Home / Romansa / Sweet Enemy / Lihat Saja Nanti

Share

Lihat Saja Nanti

Author: Elpit
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Ainsely menyusul Emily, penasaran kenapa Emily lama sekali, memangnya siapa yang datang?

"Emily, siapa yang datang?" tanya Ainsley.

"Dia …."

"Kau?" seru Ainsley menyadari siapa yang datang.

"Untuk apa kau datang kemari? Belum puas kau mengerjaiku?" tukas Ainsley.

"Aku hanya ingin mengantarkan laptopmu. Mungkin kau masih membutuhkannya," kata Dixon santai.

Ainsley merebut laptop itu dengan kasar. "Aku sudah menerima laptopku, jadi sekarang kau pergilah!"

"Ya, aku memang akan pergi." kata Dixon yang kemudian berbalik badan dan pergi.

"Emmm, Ainsley sepertinya aku juga harus pulang." kata Emily.

"Oke, kau hati-hati. Terima kasih sudah mengantarku pulang," balas Ainsley.

"Tak masalah. Sampai jumpa."

"Ya, sampai jumpa."

***

"Keterlaluan! Jika dia ingin menggangguku apa dia tidak bisa menggangguku saja, tidak perlu merusak tugasku juga! Dasar payah, merepotkan! Oh, atau jangan-jangan dia melakukn ini karena dia tidak ingin aku menyainginya, dan tidak ingin aku lebih unggul darinya? Dasar payah!" gerutu Ainsley.

Laptopnya basah dan tidak bisa menyala. Akhirnya Ainsley terpaksa mengerjakan ulang tugas yang sudah hampir selesai tadi menggunakan laptop lain.

"Dasar, merepotkan!" gumam Ainsley sendiri.

Tot tok tok.

Pintu kamarnya diketuk dari luar.

"Ainsley, cepat turun, jangan lewatkan makan malam," seru Brianna dari luar.

"Iya, Mom, aku akan segera turun," balas Ainsley sedikit berteriak agar ibunya bisa mendengarnya dari luar sana.

"Oke, kami menunggumu. Turunlah egera, Ainsley sayang."

"Yes, Mom."

Ainsley segera turun dari kasurnya kemudian pergi ke meja makan. Semua orang telah menunggu.

***

Ainsley turun dari kamarnya untuk menuju ke meja makan. Dan ternyata disana juga ada teman baik Freddy yaitu Felix, Helena dan juga Edison—anak mereka.

"Paman, Bibi, ternyata kalian disini? Selamat malam," sapa Ainsley pada Felix  dan Helena.

"Iya, bibi merindukan mommy mu jadi bibi kemari," balas Helena.

Ainsley mengangguk paham.

"Kak Ainsley, kau tidak menyapaku?" celetuk putra Helena dan Felix.

"Hai, Ed. Maafkan aku karena tidak menyapamu," balas Ainsley.

"Tak apa, aku memaafkanmu," balas Edison cepat.

"Oh ya, Kak. Setelah makan aku ingin berdiskusi denganmu? Masalah bisnis. Kau tahu? Aku sangat kesal pada daddy," lanjut Edison lagi.

"Hm, mengapa kau kesal pada paman Felix, Edison?" tanya Ainsley.

"Bagaimana tidak? Daddy saja tidak mau mengurus perusahaan kakek saat dia masih muda, tetapi sekarang dia memaksaku untuk masuk ke perusahaan. Merepotkan," gerutu Edison.

"Hahaha ... Tidak apa, Ed. Sekarang kau mungkin terpaksa melakukannya, tapi suatu hari kau akan menikmatinya. Sekarang ayo makan dulu. Setelah ini kita akan berdiskusi."

"Oke baiklah."

"Ainsley, makanlah yang banyak. Kau masih dalam masa pertumbuhan. Kau masih bisa bertambah cantik." celetuk Felix.

"Baik, Paman. Ainsley akan makan yang banyak," balas Ainsley kemudian semua orang tertawa.

"Bagus. Semuanya ayo makanlah yang banyak," lanjut Felix bersikap seolah dialah tuan rumahnya.

"Baik."

