Lemas. Benar-benar lemas. Sepanjang jalan setelah selesai makan bersama Hadi, aku terus berpikir. Antara menerimanya atau tidak. Jika aku menerimanya, mungkin aku akan memiliki pasangan yang bisa menemaniku. Lagipula, Hadi lelaki yang dewasa, ganteng, juga mapan. Bukankah itu yang selama ini aku inginkan?Namun, kriteria itu pada akhirnya tergerus saat prinsip Hadi dan prinsipku bersebrangan. Ya, saat sampai di depan rumah kontrakkan, hati ini benar-benar tidak bisa bohong. Aku akan menolaknya. Tentu saja dengan segala pertimbangan.Aku mengambil ponsel di dalam tas, lantas aku mencari nomor Gala. Aku meneleponnya.“Wih, baru ketemu Hadi ya?” Gala berkata lebih ceria.“Iya,” jawabku pelan.“Gimana-gimana? Cocok dong, pasti? Orangnya nggak ngecewain. Kalau dibawa ke mana-mana, dijamin nggak bikin malu. Sesuai dengan selera kamu kan?”“Jelas,” jawabku singkat. “Semua kriteria yang berhubung
Baca selengkapnya