhan. Mengapa aku terus terpikirkan dia? Tidak tidak, pergilah dari kepalaku. Kau tahu, aku sangat membencimu. Aku sudah merasa kesal setiap kali aku bertemu denganmu dan sekarang kau mengikutiku sampai ke sini, terus membayang-bayangiku. Apa yang kau inginkan, huh? Pergilah! Pergi sana. Aku ingin istirahat." Susah payah Ainsley mengusir bayangan itu namun dia sama sekali tidak berhasil. Dixon akan mengubah perasaan Ainsley terhadapnya. Dixon akan berusaha untuk mendapatkan maaf dari Ainsley. Dixon mengatakan dia akan mengejar Ainsley. Semua kalimat itu menari-nari di kepala Ainsley. Mengapa tidak bisa pergi? Ainsley menoleh untuk melihat jam, ini sudah lebih dari tengah malam dan
last updateLast Updated : 2021-03-25
Read more

Kalah Pintar

Jennifer turun ke dapur sendiri. Ini kesempatan bagus baginya. Ia mengambil gelas lalu membuatkan minuman untuk dirinya sendiri, Mattew dan juga Freddy. Ketika ia memasukkan sesuatu ke dalam satu gelas, Dev datang ke dapur. "Hei, kau disini? Maaf tadi aku tiba-tiba ada—hei, apa yang kau masukkan ke dalam gelas itu, Jennifer?" tanya Dev seketika melebarkan mata. "Ssttt ... Jangan berisik! Lebih baik kau tutup mulutmu itu, atau kau," Jennifer maju dan menempelkan dadanya yang setengah terbuka pada Dev. "Kau akan tahu akibatnya." Kemudian Jennifer pergi dari dapur membawa nampan berisi tiga cangkir minuman. Dengan langkah lebar dan senyum yang licik, Jennifer kembali masuk ke dalam ruang rapat. "Silakan minumannya, Tuan Ashton," kata Jennifer. "Kuharap kau habiskan minuman itu," lanjut Jennifer berbisik dengan nada menggoda. Freddy berdecak pelan, menyembunyikan senyuman miring. "Terima kasih," balas Freddy seadanya. "Ini minumanmu, Tuan," kata Jennifer pada Mattew. "Terima kas
last updateLast Updated : 2021-03-25
Read more

Tidak Sengaja Membuat Masalah

"Dia benar-benar membuatku tidak sabar. Apa dia tidak punya ponsel untuk menelpon jika dia tidak bisa datang? Sungguh, aku tidak bisa memahami perempuan," gerutu Dixon sangat merasa kesal. Sudah lima jam lebih Dixon berada di sana, menunggu kedatangan Ainsley, bahkan ia sampai rela melewatkan makan siangnya hanya demi menunggu kedatangan Ainsley. Tapi ternyata Ainsley tidak datang. Ya, katakan saja Dixon ini bodoh. Kenapa juga dia tidak mengunjungi kantornya saja? Mereka adalah klien, bukan? Tak akan jadi masalah jika Dixon datang ke Emperor. Namun semuanya sudah terlambat. Dia sudah menghabiskan waktunya untuk menunggu. Kejam. Mungkin bisa dikatakan Ainsley seperti itu. Karena dia sama sekali tidak memberi kabar dan juga ponselnya tidak aktif. Ainsley sangat membuat Dixon tidak sabar. Dixon membawa tasnya pergi. Masuk ke dalam mobil, Dixon melajukan mobilnya dengan kencang. Ia masih marah, emosinya memuncak. "Kau mempermainkan aku? Maka tunggu saja pembalasanku, Ainsley." ***
last updateLast Updated : 2021-03-25
Read more