***

Tuk tuk tuk.

Suara dentuman alas sepatu yang mengenai lantai terdengar jelas pada pagi yang cukup sepi ini. Seorang gadis berjalan pada lorong, dia mengenakan masker, sweater, dan juga syal pagi ini. Itu karena dia tidak ingin seorang pun tertular.

Tiba-tiba seorang berjalan mensejajari langkah gadis itu dan tak lupa menyapa,

"Hai, Ainsley selamat pagi," sapanya manis.

Ainsley tak menyahuti. Tanpa melihatpun Ainsley tahu siapa dia.

"Ainsley, mengapa kau diam saja? Dan pagi ini kau nampak aneh. Mengenakan masker dan syal? Apa kau salah kostum mengira ini musim salju?" celetuk orang itu lagi.

"Hatci!" tiba-tiba Ainsley bersin.

"O-ow," reaksi orang itu saat Ainsley bersin adalah terkejut.

Sebenarnya Ainsley sudah jauh lebih baik, tapi untuk berjag-jaga jadi dia mengenakan perlindungan diri.

"Kau flu? Apa itu karen aku kemarin?" tanya orang itu lagi. Ya, siapa lagi yang senang mengganggu Ainsley selain Dixon?

"Jangan sok merasa bersalah dan pergilah sekarang juga. Aku malas melihatmu," tukas Ainsley.

"Oh, baiklah kali ini aku akan menurutimu. Aku akan selalu berada disampingmu dan membantumu,"  balas Dixon bertentangan dengan perintah Ainsley.

"Apa kau tidak mengerti bahasaku? Pergilah, Dixon. Kau sangat menggangguku!"

"Hei, aku minta maaf, oke?" kata Dixon.

Ainsley tiba-tiba menghentikan langkahnya, membuat Dixon hampir menbrak punggung Ainsley.

"Untuk apa kau minta maaf jika kau terus mengulangi kesalahan yang sama?" tanya Ainsley.

"Tidak, aku benar-benar minta maaf. Aku tidak akan mengulanginya lagi," kata Dixon. "Sampai kau sembuh." lanjutnya lagi.

"Jadi maksudmu jika aku sudah sembuh kau akan seenaknya mengerjaiku lagi?" sentak Ainsley.

"Yaaa ... Begitulah," balas Dixon enteng.

"Dasar tidak waras! Jangan ikuti aku lagi. Aku tidak ingin melihatmu lagi. Aku mrmbencimu, Dixon!" kata Ainsley kemudian pergi begitu saja. Ia sangat tidak sabar menghadapi Dixon.

Dixon tersenyum menatap kepergian Ainsley. Senyum miringnya menimbulkan kecurigaan sipapun yang melihatnya.

"Apa lagi yang kau rencanakan, hm?" tanya Emily yang tiba-tiba muncul dari belakang Dixon.

"Oh, hallo, Emily, bagaimana kabarmu hari ini?" tanya Dixon yang Emily yakini itu hanya basa-basi saja.

"Tidak perlu beromong kosong. Sekarang katakan saja apa maumu, Dixon. Sungguh aku tidak akan membiarkanmu berulah lagi. Ingat itu!" ancam Emily.

"Memangnya kau bisa apa untuk menghentikanku, hm? Menggodanya adalah hobiku. Kau tidak akan bisa menghentikanku."

"Dan dia adalah sahabatku. Aku tidak akan membiarkan siapun menyakitinya, apa kau tahu itu?"

Dixon terkekeh mengejek. "Kita lihat saja nanti, Emily," kata Dixon terdengar menantang. "Bye, Emily," lanjutnya kemudian pergi.

Emily menatap kepergian Dixon dengan sangat kesal.

"Ainsley sangat ingin lulus lebih cepat. Jika dia terus saja dan selalu merusak tugas Ainsley maka aku tidak akan membiarkannya. Awas saja kau, Dixon."

***

"Hei, Bro. Kau nampak sangat bergembira. Apa kau baru saja menang lotre?"  tanya Erlan, salah satu teman Dixon.

"Tidak. Tidak ada istilah menang lotre di dalam kamusku," balas Dixon.

