Home / Romansa / Sweet Enemy / Tak Ada Yang Berpihak

Share

Tak Ada Yang Berpihak

Author: Elpit
last update Last Updated: 2021-03-25 01:14:35
Ainsley menatap ayahnya serius, menanti jawaban sang ayah dengan harap-harap cemas.

Freddy menggeleng pelan. "Yang dikatakan Dixon itu benar, Ainsley. Pria yang mengganggu wanita biasanya menganggap wanita itu spesial."

'Astaga! Apa tidak ada seorangpun yang berpihak padaku?' batin Ainsley.

"Kau pasti berbohong. Kau tahu daddy akan membelamu maka kau menggunakan alasan itu untuk mengelabuhi kita semua. Dasar tidak—" Ainsley tidak melanjutkan kalimatnya. Dia masih menyayangi nyawanya. Jika ia melanjutkan kalimatnya maka nyawanya dalam bahaya karena ibunya sudah memelototinya.

"Tidak apa, hm? Kenapa tidak dilanjutkan?" dengan sengaja Dixon menantang Ainsley.

"Dengar, aku membencimu, jadi jangan harap aku akan mempercayai kata-katamu!" tukas Ainsley. Amarahnya sudah hampir naik sampai ke ubun-ubun.

"Ainsley, ada apa denganmu? Kau sejak tadi terus marah-marah. Apa masalahmu?" tegur Freddy.

"Apa masalahku? Dad, ini masalah besar. Apa daddy tahu perasaanku selama ini? Saat dia memperm
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Sweet Enemy   Datang Kesialan Lagi

    Dixon memiringkan wajahnya dan entah mengapa Ainsley malah memejamkan matanya. Hal itu membuat Dixon merasa memiliki akses. Namun itu tidak pernah terjadi. Plak! Ainsley menampar pipi Dixon dengan sangat kuat. Ainsley merasa sangat puas karena akhirnya ia memiliki kesempatan untuk menampar Dixon. Ini kesempatan yang sangat langka. "Aw, apa yang kau lakukan, Ainsley? Ini sangat sakit," protes Dixon. "Apa yang aku lakukan? Tentu saja aku menamparmu. Bukankah kau tahu itu?" balas Ainsley. "Ya aku tahu, aku tidak bodoh. Maksudku kenapa kau tiba-tiba menamparku sangat keras? Apa kesalahanku?" "Apa kesalahanmu? Kau bertanya apa kesalahanmu? Coba jelaskan apa yang coba ingin kau lakukan padaku tadi? Kau mau melecehkanku? Jika aku tidak menamparmu tidak tahu apa yang akan kau lakukan padaku," cibir Ainsley sinis. "Apa? Aku hanya ingin membersihkan saus yang ada di ujung bibirmu, itu saja." Ainsley berdecak sinis. "Siapa yang akan mempercayai kata-katamu, hm?" balas Ainsley dengan beran

    Last Updated : 2021-03-25
  • Sweet Enemy   Formula Pencerah

    Drrtt ... Drrtt .... Ponsel Ainsley berdering saat Ainsley tengah mengeringkan rambutnya menggunakan hair dryer. Ainsley mematikan dulu hair dryer tersebut lalu mengangkat telepon masuk dari Emily. "Hallo, Emily sayang. Ada apa pagi-pagi menelponku?" "Ainsley, apa kau ada waktu hari ini? Ayo kita bertemu, aku merindukanmu. Biasanya kita selalu melakukan apa pun berdua, tapi sekarang aku hanya melakukan semuanya sendiri saja. Itu sangat membosankan, Ainsley," kata Emily merajuk. "Aku bilang juga apa, cepat selesaikan kuliahmu, lalu kau akan menjadi asistenku dan kita akan selalu melakukan semuanya bersama-sama lagi." "Otakku tidak seperti milikmu, aku juga tidak bisa sepertimu, tapi aku akan berusaha untuk menyelesaikan kuliahku secepat yang aku bisa lakukan. Aku sering merasa bosan karena harus kemana pun sendiri," kata Emily lagi. "Oh sayang, kasihan sekali sahabatku ini. Jika kau merasa bosan kau boleh datang ke kantorku, jika kau mau," balas Ainsley. "Iya jika kau berada di k