Kemarahan Dixon

"Apa yang kau pikirkan? Kau pikir ini lelucon? Jika kau ingin bermain-main tolong jangan bermain-main dengan urusan pekerjaan. Apa kau tidak mengerti itu? Apa ayahmu tidak mengajarimu bagaimana berharganya waktu—" Brak! Ainsley langsung berdiri dengan menggebrak meja pelan. "Cukup! Jangan pernah bawa-bawa ayahku dalam perdebatan kita!" kata Ainsley tajam, memotong kalimat Dixon. "Dengar, aku tidak sengaja melakukannya jadi tolong maafkan aku," lanjut Ainsley lagi. "Apa kau tidak ingat kau semalam menggangguku? Kau menelponku, kau mengatakan semua omong kosong itu dan karena itulah aku tidak bisa tidur. Aku terus memikirkan semua omong kosongmu itu. Itulah mengapa aku sangat mengantuk pagi tadi, karena semalam aku tidak bisa tidur. Aku mematikan ponselku agar kau tidak menelponku lagi tapi tetap saja aku tidak bisa tidur." Ainsley mulai menjelaskan. Terserah Dixon akan percaya atau tidak. "Aku tidur sejak pagi hingga hampir waktu makan siang. Aku lupa kalau ponselku masih mati, ak
last updateLast Updated : 2021-03-26
Read more

Keras Kepala VS Pemaksa

Ainsley menatap seorang yang menarik tangannya itu dengan tatapan benci. "Aku tidak akan pergi ke mana pun! Lepaskan tanganku sekarang juga!" sentak Ainsley. "Tidak! Kau harus ikut denganku!" kata seorang itu. Dia adalah Dixon. Ya, Siapa lagi yang bisa membuat Ainsley langsung marah jika bukan dia? Dixon tetap membawa Ainsley pergi tanpa peduli penolakan yang dilakukan gadis itu. "Emily, maaf, aku harus membawa Ainsley. Maaf jika aku merusak pertemanan kalian," kata Dixon. "Tidak, tidak. Kalian Pergilah. Kami masih bisa bertemu lain kali," kata Emily mendukung Dixon membawa pergi Ainsley. "Terima kasih atas pengertianmu," kata Dixon yang langsung membawa Ainsley pergi. "Emily!" sentak Ainsley. "Daaah, Ainsley sayang," kata Emily dengan senyum puas. Ainsley mengepalkan tangannya kuat menahan emosi. 'Emily, sahabat macam apa kau? Awas kau ya!' Ainsley menghentakkan kakinya dengan kuat, menunjukkan kekesalannya. "Dixon, mengapa kau menyeretku seperti kau menyeret seekor kambin
last updateLast Updated : 2021-03-27
Read more

Kecelakaan

Sebuah mobil menabrak pohon besar dengan keras. Sedangkan satu mobil yang lain menghindari tabrakan dengan membanting setir ke arah bahu jalan. Seketika itu juga banyak orang yang datang menghampiri dua mobil yang hampir bertabrakan itu. Tok tok tok. Seseorang mengetuk jendela mobil yang menabrak bahu jalam dibarengi beberapa orang lagi di belakangnya. Dixon tersadar, Ia sedikit mengalami syok namun beruntung Ia berhasil mengatasinya. Dixon menurunkan jendela mobilnya dan melihat ada banyak sekali orang di sekitarnya. "Tuan, Anda tidak apa-apa?" Tanya salah seorang. Dixon menggeleng. "Kami baik-baik saja, terima kasih," balas Dixon. "Syukurlah. Tapi, Tuan, Apakah kalian benar baik-baik saja? Maksudku, coba lihat keadaan nona itu," tanya seseorang itu lagi. Dixon langsung mengalihkan pandangannya ke arah Ainsley dan matanya seketika melebar sempurna. "A-Ainsley, apa kau baik-baik saja?" tanya Dixon pelan. Namun Ainsley tidak bereaksi apa pun. Ainsley menaruh kepalanya pada dash
last updateLast Updated : 2021-03-29
Read more