"Lalu apa yang membuatmu sebahagia ini?" tanya Erlan lagi.

"Aku tidak akan memberitahumu, Erlan. Aku tidak akan membagi kebahagiaanku padamu," balas Dixon.

"Dasar kau pelit! Apa menurutmu jika kau membagi kebahagiaanmu makan kebahagiaanmu akan jadi berkurang, begitu?" tanya Erlan kesal.

"Tidak hanya itu saja. Kau mungkin bisa saja mengambil kebahagiaanku jika kau berniat jahat, kau bisa saja merebutnya dariku. Iya kan?"

"Astaga. Kau ini memang payah! Tidak tahu cara menghargai orang lain. Apa salahnya kau berbagi? Tapi jika kau tidak ingin melakukannya kau juga tidak perlu menuduh orang ssmbaranga."

Sebenarnya Erlan dan Dixon adalah teman yang cukup dekat. Tetapi memang begitulah Dixon. Kata-katanya selalu pedas.

"Ya sudah. Aku kan sudah mengatakan bahwa aku tidak ingin berbagi. Kau yang memaksa dan sekarang kau yang mengomel. Siapa yang payah?"

"Sudahlah. Aku malas berdebat denganmu," serah Erlan.

"Mr, Larkson memanggilmu tadi. Ssbaiknya kau segera datang ke ruangannya," lanjut Erlan.

"Hm? Ya baiklah. Aku akan datang kesana jika aku sudah ingin melakukannya," balas Dixon enteng.

"Astaga! Mengapa ada orang sepertimu? Aku sangat ingin mebunuhmu sekarang."

"Tidak akan bisa. Karena sebelum kau membunuhku mungkin aku yang akan lebih dulu membunuhmu." balas Dixon tetap santai.

Erlan memutar bola matanya jengah. "Terserah!"

***

"Semuanya sangat bagus, Ainsley. Kau sudah bekerja keras dan hasilnya sangat memuaskan. Aku senang."

"Terima kasih, Mister."

"Baiklah aku sudah memutuskan. Kau akan segera lulus."

"Baik, sekali lagi terima kasih banyak, Mister. Aku sangat senang jika anda puas," balas Ainsley.

"Ya, sekarang kau boleh keluar."

"Baik, permisi, Mister."

Ainsley pun keluar dari ruangan tersebut. Dengan senyum terkembang yang terus keluar, Ainsley melangkah dengan semangat.

"Akhirnya ... Sebentar lagi ...."

"Aku akan segera pergi dari kampus ini dan aku tidak akan bertemu denganmu lagi, Dixon," gumam Ainsley pelan.

"Siapa bilang kita tidak akan bertemu lagi?" tiba-tiba Dixon muncul entah dari mana.

"Apa maksudmu?" tanya Ainsley.

"Haha … kita lihat saja nanti, Ainsley."

***

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Fitri Amalia
Baiklah aku pikir Dixon ada kelainan jiwa sedikit hahahah. Kalau begitu jangan sembuh dalam waktu cepat Ainsley. Turuti saran pembaca mu ini atau kau akan kembali diganggu oleh Dixon
goodnovel comment avatar
Fitri Amalia
Iya lahhh Ainsley itu flu gara² lu bambang. Makanya kalau ada rasa itu disayang jangan dijailin Mulu. Lagian kalau juga emang sayang nyatain langsung jangan ditunda-tunda ntar diambil orng hmmmmmmmm rasakan akibatnya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Sweet Enemy   Dia Lagi

    Semua usaha dan kerja keras Ainsley akhirnya membuahkan hasil seperti yang diinginkan. Dia tidak harus membuang-buang waktu lama untuk menyelesaikan pendidikannya jika dia mampu menyelesaikannya dalam waktu singkat.Ainsley sangat mirip dengan ibunya yang pekerja keras dan selalu memiliki target untuk dirinya sendiri. Brianna juga menyelesaikan pendidikannya dengan cepat di masa pendidikannya. Karena saat itu Brianna ingin cepat-cepat mengabdikan dirinya pada keluarga Ashton.Keluarga Ashton adalah keluarga yang memungut Brianna, mendidiknya, menyekolahkan dan memberinya kasih sayang penuh. Terang saja jika Brianna ingin mengabdikam dirinya pada keluarga Ashton. Dan tidak ada yang menyangka akhirnya Brianna akan menikah dengan keturunan k

  • Sweet Enemy   Harus Apa?

