Semua Bab KUKU BU SAPTO: Bab 221 - Bab 230

300 Bab

RANJANG YANG BERDERIT

"Ini bekas kamar Mbok Yumna?" bisik Hamaz. Seraya pandangannya terus berpendar. Ada juga nama Mariyati dan Mariana di dinding itu. Perlahan Hamaz membuka pintu lemari. Terdengar derit yang tak lirih. Membuat lelaki itu, bergerak pelan-pelan. Dia tak ingin ada yang mendengar. Walaupun rumah ini tampaknya sepi tak berpenghuni. Hamaz tahu ada makhluk yang mengendalikan rumah ini. Sosok jahat yang menjadi sumber kesalahan. Yang mengikat keluarga Mariman."Apa ini?"Hamaz mengeluarkan sesuatu yang ada di dalam lemari. Seperti sebuah bungkusan kecil yang dibungkus tas kantong plastik hitam. Buru-buru Hamaz membukanya. Sebuah kalung emas bertuliskan Mariyati. Lalu ada kertas yang diberi tulisan.*Mungkin suatu saat Mbak Yumna datang ke kamar ini lagi. Ini ada kenang-kenangan dari aku. Yang dulu ingin aku sampaikan, tapi belum sempat.Selama hidupku. Aku berharap Mbak Yumna masih hidup dan kita bisa bertemu. Ternyata aku salah. Sampai detik aku me
Baca selengkapnya

LUKISAN SEORANG WANITA

Hamaz melepaskan Dekapan pada tubuh Raisa. Dan menarik lengan gadis itu, agar bersembunyi di belakang dirinya."Siapa dia, Raisa? Apa Bu Aminah?""Sepertinya bukan Mas. Aku juga enggak tau.""Apa kamu yang menyalakan semua lampu?"Raisa mengangguk."Memangnya kenapa Mas?""Kalau bukan nyala itu, mungkin aku gamang kalau Mbak Raisa ada di dalam rumah ini."Saat mereka saling berbisik. Ranjang yang ada di hadapan mereka berderit pelan. Membuat Raisa terbelalak. Begitu juga dengan Hamaz. Dia pun mulai merasa aura yang kini berbeda. Tak seperti pertama tadi dia berada di dalam kamar ini."Suasananya sudah mulai aneh, Mbak. Jangan lupa berdoa!""I-iya, Mas. Ta-tapi aku lagi dapet. Gimana Mas?""Terus baca sholawat jangan henti. Serta berdizikir."Raisa pun mengikuti apa yang dikatakan Hamaz. walau sebenarnya pikiran Raisa sudah mulai kalut. Serasa penuh. Hingga dia selalu terbalik-balik saat hendak membaca doa a
Baca selengkapnya

KEDATANGAN MBOK YUMNA

Dari wajah yang tergambar. Terlihat sosok wanita ini, berkepribadian sangat dingin dan kaku. Senyumnya menyeringai tipis. Dengan kedua bola mata lebar yang seakan melihat ke arah mereka."Kita geser jangan di sini, Mas!""Kenapa?"Wajah di lukisan itu. Matanya seperti melihat kita. Aku takut!""Ayo kita bersembunyi!" ajak Hamaz."Lalu, gimana Mas Delon dan Mbok Yumna?""Kita bersembunyi hanya karena menunggu mereka. Aku juga akan bilang biar Mas Delon bawa bawa sedikit bensin sama korek api.""Untuk apa Mas?""Membakar semua perabotan yang ada di dalam kamar itu!"Raisa pun terdiam. Dia merasa bulu kuduknya semakin berdiri dan merinding. Raisa merasa banyak mata yang tengah memandang dirinya saat ini."Mas apa senggak sebaiknya kita sembunyi dulu? Cari tempat sambil menunggu Mas Delon.""Sebenarnya tempat teraman di luar, Mbak Raisa. Tapi, kita harus kembali ke kamar Mbok Yumna lagi.""Kamar yang tad
Baca selengkapnya