    Last Updated : 2021-03-25
  • Sweet Enemy   Kiriman Bunga

    Bagaimana jika Ainsley diculik? Bagaimana jika Ainsley dalam bahaya? Pikiran Freddy sudah liar kemana-mana ketika mendengar suara laki-laki dari ponsel sang putri. "Paman Freddy, ini aku, Dixon." "Astaga, Dixon. Aku pikir kau seorang yang menculik putriku," seloroh Freddy. "Maafkan aku telah mengagetkanmu, Paman," kata Dixon. "Tidak apa. Ainsley masih bersama denganmu? Mengapa kau yang mengangkat teleponnya?" tanya Freddy. "Tidak, Paman. Ainsley baru saja pergi," balas Dixon. "Baru saja pergi? Lalu mengapa ponselnya ada padamu, Dixon?" "Dia sangat terburu-buru pergi dari sini, Paman. Katanya mau bertemu dengan Emily. Dia sampai tidak sadar meninggalkan ponselnya. Aku berniat menghubungi Emily untuk menanyakan keberadaan mereka agar aku bisa mengembalikan ponselnya," jelas Dixon. "Oh begitu. Kau datang saja ke Cafe Meet Up. Setahuku mereka selalu bertemu di sana. Kau langsung ke sana saja. Jika tidak ada, kau boleh menghubungi Emily," jelas Freddy memberi tahu. "Oh, baiklah, Pa

    Last Updated : 2021-03-25
  • Sweet Enemy   Tidak Tahu Keromantisan

    Ainsley mengerutkan kening menatap buket bunga mawar merah yang ada di tangan pelayan itu. Gadis itu tak langsung menerimanya. Sebelumnya dia tidak pernah menerima kiriman bunga dari siapa pun. "Dari Tuan Hamilton. Jika Nona ingin menemuinya dia masih ada di sana," jawab pelayan itu. "Hamilton?" tanya Ainsley. "Maksudnya Dixon?" imbuh Emily. Kemudian Ainsley dan Emily sama-sama mencari keberadaan Dixon. Sedangkan Dixon malah dengan santainya melambaikan tangan. Ainsley mendengus kesal. "Tolong kembalikan bunga ini padanya. Aku tidak menerima bunga, aku tidak memakan bunga," kata Ainsley kesal. "Hei, Ainsley. Dia memberimu bunga bukan untuk dimakan. Tolong mengertilah sedikit, itu hal yang romantis," kata Emily. "Emily, please, jangan membuatku semakin kesal, oke? Aku tidak mau tahu, kembalikan itu padanya," kata Ainsley tegas. "Pergilah!" seru Ainsley pada pelayan itu. "Baiklah, Nona. Saya permisi." Pelayan itu pun undur diri. "Astaga, Ainsley sayang. Mengapa kau menolak bung

    Last Updated : 2021-03-25
  • Sweet Enemy   Kebencian Mendarah Daging

    "Tahap produksi sudah sampai sekitar 40%. Kita berharap semuanya lancar. Target kita bulan depan sudah akan launching, mungkin pertengahan bulan. Karena sebelum memasarkannya kita harus melakukan uji coba terlebih dahulu, melakukan demo baru kita pasarkan ke masyarakat. Aku membayangkan orang-orang memakai produk kita dan mereka puas sampai akhirnya mereka ketagihan," jelas Ainsley. "Hm, daddy juga jadi tidak sabar menantikannya," kata Freddy. "Baiklah, sudah malam, kau istirahatlah. Jangan tidur terlalu larut malam, itu tidak akan bagus untuk kesehatanmu dan juga kesehatan kulitmu," lanjut Freddy. "Baiklah, Dad. Selamat malam." "Malam, Putriku." "Mom, selamat malam." "Malam, Sayang. Cepat tidur ya," ujar Brianna. "Baiklah, Mom," balas Ainsley seraya beranjak pergi ke kamarnya. "Aku masih tidak percaya anak kita sudah sebesar ini, Freddy. Dia juga telah tumbuh menjadi gadis yang hebat. Aku masih ingat ketika tengah malam ia terbangun karena minta popoknya diganti. Dan s