    "Jadi kau tahu kan untuk apa para wanita melakukan diet?""Hm, ya, untuk menarik perhatian pria," celetuk Dixon asal."Oh, maaf. Tapi aku tidak melakukannya untuk itu!" tukas Ainsley."Oh ya? Tapi aku tertarik padamu.""Apa?""Kau tidak dengar aku bicara apa tadi? Hm, aku rasa pendengaranmu bermasalah. Sebaiknya kau pergi ke dokter THT setelah ini. Kau perlu aku antar?""Jangan ket

  • Sweet Enemy   Suka

    Sebuah mobil mewah terparkir di halaman restoran. Penumpangnya semua turun. Freddy, Brianna dan Ainsley memasuki restoran dan langsung menuju pada ruang VIP yang sudah dipesan sebagai tempat pertemuannya dengan keluarga Hamilton."Dad, bisakah aku pulang sekarang? Aku sungguh tidak ingin bertemu dengannya. Aku tidak ingin," rengek Ainsley yang sejak awal tidak setuju dan tidak ingin datang."Kau sudah sampai disini dan kau akan pulang? Lagipula apa kau tidak menyayangkan dandananmu yang secantik ini? Sangat jarang kau berdandan cantik seperti ini. Ayolah masuk," bujuk Freddy."Tidak, Dad. Aku tidak akan masuk atau aku mungkin akan mengacaukan makan

  • Sweet Enemy   Tak Ada Yang Berpihak

    "Kau dapat teori itu dari mana?" cibir Ainsley dengan nada cuek."Itu bukan hanya teori saja, tapi bisa dibuktikan. Jika kau tidak mempercayai apa yang aku katakan maka kau boleh tanyakan itu pada ayahmu, atau pada ayahku, hm?" balas Dixon seolah menantang.Ainsley menatap ayahnya dengan lekat."Dad, katakan itu tidak benar," kata Ainsley dengan penuh harap. Menampakkan wajah harap-harap cemas.Freddy menggeleng pelan. "Yang dikatakan Dixon itu benar, Ainsley. Pria yang mengganggu wanita biasanya menganggap wanita itu spesial."

  • Sweet Enemy   Datang Kesialan Lagi

    Dixon mengambil tissue untuk membersihkan saus dari ujung bibir Ainsley. Namun tak hanya itu, Dixon terus maju, semakin dekat dan semakin dekat lagi hingga wajah mereka hampir menempel. Dixon memiringkan wajahnya dan entah mengapa Ainsley malah memejamkan matanya. Hal itu membuat Dixon merasa memiliki akses. Namun itu tidak pernah terjadi karena,Plak!Ainsley menampar pipi Dixon dengan sangat kuat. Ainsley merasa sangat puas karena akhirnya ia memiliki kesempatan untuk menampar Dixon. Ini kesempatan yang sangat langka."Aw, apa yang kau lakukan, Ainsley? Ini sangat sakit," protes Dixon.

  • Sweet Enemy   Formula Pencerah

    Drrtt ... Drrtt ....Ponsel Ainsley berdering saat Ainsley tengah mengeringkan rambutnya menggunakan hair dryer. Ainsley mematikan dulu hair dryer tersebut lalu mengangkat telepon masuk dari Emily."Hallo, Emily sayang. Ada apa pagi-pagi menelponku?""Ainsley, apa kau ada waktu hari ini? Ayo kita bertemu, aku merindukanmu. Biasanya kita selalu melakukan apapun berdua, tapi sekarang aku hanya melakukan semuanya sendiri saja. Itu sangat membosankan, Ainsley," kata Emily merajuk."Aku bilang juga apa, cepat selesaikan kuliahmu, lalu kau akan menjadi asistenku dan