INFO GA

"Lah, kok ke rumah ini lagi?""Hanya mengantar Ibu ini. Dulunya tinggal di sini, Pak. Prihatin aja kok banyak kejadian yang mengerikan berhubungan dengan rumah ini.""Ohhhh! Harusnya kalian laporan ke saya Mas. Jadi kalau ada apa-apa kita juga bisa bantuin.""Terima kasih banyak, Pak RT. Mungkin kalau sampai larut malam kita belum keluar. Minta tolong untuk dicari Pak."Lelaki itu langsung bergidik, ngeri."Bu-bukannya enggak mau Mas. Tapi kalau malam, kita juga takut. Rumah ini terlalu seram kalau malam. Wong siang aja ngeri. Ya udah kalau gitu. Saya bantu doa aja, Mas."Langkahnya tergopoh meninggalkan rumah Bu Sapto. Delon tersenyum sembari geleng-geleng. Lalu, membantu Mbok Yumna untuk menapaki dua anak tangga. Dan menggandeng lengannya menuju pintu utama.Saat Delon hendak mengetuk pintu. Dengan sendirinya pintu terbuka lebar diiringi suaranya yang berderit. Menimbulkan kengerian tersendiri.Raisa langsung berteriak senang
Baca selengkapnya

BAGAIMANA KEADAAN MBOK YUMNA

Kembali terdengar sesuatu dari kaca yang pecah di lantai. Membuat ketiganya tersentak. Tapi tidak untuk Mbok Yumna. Yang sepertinya sudah mengerti akan rumah ini. "Bawa aku ke kamar Ibu!" "Kamar Ibu?" ulang Raisa dan Delon bersamaan. "Mungkin maksud Mbok Yumna itu kamar Bu Marsinah." "Iya," sahut Mbok Yumna. Langsung berdiri dan segera berjalan memasuki rumah Bu Sapto. Kemudian tampak dia sedikit kebingungan. "Kenapa Mbok?" tanya Raisa. "Harusnya kamar Ibu ada di sebelah sini. Kok sekarang pintunya udah enggak ada?" "Jangan ... jangan, kamar yang di maksud itu kamar Bu Sapto?" bisik Raisa. "Bisa jadi!" sahut Delon. Raisa dan Delon berjalan terlebih dahulu. Dia ingin menunjukkan kamar Bu Sapto kepada Yumna. "Mari, Bu!" Hamaz mengajaknya untuk mengikuti mereka. "Sekarang kamar yang dulu dipakai Bu Marsinah, sudah dipakai Bu Sapto atau Bu Mariana." Mbok Yumna hanya diam tak memberikan respon
Baca selengkapnya

SEKELEBAT BAYANGAN DI KAMAR BU SAPTO

"Loh, Mas Hamaz. Kok cepet?""Aku enggak jadi keluar. Ambil di dapur aja, Mas Delon. Aku mikirnya bakal lama. Kasihan Mbok Yumna. Dia berniat menolong malah celaka.""Bagus, Mas!" sahut Raisa.Bergantian antara Delon dan Hamaz. Mulai memukul engsel pintu kamar. Namun entah kenapa terasa sulit. Sampai mereka mendengar suara orang yang berteriak dari arah dalam kamar."Mbok Yumna!" teriak mereka bersamaan."Bagaimana ini, Mas? Kita masih belum juga bisa masuk?" Raisa mulai panik. Sedangkan Delon dan Hamaz masih berusaha untuk merusak kunci pintu.Hingga Raisa mulai merasa aura di sekitar mereka semakin aneh dan serasa menunjukkan aktivitas negatifnya. Dia meringsek pada Hamaz. "Mas ... Mas! Aku mulai ngerasa enggak beneran ini," bisik Raisa. "Ada apa, Mbak?""Aku ngerasanya kek ada yang lihat dan pintu kamar belakang itu kayak kebuka enggak sih? coba Mas Hamaz lihat deh!"Lelaki itu pun ikut menoleh begi
Baca selengkapnya

DIA BUKAN MARIYATI

"Mbak Raisa! Perhatikan Mbok Yumna untuk jangan melamun. Kalau sekiranya enggak memungkinkan. kIta harus bawa Mbok Yumna segera keluar dari tempat ini.""Jangan!" Tiba-tiba Mbok Yumna berteriak kencang. "Aku masih ingin di sini!" Sesaat Mbok Yumna mulai memperhatikan kamar ini, yang jauh lebih luas dan besar. Dari kamar semula dulu. Pencahayaan kamar yang sangat terang, tetap terlihat redup di matanya. Lalu dia menunjuk ke arah lampu bohlam, yang terus berkedip-kedip. Membuat penglihatannya semakin kurang jelas. Lalu pandangan matanya bergerak memperhatikan dua buah lemari yang sangat besar. Di sisi kanan ranjang berjajar. Bau apek dan lembab mulai tercium Yumna. Hingga dia mendengar suara yang aneh. Pandangan matanya mulai berpendar. Mencari asal suara."Kursi goyang itu? Kenapa ada di sini?" Suaranya berbisik.Raisa, Delon, dan Hamaz hanya diam melihat Mbok Yumna yang mulai terlihat aneh. Sambil memandang ke arah mereka. Dia mencoba u
Baca selengkapnya