    Last Updated : 2021-03-25
  • Sweet Enemy   Penggoda

    Ainsley sudah mencoba memejamkan mata tetapi ia tidak bisa. Dia yang tadinya mulai mengantuk jadi tidak mengantuk lagi setelah menerima telepon dari Dixon. "Dasar tidak waras! Apa sebenarnya yang dia inginkan? Mengapa dia membuatku terus memikirkannya? Tidak benar, ini tidak benar," lirih Ainsley. "Ya Tuhan. Mengapa aku terus terpikirkan dia? Tidak tidak, pergilah dari kepalaku. Kau tahu, aku sangat membencimu. Aku sudah merasa kesal setiap kali aku bertemu denganmu dan sekarang kau mengikutiku sampai ke sini, terus membayang-bayangiku. Apa yang kau inginkan, huh? Pergilah! Pergi sana. Aku ingin istirahat." Susah payah Ainsley mengusir bayangan itu namun dia sama sekali tidak berhasil. Dixon akan mengubah perasaan Ainsley terhadapnya. Dixon akan berusaha untuk mendapatkan maaf dari Ainsley. Dixon mengatakan dia akan mengejar Ainsley. Semua kalimat itu menari-nari di kepala Ainsley. Mengapa tidak bisa pergi? Ainsley menoleh untuk melihat jam, ini sudah lebih dari tengah malam dan

    Last Updated : 2021-03-25
  • Sweet Enemy   Kalah Pintar

    Jennifer turun ke dapur sendiri. Ini kesempatan bagus baginya. Ia mengambil gelas lalu membuatkan minuman untuk dirinya sendiri, Mattew dan juga Freddy. Ketika ia memasukkan sesuatu ke dalam satu gelas, Dev datang ke dapur. "Hei, kau disini? Maaf tadi aku tiba-tiba ada—hei, apa yang kau masukkan ke dalam gelas itu, Jennifer?" tanya Dev seketika melebarkan mata. "Ssttt ... Jangan berisik! Lebih baik kau tutup mulutmu itu, atau kau," Jennifer maju dan menempelkan dadanya yang setengah terbuka pada Dev. "Kau akan tahu akibatnya." Kemudian Jennifer pergi dari dapur membawa nampan berisi tiga cangkir minuman. Dengan langkah lebar dan senyum yang licik, Jennifer kembali masuk ke dalam ruang rapat. "Silakan minumannya, Tuan Ashton," kata Jennifer. "Kuharap kau habiskan minuman itu," lanjut Jennifer berbisik dengan nada menggoda. Freddy berdecak pelan, menyembunyikan senyuman miring. "Terima kasih," balas Freddy seadanya. "Ini minumanmu, Tuan," kata Jennifer pada Mattew. "Terima kas

    Last Updated : 2021-03-25
  • Sweet Enemy   Tidak Sengaja Membuat Masalah

    "Dia benar-benar membuatku tidak sabar. Apa dia tidak punya ponsel untuk menelpon jika dia tidak bisa datang? Sungguh, aku tidak bisa memahami perempuan," gerutu Dixon sangat merasa kesal. Sudah lima jam lebih Dixon berada di sana, menunggu kedatangan Ainsley, bahkan ia sampai rela melewatkan makan siangnya hanya demi menunggu kedatangan Ainsley. Tapi ternyata Ainsley tidak datang. Ya, katakan saja Dixon ini bodoh. Kenapa juga dia tidak mengunjungi kantornya saja? Mereka adalah klien, bukan? Tak akan jadi masalah jika Dixon datang ke Emperor. Namun semuanya sudah terlambat. Dia sudah menghabiskan waktunya untuk menunggu. Kejam. Mungkin bisa dikatakan Ainsley seperti itu. Karena dia sama sekali tidak memberi kabar dan juga ponselnya tidak aktif. Ainsley sangat membuat Dixon tidak sabar. Dixon membawa tasnya pergi. Masuk ke dalam mobil, Dixon melajukan mobilnya dengan kencang. Ia masih marah, emosinya memuncak. "Kau mempermainkan aku? Maka tunggu saja pembalasanku, Ainsley." ***