  • Sweet Enemy   Kiriman Bunga

    Freddy mendengarkan nada sambung sambil menunggu telepon terhubung. Namun betapa terkejutnya Freddy ketika dia mendengar suara lelaki sebagai penerima telepon."Hallo," suara laki-laki di seberang sana."Siapa kau?" tanya Freddy dengan perasaan terkejut, takut dan cemas bercampur menjadi satu.Bagaimana jika Ainsley diculik? Bagaimana jika Ainsley dalam bahaya? Pikiran Freddy sudah liar kemana-mana."Paman Freddy, ini aku, Dixon.""Astaga, Dixon. Aku pikir kau adalah seo

  • Sweet Enemy   Tidak Tahu Keromantisan

    "Permisi, ada kiriman bunga untukmu, Nona Ainsley." seorang pelayan datang untuk menyerahkan kiriman bunga mawar merah untuk Ainsley."Bunga? Siapa yang mengirimnya?" tanya Ainsley mengerutkan kening. Sebelumnya dia tidak pernah menerima kiriman bunga dari siapapun."Dari tuan Hamilton. Jika Nona ingin menemuinya dia masih ada disana," jawab pelayan itu."Hamilton?" tanya Ainsley."Maksudnya Dixon?" imbuh Emily.Kemudian Ainsley dan Emily sama-sama mencari keberada

Latest chapter

  • Sweet Enemy   Happy Ending

    Seorang gadis termenung sendiri di depan cermin. Wajah ayunya dihiasi air mata yang membasahi pipinya. Paras yang berseri itu nampak tersirat kesedihan, atau entah itu perasaan haru.Dia tengah mengingat masa-masa yang telah berlalu. Dia sama sekali tidak menyangka hari ini akan tiba, hari yang akan menjadi hari berbahagianya. Ia tidak percaya bahwa orang yang ia pikir sangat ia benci ternyata hari ini akan menikahinya. Hari ini ia akan melepas masa lajangnya dan setelah hari ini statusnya akan berubah.Gadis itu mengangkat tangannya dan menggerakkan jemarinya untuk menghapus air matanya yang jatuh semakin liar.Puk!Sepasang tangan menepuk bahu gadis itu pelan sambil menatapgambaran diri yang terpantul dari cermin."Aku tidak percaya aku sudah dewasa, Mom, aku masih ingat saat aku menangis meminta dibelikan permen kapas tapi daddy melarang," ujar gadis itu yang tak lain adalah Ainsley.Seorang yang dipanggil mommy itu tersenyum hangat. "Putri mom

  • Sweet Enemy   Project Kedua Launching

    Dua minggu telah berlalu dengan begitu cepatnya. Tanpa disadari waktu terus berputar. Tanpa disadari hari demi hari telah terlewati.Hari ini, hari yang ditunggu-tunggu. RSE BRIGHTENING akhirnya akan launching produk barunya pada hari ini.Di ballroom sudah dipadati para tamu undangan yang begitu banyak. Kali ini dua perusahaan Emperor dan Rising Star menggelar acara dengan sangat meriah. Lebih meriah berkali-kali lipat dibandingkan saat launcing produk mereka saat pertama kalinya.Pelaksaan acara hari ini berbeda dengan waktu itu. Selain acaranya yang lebih meriah, kali ini juga tersedia banyak hadiah berisi paket RSE BRIGHTENING yang lengkap untuk para tamu yang beruntung dan tentunya para tamu yang ikut berpartisipasi memeriahkan acara."Kita semua bisa lihat penampilan facial wash yang resmi keluar hari ini, sangat cantik bukan?" seorang narator tengah memandu acara saat ini, yang akan menjelaskan tentang produk-produk yang baru saja mereka luncurkan.