DIA BUKAN MARIYATI - 2

"D-dia ... bukan Mariyati, yang satu juga bukan Mariana." Suaranya terdengar lemah. Namun membuat mereka bertiga bingung atas apa yang baru saja diucapkan Yumna."Dia siapa ini, Mbok?" tanya Raisa."Mariyati ... Mariyati!"Wanita tua itu terus memanggil namanya. Sampai akhirnya kedua mata yang tadi terpejam mulai terbuka lebar."A-aku di mana sekarang?""Mbok Yumna di kamar Mariana atau Bu Sapto."Sontak wanita itu langsung menangis tergugu. Raisa yang keheranan langsung memeluknya."Aku bersalah pada mereka. Aku salah meninggalkan mereka.""Mariyati dan Mariana?" lanjut Raisa pelan."Iya. Baru saja Mariyati menceritakan semuanya. Aku seperti melihat semua kejadian ini. Yang tak pernah aku ketahui.""Bisakah Mbok Yumna ceritakan pada kami? Sekilas saja." Raisa membujuk wanita itu agar mau bercerita."Sewaktu aku di kamar ini. Melihat banyak sosok yang berkelebatan. Aku bener-bener takut. Sampai bayangan wan
Baca selengkapnya

DIA BUKAN MARIYATI-3

"Apa kamu lupa Mariyati? Aku sakit. Aku harus mencari obat untuk bisa melepaskan jerat tumbal Bulek kamu Naning. Apa kamu lupa?""Kamu yang lupa pada diriku! Kamu langsung pergi tanpa berpamit sama aku, Yumna. Bukannya kamu telah berjanji pada Ibu? Kamu yang membuat aku seperti ini?""Maafkan aku, Mariyati. Maafkan aku!"Lalu Yumna melepaskan kalung yang dipakainya."Lihatlah ini!"Sosok yang dipanggil Mariyati hanya diam. Dengan wajah lurus ke depan. Dia tak mengindahkan kalung itu."Kenapa kamu tak bisa menebak siapa aku dan siapa Mariana, Yumna? Kenapa? Kenapaaaa ...?" "A-apa maksud kamu Mar? Aku sangat enggak paham maksud pembicaraan kamu ini. Lagian, sepertinya kamu memang sengaja membawa aku ke kamar ini 'kan?"Lalu sosok yang dipanggil Mariyati menyingkap rambutnya ke atas."Iya. Aku sengaja menarik kamu ke sini. Ke kamar ini. Biar kamu mengingat lagi janji kamu pada Ibu!"Y
Baca selengkapnya

TWIST

"Bagaimana kalau kita tukar tempat? Biarpun di rumah Bulek sama saja. Tapi enggak akan kamu ketemu Bapak.""Lalu, kamu bagaimana di rumah itu?""Aku masih ada teman 'kan? Mbak Yumna."Tampaknya Mariyati menyetujui ajakan Mariana. Sejak itu Mariana kembali ke rumah Mariman sebagai Mariyati. Yumna langsung teringat. Saat dia mulai merasakan perbedaan sikap pada Mariyati. Dia cenderung berubah menjadi pendiam. Serta surat yang pernah dia baca. Apa yang baru saja dijelaskan oleh Yumna, membuat mereka bertiga benar-benar terperanjat."Ja-jadi, yang kembali waktu itu bukanlah Mariyati? Tapi, Mariana Mbok?" tanya Raisa dengan mata yang melotot tajam. Mengarah padanya."Benar, Nak. Makanya di waktu itu, aku sangat heran. Aku ngerasa aneh sikap Mariyati yang enggak biasanya. Dia lebih pendiam.""Waktu Mbok Yumna, bertemu Mariana? Apa yang Mbok Yumna rasakan?""Aku merasa dekat. Sangat dekat. Bahkan merasa kalau itu Mariyati."
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2122232425
...
30
DMCA.com Protection Status