    Last Updated : 2021-03-25

Latest chapter

  • Sweet Enemy   Happy Ending

    Seorang gadis termenung sendiri di depan cermin. Wajah ayunya dihiasi air mata yang membasahi pipinya. Paras yang berseri itu tampak tersirat kesedihan, atau entah itu perasaan haru. Dia tengah mengingat masa-masa yang telah berlalu. Dia sama sekali tidak menyangka hari ini akan tiba, hari yang akan menjadi hari berbahagianya. Ia tidak percaya bahwa orang yang ia pikir sangat ia benci ternyata hari ini akan menikahinya. Hari ini ia akan melepas masa lajangnya dan setelah hari ini statusnya akan berubah. Gadis itu mengangkat tangannya dan menggerakkan jemarinya untuk menghapus air matanya yang jatuh semakin deras. Puk! Sepasang tangan menepuk bahu gadis itu pelan sambil menatap gambaran diri yang terpantul pada cermin. "Aku tidak percaya aku sudah dewasa, Mom, aku masih ingat saat aku menangis meminta dibelikan permen kapas tapi daddy melarang," ujar gadis itu yang tak lain adalah Ainsley. Seorang yang dipanggil mommy itu tersenyum hangat. "Putri mommy memang sudah dewasa, dan dia

  • Sweet Enemy   Project Kedua Launching

    Dua minggu telah berlalu dengan begitu cepatnya. Tanpa disadari waktu terus berputar. Tanpa disadari hari demi hari telah terlewati. Hari ini, hari yang ditunggu-tunggu. DE BRIGHTENING akhirnya akan launching produk barunya. Di ballroom sudah dipadati para tamu undangan yang begitu banyak. Kali ini dua perusahaan Emperor dan Dynamit menggelar acara dengan sangat meriah. Lebih meriah berkali-kali lipat dibandingkan saat launcing produk mereka pertama kalinya. Pelaksaan acara hari ini berbeda dengan saat itu. Selain acaranya yang lebih meriah, kali ini juga tersedia banyak hadiah berisi paket DE BRIGHTENING yang lengkap untuk para tamu yang beruntung dan tentunya para tamu yang ikut berpartisipasi memeriahkan acara. "Kita semua bisa lihat penampilan facial wash yang resmi keluar hari ini, sangat cantik, bukan?" seorang narator tengah memandu acara saat ini, yang akan menjelaskan tentang produk-produk yang baru saja mereka luncurkan. "Hanya ada satu varian facial wash?" tanya salah s

  • Sweet Enemy   Ujian

    Jalanan yang mulai lengang membuat Ainsley berani menaikkan kecepetan berkendaranya. Namun tiba-tiba ia terpaksa harus menghentikan laju mobilnya karena sebuah mobil berhenti di tengah jalan, menghalangi jalan yang akan Ainsley lewati. Ainsley membunyikan klakson berkali-kali namun beberapa orang di sana tak ada yang bereaksi.. "Sial! Apa mereka semua tuli? Apa yang mereka lakukan di sana? Jika mobil mereka mogok kenapa tidak memanggil montir saja? Haih ... aku tidak boleh tertahan di sini," gerutu Ainsley pelan. Ainsley memutuskan untuk turun dari mobilnya dan segera menghampiri mereka. "Maaf, apa yang terjadi pada mobil kalian? Kenapa berhenti sembarangan dan menghalangi jalan?" tanya Ainsley berusaha untuk sopan. Empat orang laki-laki itu berbalik badan dan menatap nyalang ke arah Ainsley bersamaan. "Maaf, jika mobil kalian mogok dan butuh montir aku bisa panggilkan montir untuk kalian, tapi bisakah kalian menepikan mobilnya dulu, aku harus pergi sekarang," lanjut Ainsley. "K