  • Sweet Enemy   Ujian

    Jalanan yang mulai lengang membuat Ainsley berani untuk menaikkan kecepetan berkendaranya. Namun tiba-tiba ia terpaksa harus menghentikan laju mobilnya karena sebuah mobil di berhenti di tengah jalan, menghalangi jalan yang akan Ainsley lewati.Ainsley membunyikan klakson berkali-kali namun beberapa orang disana tak bergeming sedikitpun."Sial! Apa mereka semua tuli? Apa yang mereka lakukan disana? Jika mobil mereka mogok kenapa tidak memanggil montir saja? Haih ... qku tidak boleh tertahan disini," gerutu Ainsley pelan.Ainsley memutuskan untuk turun dari mobilnya dan segera menghampiri mereka."Maaf, apa yang terjadi pada mobil kalian? Kenapa berhenti sembarangan dan menghalangi jalan?" tanya Ainsley berusaha untuk sopan.Empat orang laki-laki itu berbalik badan dan menatap nyalang ke arah Ainsley bersamaan."Maaf, jika mobil kalian mogok dan butuh montir maka aku bisa panggilkan montir untuk kalian, tapi bisakah kalian menepikan mobilnya dulu,

  • Sweet Enemy   Akhir Pelatihan

    "Secara keseluruhan kau sudah menguasai semuanya, Ainsley. Apalagi dalam menembak kau sangat jago. Sebentar lagi aku akan memberikan ujian padamu dan jika kau mamou bertahan maka kau bisa dinyatakan lulus," ujar Alex."Sebenarnya lulus atau tidak itu hanya formalitas saja, yang terpenting kau sudah menguasai tekniknya. Kau hanya harus berani memetapkannya di medan pertaruntan saja," sambung Brandon."Aku sangat senang bisa berlatih disini, bisa dilatih oleh kalian. Tetima kasih atas segala hal yang sudah kalian ajarkan padaku. Aku akan siap menjalani ujiannya, kapanpun itu. Aku juga akan berusaha untuk tidak mengecewakan kalian. Kalian sufah bekerja keras jadi aku juga harus bekerja keras," ujar Ainsley serius."Kau siap untuk ujian?" tanya Alex mengulang pertanyaan."Aku siap!" balas Ainsley mantap."Meskipun itu mendadak?" tanya Alex lagi."Ya, itu tidak masalah.""Bagus. Aku suka semangatmu, Ainsley," puji Brandon."Oh ya, hari ini

  • Sweet Enemy   Penguat Rasa

    Iklan untuk promosi sudah disebarluaskan di internet. Banyak sekali warganet yang berkomentar positif. Mereka sangat penasaran pada produk baru RSE BRIGHTENING setelah keluarnya shower scrub dan body lotion yang sangat fantastis itu."Aku senang mereka memberikan respon positif. Ini membuat kita bisa semakin semangat dan maju, benar?" kata Ainsley sebagai pembuka percakapan. Tadinya Ainsley ingin berkumpul dengan rekan-rekannya sebentar saja, tapi karena mendapati komentar-komentar warganet yang menunjukkan ketidak sabarannya terhadap produk baru mereka, Ainsley jadi lupa pada rasa lelahnya."Benar, aku jadi semakin tidak sabar ingin segera meluncurkan produk kita secepatnya," sambung Emily bersemangat."Sepertinya kita perlu mengadakan perayaan untuk pencapaian kita," imbuh Luke."Tidak, janga dulu. Kita belum mencapai apa-apa. Kita bahkan belum meluncurkan produknya kan?" lanjut Dixon."Hanya makan-makan saja, Dixon. Lagipula mumpung Ainsley ada disin

  • Sweet Enemy   Promosi Sudah Siap

    "Selamat pagi," sapa Ainsley datang ke meja makan."Pagi, Sayang, bagaimana kabarmu hari ini?" balas Freddy bertanya."Aku baik, Dad.""Kau sepertinya semakin kurus, Ainsley, ayo makanlah yang banyak," sambung Brianna."Oh ya? Aku sama sekali tidak kurus, Mom, itu pasti hanya perasaanmu saja," jawab Ainsley."Pokoknya kau harus makan yang banyak. Ini, mommy ambilkan. Kau kan butuh banyak nutrisi untuk latihan, jadi kau juga harus makan yang banyak, jangan pikirkan tentang diet," kata Brianna menasehati."Iya, Mommy sayang. Memangnya siapa pula yang diet? Dan kapan aku pernah diet?""Tapi kau selalu makan sedikit. Sekarang kau tidak boleh makan sedikit, apalagi hanya makan buah saja.""Kau sedang menasehati dirimu sendiri, Brianna?" sela Freddy menggoda."Apa?""Hahaha ... ya begitulah saat kau muda. Kau bisa lihat dirimu dalam diri putri kita," celetuk Freddy."Tapi, Ainsley, mommy benar, kau memang harus makan yang b