Ainsley Mengalami Syok

Freddy menangkap tubuh istrinya yang limbung. "Paman, apa yang terjadi? Bibi kenapa?" tanya Dixon ikut panik. "Dixon, kirimkan alamat rumah sakitnya, aku akan segera ke sana. Aku tutup dulu teleponnya," kata Freddy cepat. "Baiklah, Paman." Freddy lalu melempar ponselnya ke sembarang arah. Dia mengangkat Brianna ke sofa. "Brianna, sadarlah," Freddy mengguncang tubuh Brianna pelan namun Brianna tidak kunjung bangun. Freddy mencari minyak angin untuk dihirup oleh Brianna, berharap itu bisa membantu. Freddy melakukan itu cukup lama, dan beruntung Brianna terbangun. "Brianna, kau baik-baik saja?" Freddy membantu Brianna bangun. "Freddy, katakan padaku apa yang terjadi pada putri kita? Dia kenapa? Dia kecelakaan, apa dia baik-baik saja, Freddy? Ayo beritahu padaku, Freddy." "Brianna, tenanglah sedikit. Aku juga mengkhawatirkan keadaan putri kita, sama sepertimu. Tapi tenanglah. Aku juga belum tahu keadaannya, Dixon belum sempat mengatakan apa pun karena tadi kau tiba-tiba pingsan
last updateLast Updated : 2021-03-31
Read more

Siuman

"Paman, Bibi." Sudah beberapa hari Dixon tak datang menjenguk Ainsley, malam ini ia datang karena tak kunjung mendapatkan kabar baik mengenai kondisi gadis itu. "Dixon, kau datang?" "Ya, Bibi, Bagaimana keadaan Ainsley? Apakah ada kemajuan?" tanya Dixon to the point. Brianna menggeleng. "Dokter tidak mengatakan apa pun, Dixon. dokter mengatakan keadaannya masih sama, stabil tapi tidak tahu kapan dia akan bangun," jelas Brianna. "Paman, Bibi, kalian istirahatlah. Aku yakin kalian tidak istirahat seharian, kan? Biar aku gantikan sebentar, aku yang akan menjaga Ainsley malam ini," jelas Dixon. "Dixon, kau sangat baik. Aku sangat berterima kasih padamu. Tapi aku tidak akan bisa istirahat, aku akan menunggu putriku bangun," kata Brianna. "Bibi, tolong kau jangan memaksakan diri. Lihatlah, kau terlihat sangat kelelahan jadi istirahat lah sebentar. Jika Ainsley bangun aku akan membangunkanmu, Bibi," kata Dixon. "Paman, tolong bujuk bibi untuk pergi istirahat," lanjut Dixon. "Dixon be
last updateLast Updated : 2021-04-01
Read more

Menyangkal

"Kau dengar kan, Paman? Dia sudah berteriak-teriak. Putrimu sudah sangat sehat," kata Dixon lagi. "Baiklah, Dixon. Terima kasih. Aku dan Brianna akan segera ke sana." "Baiklah, Paman." "Aku tutup teleponnya," kata Freddy. "Ya, Paman." "Dasar tukang mengadu!" umpat Ainsley. "Siapa yang mengadu. Aku hanya mengatakan apa adanya," balas Dixon sambil mengedikkan bahu. "Tapi aku yakin kau sengaja melakukan itu untuk mengejekku!" seru Ainsley. "Ssttt ... Ini rumah sakit. Kenapa kau berteriak-teriak? Kau seperti orang tidak tau aturan," celetuk Dixon. Ainsley memutar bola matanya malas, lalu ia turun dari tempat tidurnya. "Kau mau ke mana?" tanya Dixon. "Apa aku harus memberitahumu setiap aktivitasku? Aku sedang apa, aku mau ke mana, begitu?" balas Ainsley tak suka. "Apa salahnya aku bertanya. Kau masih seorang pasien, jika kau kenapa-napa aku yang akan disalahkan." "Aku hanya inhin pergi ke toilet. Sudah dengar? Sekarang minggir!" Ainsley mendorong Dixon agak kasar, agar Dixon me
last updateLast Updated : 2021-04-02
Read more
PREV
123456
...
10
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status