  • Sweet Enemy   Akhir Pelatihan

    "Secara keseluruhan kau sudah menguasai semuanya, Ainsley. Apalagi dalam menembak kau sangat jago. Sebentar lagi aku akan memberikan ujian padamu dan jika kau mampu bertahan maka kau bisa dinyatakan lulus," ujar Alex. "Sebenarnya lulus atau tidak itu hanya formalitas saja, yang terpenting kau sudah menguasai tekniknya. Kau hanya harus berani menerapkannya di medan pertarungan," sambung Brandon. "Aku sangat senang bisa berlatih disini, bisa dilatih oleh kalian. Tetima kasih atas segala hal yang sudah kalian ajarkan padaku. Aku akan siap menjalani ujiannya, kapan pun itu. Aku juga akan berusaha untuk tidak mengecewakan kalian. Kalian sudah bekerja keras jadi aku juga harus bekerja keras," ujar Ainsley serius. "Kau siap untuk ujian?" tanya Alex mengulang pertanyaan. "Aku siap!" balas Ainsley mantap. "Meskipun itu mendadak?" tanya Alex lagi. "Ya, itu tidak masalah." "Bagus. Aku suka semangatmu, Ainsley," puji Brandon. "Oh ya, hari ini kebetulan aku ada acara, jadi kau bisa pulang l

  • Sweet Enemy   Penguat Rasa

    Iklan untuk promosi sudah disebarluaskan di internet. Banyak sekali warganet yang berkomentar positif. Mereka sangat penasaran pada produk baru DE BRIGHTENING setelah keluarnya body wash dan body lotion yang sangat fantastis itu. "Aku senang mereka memberikan respon positif. Ini membuat kita bisa semakin semangat dan maju, benar?" kata Ainsley sebagai pembuka percakapan. Tadinya Ainsley ingin berkumpul dengan rekan-rekannya sebentar saja, tapi karena mendapati komentar-komentar warganet yang menunjukkan ketidak sabarannya terhadap produk baru mereka, Ainsley jadi lupa pada rasa lelahnya. "Benar, aku jadi semakin tidak sabar ingin segera meluncurkan produk kita secepatnya," sambung Emily bersemangat. "Sepertinya kita perlu mengadakan perayaan untuk pencapaian kita," imbuh Luke. "Tidak, janga dulu. Kita belum mencapai apa-apa. Kita bahkan belum meluncurkan produknya," lanjut Dixon. "Hanya makan-makan saja, Dixon. Lagipula mumpung Ainsley ada di sini, kan? Jarang-jarang Ainsley bisa

  • Sweet Enemy   Promosi Sudah Siap

    "Selamat pagi," sapa Ainsley datang ke meja makan. "Pagi, Sayang, bagaimana kabarmu hari ini?" balas Freddy bertanya. "Aku baik, Dad." "Kau sepertinya semakin kurus, Ainsley, ayo makanlah yang banyak," sambung Brianna. "Oh ya? Aku sama sekali tidak kurus, Mom, itu pasti hanya perasaanmu saja," jawab Ainsley. "Pokoknya kau harus makan yang banyak. Ini, mommy ambilkan. Kau butuh banyak nutrisi untuk latihan, jadi kau juga harus makan yang banyak, jangan pikirkan tentang diet," kata Brianna menasehati. "Iya, Mommy sayang. Memangnya siapa pula yang diet? Dan kapan aku pernah diet?" "Tapi kau selalu makan sedikit. Sekarang kau tidak boleh makan sedikit, apalagi hanya makan buah saja." "Kau sedang menasehati dirimu sendiri, Brianna?" sela Freddy menggoda. "Apa?" "Hahaha ... ya begitulah saat kau muda. Kau bisa lihat dirimu dalam diri putri kita," celetuk Freddy. "Tapi mommy benar, kau memang harus makan yang banyak, Ainsley," lanjut Freddy lagi. "Iya iya, Dad. Aku akan habiskan i