  • Sweet Enemy   Manis

    "Ada apa? Memangnya aku tidak boleh merindukan kekasihku sendiri?" kata Dixon menggoda.Ainsley tersipu malu. "Apa? Tentu saja boleh, akupun merindukanmu," balas Ainsley."Sial! Kenapa kalian bermesraan di depan kami?" Brandon menggerutu kecut."Kau masih belum memiliki kekasih? Aku pikir kau mengejar Rose teman satu tim camp-mu," celetuk Dixon."Jangan bahas itu lagi. Kau seperti tidak tahu bagaimana dan siapa Rose saja. Akan aku hadiahi villa mewah untuk siapapun yang berhasil memiliki Rose," kata Brandon sedikit sinis. Pasalnya Rose orangnya sangat cuek dan sangat sulit di dekati. Selama lima tahun berada di satu tim yang sama, belum pernah sskalipun Brandon mendapati perhatian dari Rose sedikitpun. Tidak Brandon, tidak siapapun. Karena memang begitulah Rose.Dixon tertawa. "Bagaimana kalau aku yang berhasil mendapatkan Rose? Aku tidak ingin hanya mendapatkan villa, aku ingin dihadiahi pulau yang kau miliki itu," celetuk Dixon."Kau mau itu? Am

  • Sweet Enemy   Latihan Pertahanan

    "Aku ingin mengusulkan sesuatu untuk produk kita, boleh?" tanyq Emily."Hm, apa?" tanya Dixon tanpa mengalihkan perhatiannya dari laptopnya."Bagaimana kalau kita sekaligus mengeluarkan shampoo?" kata Emily.Dixon seketika menghentikan aktivitasnya lalu mengalihkan perhatiannya pada Emily. Begitu pula dengan Luke yang juga mengalihkan perhatiannya dari pekerjaan yang tengah ia garap."Shampoo?""Iya. Produk yang sudah keluar lebih dulu kan sudah ada body scrub, untuk melengkapi kebutuhan toiletris kita juga harus meluncurkan shampoo, bukan? Untuk kebutuhan wajah kita meluncurkan facial wash, jadi aku rasa tidak ada salahnya kita luncurkan shampoo juga," tutur Emily."Bagaimana menurutmu, Dixon? Akan kita luncurkan bersamaan dengan ini atau mungkin kau punya rencana lain?" tanya Luke meminta pendapat Dixon, yang sejatinya adalah orang yang mengepalai proyek tersebut."Hmm, kalau aku sih setuju-setuju saja. Menurutku bagus juga jika kita menge

  • Sweet Enemy   Melepas Kerinduan

    Ainsley audah selesai mandi sejak belasan menit yang lalu. Kini ia duduk di sofa ruang tamu untuk menunggu kedatangan Dixon sambil memainkan ponselnya. Oh, tidak memainkan begitu saja, maksudnya adalah memamfaatkan waktu.Ainsley menelpon seseorang yang akan ia ajak kerjasama dalam beberapa waktu ini."Hallo, Jeremy, maafkan aku mengganggumu malam-malam begini. Aku tahu seharusnya aku tidak membicarakan soal pekerjaan di luar jam kerja," ujar Ainalsley sudah menyampaikan permintaan maafnya sebelumnya."It's okay, Ainsley. Aku mengerti kesibukanmu. Tidak perlu sungkan," balas orang bernama Jeremy itu, yang adalah orang dari jasa periklanan. Mereka sudah cukup akrab setelah beberapa kali pertemuan dan juga sering mengobrol via telepon, tentu saja untuk membicarakan pekerjaan."Jadi, apa yang kau perlukan, Nona Ainsley?" tanya Jeremy. Jeremy tidak benar-benar memanggil Ainsley dengan sebutan nona."Hmmm ... begini, Jeremy. Aku ingin kau buatkan iklan yang

DMCA.com Protection Status