  • Sweet Enemy   Manis

    "Kenapa? Memangnya aku tidak boleh merindukan kekasihku sendiri?" kata Dixon menggoda. Ainsley tersipu malu. "Tentu saja boleh, aku pun merindukanmu," balas Ainsley. "Sial! Kenapa kalian bermesraan di depan kami?" Brandon menggerutu kesal. "Kau masih belum memiliki kekasih? Aku pikir kau mengejar Rose teman satu tim camp-mu," celetuk Dixon. "Jangan bahas itu lagi. Kau seperti tidak tahu bagaimana dan siapa Rose saja. Akan aku hadiahi villa mewah untuk siapa pun yang berhasil memiliki Rose," kata Brandon sedikit sinis. Pasalnya Rose orang yang sangat cuek dan sangat sulit didekati. Selama lima tahun berada di satu tim yang sama, belum pernah sskali pun Brandon mendapatkan perhatian dari Rose. Tidak Brandon, tidak siapa pun. Karena memang begitulah Rose. Dixon tertawa. "Bagaimana kalau aku yang berhasil mendapatkan Rose? Aku tidak ingin hanya mendapatkan villa, aku ingin dihadiahi pulau yang kau miliki itu," celetuk Dixon. "Kau mau itu? Ambil saja. Khusus untukmu aku akan berikan a

  • Sweet Enemy   Latihan Pertahanan

    "Aku ingin mengusulkan sesuatu untuk produk kita, boleh?" tanya Emily. "Hm, apa?" tanya Dixon tanpa mengalihkan perhatian dari laptopnya. "Bagaimana kalau kita sekaligus mengeluarkan shampoo?" kata Emily. Dixon seketika menghentikan aktivitasnya lalu mengalihkan perhatiannya pada Emily. Begitu pula dengan Luke yang juga mengalihkan perhatian dari pekerjaan yang tengah ia garap. "Shampoo?" "Iya. Produk yang keluar lebih dulu sudah ada body scrub, untuk melengkapi kebutuhan toiletries kita juga harus meluncurkan shampoo, bukan? Untuk kebutuhan wajah kita meluncurkan facial wash, jadi aku rasa tidak ada salahnya kita luncurkan shampoo juga," tutur Emily. "Bagaimana menurutmu, Dixon? Akan kita luncurkan bersamaan dengan ini atau mungkin kau punya rencana lain?" tanya Luke meminta pendapat Dixon, yang sejatinya adalah orang yang mengepalai proyek tersebut. "Hmm, kalau aku sih setuju-setuju saja. Menurutku bagus juga jika kita mengeluarkan produk shampoo juga. Karena aku sudah memilik

  • Sweet Enemy   Melepas Kerinduan

    Ainsley sudah selesai mandi sejak belasan menit yang lalu. Kini ia duduk di sofa ruang tamu untuk menunggu kedatangan Dixon sambil memainkan ponselnya. Ainsley menelpon seseorang yang akan ia ajak kerjasama dalam beberapa waktu ini. "Hallo, Jeremy, maafkan aku mengganggumu malam-malam begini. Aku tahu seharusnya tidak membicarakan soal pekerjaan di luar jam kerja," ujar Ainalsley sudah menyampaikan permintaan maafnya sebelumnya. "It's okay, Ainsley. Aku mengerti kesibukanmu. Tidak perlu sungkan," balas orang bernama Jeremy itu, yang adalah orang dari jasa periklanan. Mereka sudah cukup akrab setelah beberapa kali pertemuan dan juga sering mengobrol via telepon, tentu saja untuk membicarakan pekerjaan. "Jadi, apa yang kau perlukan, Ainsley?" tanya Jeremy. "Hmmm ... begini, Jeremy. Aku ingin kau buatkan iklan yang berisi beberapa clue untuk menarik perhatian calon pelanggan. Buat iklan itu agar ramah di internet dan juga aku ingin kau pasang iklan itu di gedung Emperor," pinta Ainsl

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status